Monday, May 6, 2013

SEBAB-SEBAB DURHAKA KEPADA SUAMI (Theologi Perkawinan)



KATA PENGANTAR 

                  Penyebab durhaka, kaepada suami,
Karena tidak, mencintai.
 Karena curiga, melebihi,
      Ingin berkuasa, tiada henti.
 

         Penulis tertarik membicarakan tentang sepondok berbeda hati, karena masalah ini senantiasa panas dan hangat, tidak pernah pudar sepanjang masa. Penulis sebagai widyaiswara pendidikan agama di LPMP RIU sejak tahun 2000, banyak menemui masalah sekamar berbeda hati ini.  Sebenarnya penulis pribadi awalnya juga tidak dicintai isteri, soalnya penulis tidak ganteng, tidak kaya, tidak terhormat, tidak cerdas. Isteri penulis inisial Sy, punya idaman lain yang ditunggu, tapi malah penulis yang muncul nekat dan tiba-tiba. Tapi yah itulah takdir, yang akhirnya dia pasrah dan menerima apa adanya dengan linangan air mata.Ini ada kisah menarik lainnya. Ceritanya begini: Hidup satu pondok, satu atap, satu kamar, bahkan satu ranjang dengan seseorang yang tidak kita cintai, apa rasanya? Pertanyaan menakutkan seperti itu terbersit dalam benak saya (kata yang mengalami) ketika mendengar pengakuan jujur dari rekanku, Siska (bukan nama sebenarnya). Kemarin dari pagi hingga malam hari Siska mengisahkan dan menumpahkan segala kegundahan hatinya selama sekian tahun berrumah tangga.
        Siska mengatakan, “aku tak pernah mencintai suamiku. Bukan aku tidak mencobanya, aku sudah berusaha untuk belajar mencintai suamiku, namun semua sia-sia. Rasa cinta yang dulu kukira akan hadir di hati setelah kami menikah, ternyata tidak. Cinta itu tak pernah ada dalam kehidupan pernikahanku. Apa yang harus kuperbuat?”
         Sungguh kegundahan seorang isteri yang teramat sangat. Ia tersiksa menjalani hari-harinya. Hidup bersama seseorang yang tidak dicintai terasa menyiksa batinnya. Saya bertanya kepada Siska, bila ia tidak pernah mencintai suaminya, mengapa pernikahan itu bisa terjadi? Apakah mereka dijodohkan? Siska mengatakan bahwa suaminya, Ardi, adalah sahabatnya sejak mereka kuliah dulu. Siska yang ketika itu menyandang status single parent membutuhkan sosok ayah bagi 2 buah hatinya. Ardi begitu dekat dan menyayangi anak-anak Siska. Saat Ardi mengungkapkan perasaannya ingin meminang Siska, dengan pertimbangan demi melihat 2 buah hatinya bahagia, akhirnya Siska menerima lamaran Ardi.
       Dari pernikahannya dengan Ardi, Siska memiliki 2 orang anak lagi. Siska selalu berusaha untuk mencintai Ardi sepenuh hati. Namun ternyata cinta tidak bisa dipaksakan. Kalau dulu orangtua kita menikah tanpa proses pacaran atau saling mencintai. Rumah tangga mereka awet dan langgeng hingga maut memisahkan. Namun nyatanya hal itu tidak terjadi pada Siska. Siska tidak pernah bisa mencintai suaminya.
       Karena tak sanggup lagi menahan rasa yang menyiksa, akhirnya Siska jujur kepada Ardi bahwa ia tak pernah mencintainya. Bagai disambar petir Ardi terkejut mendengar pernyataan isterinya itu. Namun Ardi bertekad untuk tetap mempertahankan rumah tangga mereka. Kekecewaan Ardi ia luapkan dengan memberi rasa sakit pada Siska. Dengan jujur Ardi bercerita bahwa Ardi saat itu tengah dekat dengan mantan pacarnya. Siska sama sekali tidak marah. Ia membiarkan suaminya menikmati hasrat itu. Entah rumah tangga seperti apa yang tengah dijalani Siska saat ini. Tak terbayang betapa gejolak batin Siska dan Ardi bertahan dalam biduk rumah tangga yang “sakit” demi menjaga hati anak-anak mereka.
       Dalam kebimbangannya, Siska kemudian juga menemukan kembali mantan pacarnya saat SMA di situs jejaring sosial. Josh hadir di saat Siska membutuhkan figur yang mampu membuat hatinya nyaman. Josh ternyata masih hidup melajang. Cinta sejati di antara mereka seolah kembali membara. Saat ini Josh bekerja di Batam. Hubungan jarak jauh mereka jalani. Hampir setiap ada kesempatan saat Josh ke Jakarta, mereka selalu bertemu melepas kerinduan.
       Sejak bertemu Josh, Siska semakin mantap untuk mengakhiri pernikahannya dengan Ardi. Sudah 5x Siska meminta cerai dari Ardi. Namun Ardi tak pernah mengabulkan. Ardi justru menjadi seorang pesakitan. Tiap kali Siska meminta cerai, Ardi marah bukan kepalang. Bahkan Ardi mengancam akan bunuh diri bila Siska tetap kukuh pada pendiriannya.
