PENDAHULUAN
Falsafah sebuah intan ialah batu permata adalah sebuah batu mulia yang
mahal harganya, dan dicari dimana-mana, TAPI HARUS diasah, diasuh dan dan
diikat dengan logam mulia.. Ketika penulis pertama kali menginjakkan kaki di
Airtiris Kampar, Riau daratan, penulis terkejut melihat begitu banyak batu
kririkil di sepanjang sungai, batunya bukan kerikil biasa, banyak yang
benar-benar seperti intan, tapi penduduk setempat tidak peduli. Di sisi lain, jika
ada seseorang memakai sebuah batu permata pasti akan dianggap orang yang kaya.
biasanya sesuatu yang cantik itu identik dengan sesuatu yang lemah. tapi tidak
dengan batu permata. dia cantik, tapi dia lebih kuat dari besi, maupun baja.
Dia memiliki daya karisma yang tinggi, beribu orang mengejarnya, tapi dia juga
memiliki kekuatan yang
hebat juga.
hebat juga.
Jika kita menemkan sebutir batu permata asli, jika
kita memukulnya dengan sebuah hemmer atau palu, mungin akan sulit untuk pecah,
bahkan tidak pecah. Itulah hebatnya batu permata. Biarpu dia cantik, biarpun
dia mengkilap dan menjadi idaman banyak orang. Tapi dia kuat, tak hancur melawn
kerasnya tantangan hidup. Jika ingin membentuknya, tak cukup dengan sebuah palu
dan pahat, tapi menggunakan cahaya laser yang kuat dan panas, sekuat itulah
batu kecil yang terkadang menjadi hiasan-jiasan orang-orang yang sedikit lebih
mampu, dalam hal ekonomi.
Betapa hebatnya batu permata. Sebenarnya semua orang mampu menjadi sebuah batu permata. Tinggal dia, apakah dia lolos mengalahkan ujian dari Allah, atau malah kalah dengan ujian dari Allah, yang dari ilustrasi tadi aku ibaratkan sebuah palu yang memukul sebuah permata. Palu itu mengecek ke aslian permata itu. Kadang ada palu yang besar yang memukul permata itu, kadang juga ada yang kecil, tergantung ujian yang diujikan. Sama seperti ujian dari Tuhan kepada kita.
Maukah kau menjadi sebuah intan permata, maksudku disini bukan kau menjadi intan permata, tapi kau mempunyai hati dan karisma seperti intan permata, yang cantik tapi punya kekuatan yang hebat. Aku yakin semua yang membaca ini mau. Pertanyaanya bagaimana kita mampu menjadi sekuat itu.
\
Jawabannya sebenarnya pada diri kita sendiri. Seberapa kuat iman yang ada dalam diri kita. Semakin kuat iman seseorang, semakin kuat ketabahannya. Sebenarnya orang kuat bukanlah dari seberapa besar dia mampu menghancurkan sebongkah batu karang, atau sehebat apa dia bisa merobohkan pegulat besar. Tapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan hawa nafsunya, dan punya kesabaran yang tinggi. Dan orang yang punya kesabaran yang ekstra adalah orang yang memiliki iman yang kuat. Sebenarnya jawabanya tidak panjang, hanya iman kita kepada Sang Khaliq, itu saja kuncinya, kenapa iman, karena jika kita sudah memiliki iman sekeras batu permata, maka apapun kesulitan yang kita hadapi, kepada Allah lah semua kembali, dan apapun masalah itu tak ada apa-apanya dimata Allah Yang Maha Segalanya.
Jawabannya sebenarnya pada diri kita sendiri. Seberapa kuat iman yang ada dalam diri kita. Semakin kuat iman seseorang, semakin kuat ketabahannya. Sebenarnya orang kuat bukanlah dari seberapa besar dia mampu menghancurkan sebongkah batu karang, atau sehebat apa dia bisa merobohkan pegulat besar. Tapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan hawa nafsunya, dan punya kesabaran yang tinggi. Dan orang yang punya kesabaran yang ekstra adalah orang yang memiliki iman yang kuat. Sebenarnya jawabanya tidak panjang, hanya iman kita kepada Sang Khaliq, itu saja kuncinya, kenapa iman, karena jika kita sudah memiliki iman sekeras batu permata, maka apapun kesulitan yang kita hadapi, kepada Allah lah semua kembali, dan apapun masalah itu tak ada apa-apanya dimata Allah Yang Maha Segalanya.