       Sempat terbersit di benak Siska untuk begitu saja meninggalkan Ardi dan kedua anaknya. Namun itu tidak sampai dilakukan Siska. Ia tidak sampai hati melakukan itu. Naluri keibuannya masih kuat di hatinya. Ia bertanya kepada saya, apa yang harus saya lakukan sekarang? Hidup di antara dilema membuat hatinya tak bahagia meskipun ada Josh yang setia pada cintanya. Cinta mereka begitu kuat namun tak bisa bersatu.
        Kisah seperti yang dialami Siska ini mungkin juga pernah atau sedang dialami oleh pasangan suami isteri lainnya. Bagi mereka yang tidak mengalami kenyataan seperti Siska, mungkin saja menganggap bahwa permasalahan tersebut bisa dengan mudah dicari solusinya. Namun pada kenyataannya, tidak semua orang bisa melalui ujian kehidupan rumah tangga dengan mudah, seperti halnya yang terjadi pada Siska.
        Tidak bermaksud untuk menggurui siapapun. Tulisan ini sekedar memberikan pencerahan untuk kita semua, terutama bagi saya pribadi. Alhamdulillah hingga detik ini rumah tangga kami aman tentram. Semoga Tuhan senantiasa menjaga keutuhan dan kedamaian dalam pernikahan kami. Ketahuilah sahabat bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini. Terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun yakinlah bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita saat ini adalah yang terbaik. Karena Tuhan Maha Mengetahui, Dia memberikan apa-apa yang kita butuhkan dan bukan memenuhi apa-apa yang kita inginkan.
       Dalam sebuah pernikahan, cinta memang memegang peran penting dalam hubungan suami isteri. Keterikatan batin antara keduanya berupa cinta menjadi penguat hubungan keduanya. Namun seiring berjalannya pernikahan, banyak hal penting lainnya selain cinta yang patut menjadi perhatian kita. Salah satunya adalah setelah hadirnya buah hati.
      Kehadiran anak dalam pernikahan merupakan karunia Tuhan yang tak ternilai. Pernikahan tanpa kehadiran anak seringkali memicu persoalan tersendiri. Banyak pasangan suami-istri setelah sekian lama berumah tangga namun sulit mendapatkan anak. Mereka berusaha semaksimal kemampuan mereka berikhtiar agar bisa memiliki keturunan. Kehadiran seorang anak juga membuat suami-istri memiliki keterikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan, merawat dan mencintai bersama-sama.
         Ketahuilah bahwa pernikahan yang sehat itu adalah pernikahan yang justru tidak sempurna. Pernikahan yang sehat bukan berarti tidak pernah bertengkar, namun bisa menyelesaikan pertengkaran sehingga tidak berlarut-larut. Disinilah diperlukan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap pasangan, yaitu keterampilan menyelesaikan pertengkaran. Karena pernikahan yang terus-menerus diwarnai oleh pertengkaran akan melahirkan pernikahan yang sakit, yang tidak sehat. Pertengkaran itu ibarat virus yang meracuni dan membuat daya tahan tubuh pernikahan menjadi lemah.
        Pernikahan yang sehat itu bukan berarti tidak pernah kecewa, tidak pernah marah, tidak pernah sedih, atau tidak pernah menyesal. Setiap orang dalam pernikahannya tentu pernah mengalami kekecewaan atau rasa marah, namun yang terpenting adalah setelah merasakan semua itu kita bisa belajar berbesar hati untuk menerima kekecewaan itu dengan lapang dada.
      Pernikahan yang sehat itu bukan hanya selalu mesra dan penuh kasih. Setelah menikah beberapa waktu, kemesraan dan penyataan kasih sayang tidak lagi seindah seperti saat berpacaran. Sekalipun perasaan itu tak lagi bergelora  namun tapi ungkapan rasa sayang lah yang harus ditunjukan. Idealnya, perasaan sayang terhadap pasangan itu senantiasa ada dalam pernikahan yang sehat. Ingatlah, pasangan kita adalah seseorang yang begitu berarti dalam hidup kita. Ia tak hanya menerima segala kelebihan kita, namun ia juga bisa menerima segala kekurangan kita.
       Hidup adalah pembelajaran tiada henti. Apapun dalam kehidupan kita, tak ada kata berhenti untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Tak ada salahnya untuk melihat segala kelebihan yang dimiliki pasangan kita dan belajarlah untuk mulai mencintainya. Satu hal yang patut menjadi renungan kita, bila pasangan kita bisa menerima kekurangan kita, mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama?
******



PENDAHULUAN

Jangan pergi, main futsal,
Ketika masuk, waktu magrib     
Bagaimana isteri, tidak menyesal,
Suaminya selalu, menutup aib.

               Banyak bakhteri, pada mainan,
 Anak raja, berhati-hati.
             Ketika isteri, terlalu dominan,
        Suami perih, di dalam hati.

Ukir-ukir, buluh sumpitan,
Ambil rotan, dibelah dua,.
Pikir dahulu, dapat keuntungan,
Sesal kemudian, tiada berguna.

        Dihasut Mantan Pacar, Istri Suguhi Racun Tikus Untuk Suami Serambinews.Com, Kayuagung – Dahlia (20), warga Dusun II, Desa Batu Ampar Lama, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), nekat meracuni suaminya sendiri, Susanto (28) dengan racun tikus yang diisi dalam makanan martabak. Akibat perbuatan Dahlia, suaminya nyaris tewas dan sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kayuagung. Dahlia nekat mengisikan racun tikus ke dalam martabak, lantaran ada pihak ketiga di keluarganya. Pasangan suami istri ini masih tergolong pengantin baru karena baru menikah, tepatnya pada Kamis (22/3/2012) lalu. Dahlia terpengaruh oleh hasutan sang kekasih, pacar pertamanya bernama Debi (20). “Terus terang Pak, ide untuk meracuni suami saya itu keluar dari Debi. Pacar pertama saya. Saat itu, Debi menghubungi saya melalui telepon dan meminta saya ketemu dan saat itulah Debi menyuruh saya untuk meracuninya,” kata Dahlia saat ditemui di Mapolsek Kota Kayuagung, Minggu (8/4/2012).

        Masih kata Dahlia, bukan hanya sekali saja, Debi menyarankan dirinya untuk meracuni Susanto, sudah berulang kali. Tetapi, pertama kalinya tidak dilakukan. “Awalnya Debi meminta saya untuk meracuni Susanto, Jumat (30/3/2012) lalu. Tapi tidak saya lakukan,” tutur Dahlia seraya berucap dirinya pernah ditanya Debi mengenai racun itu. “Saya khilaf dan saya dijanjikan Debi akan menikahi saya apabila Susanto meninggal dunia,” aku Dahlia yang merasa tidak mau jika Debi tidak ditangkap polisi karena semua ini desakannya. Dahlia mengaku sangat menyesal. Ia yakin keluarga suaminya sudah tidak senang sama dirinya dan semua itu diterima apa adanya.



            Sebenarnya awal tulisan ini disusun ketika penulis diminta orang memberikan nasehat perkawinan. Tentulah sebaiknya dikonsep dahulu, supaya terarah dan dan terdokumentasi.  Penulis selalu menceritakan tentang seorang istri menunggu suaminya pulang kerja. Membantu sang buah hati mengerjakan PR. Terdengar suara motor. Pertanda suaminya telah pulang. Disambut dengan penuh suka cita. Berebut menyambut kedatangannya. Wajahnya terlihat letih dan lelah. Sepanjang hari pekerjaan menumpuk. bukan senyuman yang didapat. Suami itu membentak istrinya. Istrinya membalas dengan senyuman. mencium tangan Sang Suami tercinta.
‘Ayah, sudah saya siapkan air hangat untukmu,’ kata Sang Istri.
Suaminya bergegas mengambil handuk. Suaminya terheran. Bentakannya dibalas dengan senyuman. Setelah usai mandi dan sholat. Letih dan penat telah hilang. Suami menghampiri istrinya. Ditelinga membisikkan kata, ‘Mah, maafin ayah ya..’ Suami istri itu saling berpandangan. Anaknya memeluk ibundanya dari belakang. Terdengar suara tertawa riuh. Air mata itu mengalir. Terasa damai dihati.

          Ketika kita melakukan perbuatan baik tetapi dibalas dengan cacian, berarti kita telah memasuki gerbang maaf, ikhlas, cinta dan kasih sayang. Maka tersenyumlah sebab itu adalah anugerah yang terindah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena Allah menempatkan diri kita pada derajat sebagai kekasihNya yang mampu mengolah kebencian menjadi kesejukan hati, mengolah cacian menjadi senyuman. Maka hidup ini terasa indah. Tersenyumlah!
‘Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. an-Nahl : 128).

Orang Terbaikhttps://blogger.googleusercontent.com/tracker/25928548-7671457672422279900?l=agussyafii.blogspot.com
keyword: pantun kebencian, syair kebencian, pantun cacian, pantun pulang kerja, syair kebencian hati, pantun senyuman, kata bijak cacian, puisi pulang kerja, sair kebencian, kata mutiara tentang cacian, syair cacian, syair valantine, suami suka membentak istri, puisi kebencian terhadap seseorang, kata kata bijak membentak, puisi kebencian diri, PUISI KATA KEBENCIAN, puisi cacian, puisi suara kebencian hati, puisi cinta pulang kerja, puisi tentang kebencian seseorang, Teks ceramah kebencian di balas kasih sayang, syair untuk buah hati, Syair membalas, syair kebencian cinta, sair PANTUN isteri, Suami suka membentak isteri, suami membentak istri, sajak-sajak kebencian, sajak sajak kebencian terhadap seseorang







BAB      I

BAHAYA    ISTERI  DURHAKA

          Di sudut kamar ini aku terseduh, menyesal, meratapi nasip yang kini kujalani, sendiri menanggung hidup tiada tempat mengadu.  Bantal ini jadi saksi bisu, air mata ini selalu jatuh membasahinya. Suamiku... aku teringat kembali bagaimana aku memperlakukanmu begitu buruk, tepatnya 2 tahun yang lalu.