1. Latar Belakang Masalah
Di zaman modern seperti sekarang ini, ilmu pendidikan mulai berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satunya adalah pendidikan anak usia dini yang memfokuskan anak pada usia 0-8 tahun. Karakeristik anak usia dini berbeda dengan karakteristik anak pada usia diatasnya. Sehingga stimulasi untuk anak usia dini sangat dibutuhkan agar anak tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Aspek perkembangan tersebut antara lain: aspek perkembangan daya pikir dan daya cipta.
Perkembangan daya pikir atau sering disebut kemampuan kognitif juga diartikan sebagai kemampuan anak untuk berfikir atau mengamati yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan baru. Pada umumnya perkembangan daya pikir anak usia TK ditandai dengan hasrat rasa ingin tahu yang muncul pada anak. Anak sering menanyakan sesuatu hal yang ia rasa menarik dan tidak berhenti bertanya sebelum apa yang ia pikirkan terjawab. Dalam hal ini daya pikir anak mulai berkembang.
Kenyataanya di lapangan, sering kita jumpai guru merasa risau bahkan membatasi ruang gerak anak dan mengabaikan pertanyaan yang diajukan oleh murid. Mereka justru menganggap anak tersebut bawel dan banyak bertanya. Hal tersebut sangatlah tidak dibenarkan, karena menghambat perkembangan anak khususnya perkembangan daya pikir. Sikap guru yang kurang tepat tersebut, selain menghambat perkembangan daya pikir, juga mematikan daya cipta anak atau yang sering disebut kreatifitas. Antara daya pikir dan daya cipta, saling bertalian. Daya cipta merupakan kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu yang baru dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan.
Melihat kenyataan di lapangan, seharusnya ketika anak mengajukan pertanyaan dan sering mencoba hal yang baru, seorang pendidik memberi tanggapan dan ruang gerak pada anak tersebut serta memberikan bimbingan dan stimulasi yang tepat. Karena hal ini merupakan proses menuju perkembangan daya cipta dan daya pikir anak agar seluruh perkembangan anak bisa berkembang maksimal.
Dalam kesempatan ini kami membahas bagaimana cara mengembangkan daya pikir dan daya cipta anak usia 5-6 tahun. Khususnya dilingkungan TK. Untuk selengkapnya akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya.
BAB I
KAJIAN
TEORI TENTANG DAYACIPTA
Anak usia dini menurut NAEYC (National Assosiation Education for Young Children) adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun. Menurut devinisi ini merupakan kelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dayacipta. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, kreativitas, bahasa, dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilakukan oleh anak tersebut. (Hartati: 2005).
Dalam pembahasan ini, kami mengambil teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget. Jean Piaget adalah seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Piaget membagi skema yang digunakan anak
untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Kajian Teori Piaget untuk anak usia 5 – 6 tahun masuk dalam Periode Praoperasional. Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Pemikiran Praoperasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Kajian Teori Piaget untuk anak usia 5 – 6 tahun masuk dalam Periode Praoperasional. Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Pemikiran Praoperasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek.
Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Berkaitan dengan teori diatas, kemampuan daya pikir diartikan sebagai daya atau kemampuan seorang anak untuk berfikir dan mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung oleh kemampuannya bertanya. Untuk kemampuan daya cipta disebut juga sebagai kreativitas. Banyak definisi tentang daya cipta atau kreativitas yang diajukan oleh para ahli yang satu sama lain memiliki sudut pandang sendiri-sendiri. Namun para ahli sebenarnya telah mengembangkan pengertian kreativitas dalam bentuk pengertian popular dan makna psikologis (Hurlock, 1978).
No comments:
Post a Comment