Sa'at itu aku sering meninggikan suaraku di hadapanmu, putih kau minta hitam yang kulakukan, sering aku lalai akan kewajiban, tak jarang aku memerintahmu, padahal aku tau semua itu tak pantas kulakukan karena engkau Pemimpin dalam rumah tangga kita, engkau imamku, mengapa aku tak berpikir pada waktu itu, betapa banyak wanita yang tersiksa karena perilaku suaminya, sementara aku mendapatkan lelaki yang begitu baik tapi malah aku sia-siakan, namun engkau selalu tersenyum dan mengikuti semua mauku, hal ini terus berlangsung sampai suatu ketika engkau jatuh sakit dan pada akhirnya berpulang keharibaan-Nya.

Tersentak bathinku bagai petir yang menyambar di siang hari, seperti anak ayam kehilangan induknya, aku hancur, terpuruk, tak biasa ku hidup dalam kesusahan ini, diri ini terlanjur manja olehmu. Seribu rasa sesal semakin memperdalam kepedihan. Sungguh setelah kepergianmu aku merasa sangat berdosa. Andai waktu bisa di putar kembali, akh...percuma ku bermimpi, yang ada hanya penyesalan demi penyesalan yang tak bertepi.

Sekarang aku sadar betapa tertekannya engkau waktu itu walau tak pernah terucap keluhan, meski tersembunyi air matamu tapi aku yakin engkau terluka olehku hingga jatuh sakit, semua itu kau tutup rapi di ruang hatimu demi aku yang engkau sayangi.

Kini kumerasakan siksa-Nya karena telah lalai mensyukuri karunia Tuhan, sungguh teramat pedih kurasakan, hanya harapan yang bisa kumohonkan semoga Allah mengampuniku dan menempatkanmu di sisi-Nya yang tinggi lagi mulia.

Semoga kisah ini menjadi renungan bagi kita baik laki-laki ataupun perempuan, perlakukanlah pasanganmu sebagai mana mestinya agar tak timbul penyesalan di kemudian hari, karena sesal kemudian takkan ada artinya, semoga Tuhan YME selalu menuntun kita kejalan yang di ridhai-Nya... Amiin.








BAB      II

BAHAYA ISTRI YANG DURHAKA

          Kehidupan berumah tangga akan indah, jika masing-masing anggotanya mendapat ketentraman. Sedang ketentraman akan terwujud jika sesama anggota keluarga saling menghargai, dan memahami tugas masing-masing. Namun, tatkala hal tersebut tidak ada, maka alamat kehancuran ada di depan mata. Diantara penyebab hancurnya keharmonisan itu adalah durhakanya seorang istri kepada suaminya. Maka, pada edisi kali ini kita akan membahas bahaya istri yang durhaka.
Pembaca yang budiman, sesungguhnya Allah -Subhanahu wa Ta’la- menciptakan istri bagi kaum adam, agar kita merasa tentram dan tenang kepadanya. Sebagaimana firman Allah -Subhanahu wa Ta’la-
“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum :21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata menafsirkan ayat ini, “Kemudian diantara kesempurnaan rahmat-Nya kepada anak cucu Adam, Allah menciptakan pasangan mereka dari jenis mereka, dan Allah ciptakan diantara mereka mawaddah (yakni, cinta), dan rahmat (yakni, kasih sayang). Sebab seorang suami akan mempertahankan istrinya karena cinta kepadanya atau sayang kepadanya dengan jalan wanita mendapatkan anak dari suami, atau ia butuh kepada suaminya dalam hal nafkah, atau karena kerukunan antara keduanya, dan sebagainya”. [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (3/568)]
Jadi, maksud adanya pernikahan adalah untuk menciptakan kecenderungan (ketenangan), kasih sayang, dan cinta. Sebab seorang istri akan menjadi penyejuk mata, dan penenang di kala timbul problema. Namun, jika istri itu durhaka lagi membangkang kepada suaminya, maka alamat kehancuran ada didepan mata. Dia tidak lagi menjadi penyejuk hati, tapi menjadi musibah dan neraka bagi suaminya.

       Kedurhakaan seorang istri kepada suaminya amat banyak ragam dan bentuknya, seperti mencaci-maki suami, mengangkat suara depan suami, membuat suami jengkel, berwajah cemberut depan suami, menolak ajakan suami untuk jimak, membenci keluarga suami, tidak mensyukuri (mengingkari) kebaikan, dan pemberian suami, tidak mau mengurusi rumah tangga suami, selingkuh, berpacaran di belakang suami, keluar rumah tanpa izin suami, dan sebagainya.
Allah -Subhanahu wa Ta’la- telah mengancam istri yang durhaka kepada suaminya melalui lisan Rasul-Nya ketika Beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya” .[HR. An-Nasa'iy dalam Al-Kubro (9135 & 9136), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (2349), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2771), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (289)]

        Tipe wanita seperti ini banyak disekitar kita. Suami yang capek banting tulang setiap hari untuk menghidupi anak-anaknya, dan memenuhi kebutuhannya, namun masih saja tetap berkeluh kesah dan tidak puas dengan penghasilan suaminya. Ia selalu membanding-bandingkan suaminya dengan orang lain, sehingga hal itu menjadi beban yang berat bagi suaminya. Maka tidak heran jika neraka dipenuhi dengan wanita-wanita seperti ini, sebagaimana sabda Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
“Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka telah kufur (ingkar)!” Ada yang bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?” Rasullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami. Sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak berkenan, ia (istri durhaka itu) pasti berkata, “Saya sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu”. [HR. Bukhariy dalam Shohih-nya (29), dan Muslim dalam Shohih-nya (907)]

Bahaya istri yg durhaka

      Tak ada gading yang tak retak. Mungkin pribahasa ini sudah sering terlintas di telinga kita. Kandungan pribahasa ini sering kita jumpai dalam kehidupan kita. Apalagi dalam kehidupan berumah tangga yang penuh dengan problema. Awalnya, semua terasa indah. Namun ketika badai menghadang, petir-petir kemarahan menyambar, awan pekat menyelimuti, tangis pilu mengiris hati; membuat semuanya berubah. Semuanya harus diterima sebagai sunnatullah. Kadang kita menangis, dan terkadang kita tertawa. Semua itu berada di bawah kehendak Allah -Subhanahu wa Ta’la- .
Kehidupan berumah tangga akan indah, jika masing-masing anggotanya mendapat ketentraman. Sedang ketentraman akan terwujud jika sesama anggota keluarga saling menghargai, dan memahami tugas masing-masing. Namun, tatkala hal tersebut tidak ada, maka alamat kehancuran ada di depan mata. Diantara penyebab hancurnya keharmonisan itu adalah durhakanya seorang istri kepada suaminya. Maka, pada edisi kali ini kita akan membahas bahaya istri yang durhaka.
Pembaca yang budiman, sesungguhnya Allah -Subhanahu wa Ta’la- menciptakan istri bagi kaum adam, agar kita merasa tentram dan tenang kepadanya. Sebagaimana firman Allah -Subhanahu wa Ta’la-
“Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum :21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata menafsirkan ayat ini, “Kemudian diantara kesempurnaan rahmat-Nya kepada anak cucu Adam, Allah menciptakan pasangan mereka dari jenis mereka, dan Allah ciptakan diantara mereka mawaddah (yakni, cinta), dan rahmat (yakni, kasih sayang). Sebab seorang suami akan mempertahankan istrinya karena cinta kepadanya atau sayang kepadanya dengan jalan wanita mendapatkan anak dari suami, atau ia butuh kepada suaminya dalam hal nafkah, atau karena kerukunan antara keduanya, dan sebagainya”. [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (3/568)]
Jadi, maksud adanya pernikahan adalah untuk menciptakan kecenderungan (ketenangan), kasih sayang, dan cinta. Sebab seorang istri akan menjadi penyejuk mata, dan penenang di kala timbul problema. Namun, jika istri itu durhaka lagi membangkang kepada suaminya, maka alamat kehancuran ada didepan mata. Dia tidak lagi menjadi penyejuk hati, tapi menjadi musibah dan neraka bagi suaminya.
Kedurhakaan seorang istri kepada suaminya amat banyak ragam dan bentuknya, seperti mencaci-maki suami, mengangkat suara depan suami, membuat suami jengkel, berwajah cemberut depan suami, menolak ajakan suami untuk jimak, membenci keluarga suami, tidak mensyukuri (mengingkari) kebaikan, dan pemberian suami, tidak mau mengurusi rumah tangga suami, selingkuh, berpacaran di belakang suami, keluar rumah tanpa izin suami, dan sebagainya.
Allah -Subhanahu wa Ta’la- telah mengancam istri yang durhaka kepada suaminya melalui lisan Rasul-Nya ketika Beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya” .[HR. An-Nasa'iy dalam Al-Kubro (9135 & 9136), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (2349), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2771), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (289)]
Tipe wanita seperti ini banyak disekitar kita. Suami yang capek banting tulang setiap hari untuk menghidupi anak-anaknya, dan memenuhi kebutuhannya, namun masih saja tetap berkeluh kesah dan tidak puas dengan penghasilan suaminya. Ia selalu membanding-bandingkan suaminya dengan orang lain, sehingga hal itu menjadi beban yang berat bagi suaminya. Maka tidak heran jika neraka dipenuhi dengan wanita-wanita seperti ini, sebagaimana sabda Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
“Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka telah kufur (ingkar)!” Ada yang bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?” Rasullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami. Sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak berkenan, ia (istri durhaka itu) pasti berkata, “Saya sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu”. [HR. Bukhariy dalam Shohih-nya (29), dan Muslim dalam Shohih-nya (907)]
maka dari itu.,.,
jngn hanya mlihat dr kcntika luar.,.,
tpi pandanglah hati seorang wanita yg bgtu tulus nya mncntai kita.,.,.,

( jngn slh paham bagi yg baca.,.,saya cmn sekdr berbagi ilmu yg telah saya dapati.,.,barangkali saja bagi yg mmbaca mndapat hikmah)
aminn.,.,.

1.      Arief Rahmadhoni M.A says:
 “BAHAYA ISTRI YG DURHAKA”
Sebuah Postingan yg luar biasa, amat layak dibaca, bagi calon pendamping laki-laki di masa datang, ataupun bagi yang telah jadi ibu-ibu, patut dijadikan bacaan alternatif. semoga!
maksih Arief, teruslah berlatih menulis, mana tau today is hobby, tomorrow is profesional!


BAB    III

SUAMI YANG TIDAK DAYUS

A.Sepuluh Karakter Suami Ideal

Menjadi suami, yang ideal,
Sederhana, dalam berkhayal.
Shalatnya, tiada pernah tinggal,
Jika gagal, tiada menyesal.

Iman dan taqwa, sebagai modal,
Kerja kerasnya, dapat diandal,


 Menjadi suami ideal, bisakah? Sudah lebih dari dua puluh tahun menjadi suami, namun saya merasa bukanlah suami ideal. Saya hanya selalu berusaha untuk menjadi baik dan menjadi lebih baik lagi setiap hari. Mungkin tidak akan pernah sampai ke taraf ideal, karena memang tidak mudah untuk mencapainya.
Namun sebagai suami, saya tetap perlu memiliki peta yang jelas, seperti apa karakter ideal yang seharusnya saya miliki. Jika tidak memiliki peta ini, saya hanya berjalan melingkar-lingkar, menuruti ritme hidup dan rutinitas yang mekanistik. Setiap hari seperti itu saja, bersembunyi di balik ungkapan “terimalah aku apa adanya”, lalu kita merasa tidak perlu melakukan perbaikan dan perubahan apapun. Toh pasangan kita sudah menerima kita apa adanya.
Pada kesempatan kali ini saya ingin meringkaskan tulisan tentang karakter suami ideal, dari pertama hingga kesepuluh.

Karakter pertama,

Penuh dengan, kasih sayang,
Tangannya, tak pernah melayang,
Emosi dan kasihnya, seimbang,
Hamun maki, menjadi pantang larang.

suami ideal memiliki kemampuan untuk senantiasa memiliki cinta dan kasih sayang dalam jiwanya. Mungkin istri kita terasa sangat menyebalkan, atau tampak sangat menjengkelkan dengan perkataan dan perbuatannya setiap hari. Para suami selalu memiliki catatan yang sama, bahwa istri mereka amat sangat cerewet. Terlalu banyak bicara, terlalu banyak komentar, dan suka memberi nasihat tanpa diminta. Namun sebagai suami, kita tidak layak mencaci maki, memarahi dan membenci istri.
Jika tidak suka dengan perkataan atau perbuatannya, nasihati, ingatkan dengan kelembutan, dengan cinta dan kasih sayang. Jika melihat ada kekurangan pada dirinya, ingatlah Tuhan telah mengutus kita untuk mendampinginya, agar bisa menutupi kelemahan dan melengkapi kekurangan yang dimilikinya. Bukan mendamprat, memaki, apalagi sampai berlaku kasar dan menyakiti hati, perasaan dan badan istri. Selalu sediakan cinta dan kasih sayang untuk istri Anda.

Karakter kedua,

Suami ideal, pandai mengalah,
Sekalipun dirinya, tidak bersalah,
Memberi nasehat, karena Allah,
Mendidik keluarga, sangatlah mudah.

Suami- suami ideal mampu menundukkan egonya sehingga mudah mengalah, cepat mengakui kesalahan dan ada banyak maaf dalam dirinya. Apakah yang menghalangi seorang suami untuk meminta maaf kepada istrinya? Apakah yang menghalangi suami untuk bersikap mengalah ketika ada perselisihan pendapat dengan istri? Apakah yang menghalangi suami untuk mengakui kesalahan yang dilakukan? Apakah yang menghalangi suami untuk memaafkan kesalahan dan kekurangan istri?
Itulah yang disebut dengan ego. Ada ego lelaki, ada ego perempuan. Dalam suatu pertengkaran antara suami istri, ego masing-masing memuncak tinggi. Tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang mendahului meminta maaf, tidak ada yang mau mengakui kesalahan. Padahal, dalam setiap konflik dan pertengkaran suami istri, selalu ada andil kesalahan dari kedua belah pihak. Keduanya mesti memiliki andil dalam menciptakan suasana konflik. Maka, tundukkan selalu ego Anda, untuk istri Anda tercinta, demi keharmonisan rumah tangga.

Karakter ketiga,

Suami ideal, membahagiakan isteri,
Mau membantu, memasak, mencuci,
Bijak dalam, menghargai,
Kepada lingkungannya ingin berbakti.

suami ideal mampu membahagiakan istri, dan merasa senang jika bisa membahagiakan istrinya. Jika kita mampu membahagiakan istri, maka akan sangat banyak yang bisa kita dapatkan darinya. Istri merasa nyaman dan tenang, sehingga kita sebagai suami akan lebih optimal dalam menunaikan berbagai macam kegiatan dalam kehidupan. Istri akan mendukung berbagai keinginan positif suami, selama ia merasa bahagia.
Yang perlu diketahui para suami, membahagiakan istri itu bukanlah bab bagaimana memberikan semua yang diinginkan istri, namun bab bagaimana menyentuh perasaan dan hatinya. Inilah hakikat yang lebih utama dan penting. Para suami sangat penting mengetahui jalan untuk menyentuh hati dan perasaan istri, sehingga lebih bisa menyelami hal-hal apakah yang membahagiakan jiwanya, apakah yang menenteramkan hatinya, apakah yang sangat diharapkannya.
Bahagiakan selalu istri Anda, dan lihatlah hasilnya, ia akan bersedia memberikan bantuan apapun yang Anda minta.

Karakter keempat,

Suami ideal, selalu fokus,
Serius apapun, yang diurus,
Tetapi tidak, menjadi dayus.
Isteri yang bengkok, dibuat lurus.

 Suami ideal selalu fokus melihat sisi kebaikan dan kelebihan istri, serta cepat melupakan kekurangan istri. Sesungguhnyalah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna, dimana hanya memiliki kelebihan saja dan tidak memiliki kekurangan. Sebagaimana juga tidak ada manusia yang hanya memiliki kelemahan dan kekurangan saja, tanpa memiliki kebaikan dan kelebihan apapun.
Semenjak awal pernikahan, seharusnya sudah ada kesadaran yang tertanam dalam diri suami dan istri, bahwa pasangan hidupnya bukanlah malaikat, bukanlah manusia super yang terbebas dari kelemahan. Para suami hendaknya menyadari, istri yang dinikahi itu hanyalah perempuan biasa saja, yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk itulah Tuhan mengutus Anda untuk melengkapi kekurangannya, untuk memperbaiki sisi kelemahannya.
Lupakan saja berbagai kekurangan dan kelemahannya, fokuslah melihat sisi kebaikan dan kelebihannya.

Karakter kelima,

Suami yang ideal, dapat dipercaya,
Jujur dalam, memberi belanja,
Transportasi, disiapkannya,
Sesuai dengan , kemampuannya.

 suami ideal memiliki peta kasih yang lengkap terhadap istrinya. Peta kasih yang terperinci tentang pasangan akan memberikan banyak sekali kemanfaatan. Di antara manfaatnya adalah menumbuhsuburkan cinta dan kasih sayang, karena adanya rasa saling percaya. Dengan mengenal secara mendalam tentang berbagai kondisi pasangan, maka yang muncul adalah suasana saling percaya, dan tidak ada dusta atau curiga di antara mereka. Tidak ada sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, karena setiap bentuk perubahan sekecil apapun telah mereka ketahui bersama.
Cara yang paling sederhana untuk mengetahui detail perubahan dan perkembangan adalah dengan selalu mengobrol setiap saat, setiap waktu. Biasakan mengobrol, di setiap ada kesempatan, tanpa perlu membatasi atau menentukan tema-tema tertentu untuk diobrolkan. Dari A sampai Z, semua bisa diobrolkan oleh suami dan istri. Dengan cara mengobrol itulah berbagai hal bisa diketahui oleh pasangan. Suami menjadi mengerti pikiran istri, dan istri bisa mengerti pikiran suami.

Karakter keenam,

Mendengarkan isteri, yang mengeluh,
Menyelesaikan dengan, sungguh-sungguh,
Pandai serius, bisa berseloroh,
Terkena kritik, tidak langsung roboh.

suami ideal selalu mendekat kepada istri, bukan menjauh. Jika Anda tengah marah kepada istri, atau menyimpan kekesalan kepada istri, apa yang Anda lakukan? Semakin mendekat kepada istri, atau semakin menjauh? Jika pada kondisi seperti itu Anda menuruti emosi, melontarkan kata-kata yang menyakitkan, menampakkan mimik muka merah, apalagi sampai menyakiti fisik istri, artinya Anda menjauh.
Jika istri Anda tengah mengeluhkan sesuatu kepada Anda, bagaimanakah Anda merespon keluhannya? Jika Anda cepat mengkritik, bahkan cepat menyalahkan istri, itu pertanda Anda menjauh darinya. Anda tidak berusaha untuk mendekat dan menenteramkan hatinya, namun justru membuat garis pemisah yang semakin tajam antara Anda dengan istri Anda.
Sebagai suami, teruslah berusaha mendekat istri, jangan menjauh. Saat istri tampak emosional dan marah-marah, dekatilah, peluklah, bisikkan kalimat mesra di telinganya. Jangan diimbangi dengan kemarahan, emosi dan apalagi kekerasan serta kekasaran sikap. Mendekatlah terus kepada istri, dan jangan menjauh.

Karakter ketujuh,

Suami ideal, punya keterampilan,
Yang benar-benar dapat diandalkan,
Mencintai, suatu pekerjaan,
Dalam bekorban, tak pernah enggan.


 suami ideal memiliki keterampilan praktis kerumahtanggaan. Suami bukan hanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istri, sehingga setelah di rumah merasa menjadi manusia bebas yang tidak memiliki tugas dan tanggung jawab apapun untuk dikerjakan. Sesampai di rumah langsung istirahat, bersantai atau tidur karena merasa sudah lelah dalam menjalankan kewajiban mencari nafkah. Seakan-akan semua pekerjaan praktis kerumahtanggaan dengan sendirinya menjadi kewajiban istri.
Sesungguhnyalah pengerjaan kegiatan praktis kerumahtanggaan itu sangat fleksibel, tidak ada ketentuan baku tentangnya. Maka, lakukan musyawarah di rumah untuk membagi peran antara suami, istri, anak-anak, dan pembantu (jika memiliki pembantu rumah tangga). Lebih khusus lagi yang harus disepakati adalah peran suami dan istri di dalam rumah, agar tidak menimbulkan perasaan ketidakadilan.
Bagilah peran secara berkeadilan, melalui proses musyawarah yang penuh suasana kasih sayang, bukan pemaksaan kehendak atau intimidasi. Semua untuk menjaga cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.

Karakter kedelapan,

 Suami ideal, tak akan berselingkuh,
Keimanannya, tiada mudah rapuh,
Akhlak dijaga dengan, sungguh-sungguh,
Dengan Tuhannya, tak pernah jauh.

suami ideal memberikan kesempatan dan dorongan kepada istri untuk maju, berkembang dan berprestasi. Tidak layak bagi suami untuk menghambat kemajuan dan perkembangan potensi istri. Pernikahan bukanlah lembaga untuk mensterilkan berbagai potensi dan prestasi salah satu pihak. Justru dengan pernikahan itu akan semakin mengoptimalkan berbagai potensi kebaikan dari suami dan istri.
Definisikan format prestasi, dan sepakati bersama dalam keluarga. Setelah ada kesepakatan, maka dukung dan doronglah istri untuk berprestasi. Rayakanlah setiap keberhasilan dan capaian prestasi suami dan istri, dalam suasana kehangatan cinta dan kasih sayang. Apabila suami mencapai peningkatan prestasi, itu karena dukungan dan dorongan istri serta anak-anak. Apabila istri mencapai puncak prestasi, itu karena dukungan dan dorongan suami serta anak-anak. Semua pihak merasa gembira, berbangga dan mampu merayakannya
.
Karakter kesembilan,

Suami ideal, bisa marah,
Tapi jelas dan terarah,
Tujuannya, mengingatkan yang salah,
Agar tidak, menjadi parah,.

suami ideal selalu tampak “young and fresh” di hadapan istri. Banyak suami yang menuntut istri dalam bentuk yang perfect, seperti harus selalu wangi, segar, harum, berdandan menarik, berpenampilan menyenangkan, dan lain sebagainya. Namun dirinya sendiri tampak tidak memperhatikan penampilan saat di rumah. Bau keringat yang menyengat, penampilan yang apa adanya, tidak menampakkan kerapian dan keserasian dalam berpakaian, menjadi sesuatu yang khas saat di rumah.
Tidak layak semua tenaga, pikiran dan perhatian Anda habiskan di kantor dan di tempat berkegiatan di luar rumah. Sementara Anda pulang dengan membawa tenaga sisa, pikiran sisa, hati sisa, dan perhatian sisa. Cinta dan kasih sayang seperti apa yang Anda harapkan tumbuh berkembang di dalam kehidupan keluarga apabila semua dibangun di atas sisa-sisa?
Jangan bawa beban masalah dari luar rumah masuk ke dalam rumah Anda. Sebanyak apapun rasa lelah Anda dari melaksanakan aktivitas seharian, pulanglah ke rumah dalam kondisi segar dan bergairah menemui istri serta anak-anak.






Karakter kesepuluh,

Suami ideal, ingin cepat naik haji,
Mengingat umur, rahasia Ilahi,
Rindu kepada, tanah suci,
Ingin hidupnya, diberkahi.

suami ideal selalu memperbarui motivasi dan menguatkan kembali makna ikatan dengan istri. Menikah, awalnya adalah sebuah akad, atau ikatan. Prosesi nikah yang sakral itu hakikatnya adalah sebuah ikrar dan perjanjian agung atas nama Tuhan, diresmikan oleh negara, disaksikan oleh orang tua, keluarga, kerabat, sahabat, tetangga dan sanak saudara. Sedemikian sakral prosesi pernikahan, tampak dari banyaknya pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Motivasi menikah adalah ibadah, bagian dari pelaksanaan aturan Ketuhanan, yang kemudian secara teknis administrasi diatur oleh negara. Sejak awal, motivasi ini telah diwujudkan dan dikokohkan dalam sebentuk ucapan atau ikrar, saat

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook