KATA PENGANTAR
Penyebab durhaka, kaepada suami,
Karena tidak, mencintai.
Karena curiga, melebihi,
Ingin berkuasa, tiada henti.
Penulis tertarik membicarakan tentang sepondok berbeda hati, karena
masalah ini senantiasa panas dan hangat, tidak pernah pudar sepanjang masa.
Penulis sebagai widyaiswara pendidikan agama di LPMP RIU sejak tahun 2000,
banyak menemui masalah sekamar berbeda hati ini. Sebenarnya penulis pribadi
awalnya juga tidak dicintai isteri, soalnya penulis tidak ganteng, tidak kaya,
tidak terhormat, tidak cerdas. Isteri penulis inisial Sy, punya idaman lain
yang ditunggu, tapi malah penulis yang muncul nekat dan tiba-tiba. Tapi yah
itulah takdir, yang akhirnya dia pasrah dan menerima apa adanya dengan linangan
air mata.Ini ada kisah menarik lainnya.
Ceritanya begini: Hidup
satu pondok, satu atap, satu kamar, bahkan satu ranjang dengan seseorang yang
tidak kita cintai, apa rasanya? Pertanyaan menakutkan seperti itu terbersit
dalam benak saya (kata yang mengalami) ketika mendengar pengakuan jujur dari
rekanku, Siska (bukan nama sebenarnya). Kemarin dari pagi hingga malam hari
Siska mengisahkan dan menumpahkan segala kegundahan hatinya selama sekian tahun
berrumah tangga.
Siska
mengatakan, “aku tak pernah mencintai suamiku. Bukan aku tidak mencobanya, aku
sudah berusaha untuk belajar mencintai suamiku, namun semua sia-sia. Rasa cinta
yang dulu kukira akan hadir di hati setelah kami menikah, ternyata tidak. Cinta
itu tak pernah ada dalam kehidupan pernikahanku. Apa yang harus kuperbuat?”
Sungguh
kegundahan seorang isteri yang teramat sangat. Ia tersiksa menjalani
hari-harinya. Hidup bersama seseorang yang tidak dicintai terasa menyiksa
batinnya. Saya bertanya kepada Siska, bila ia tidak pernah mencintai suaminya,
mengapa pernikahan itu bisa terjadi? Apakah mereka dijodohkan? Siska mengatakan
bahwa suaminya, Ardi, adalah sahabatnya sejak mereka kuliah dulu. Siska yang
ketika itu menyandang status single parent membutuhkan sosok ayah bagi 2 buah
hatinya. Ardi begitu dekat dan menyayangi anak-anak Siska. Saat Ardi
mengungkapkan perasaannya ingin meminang Siska, dengan pertimbangan demi
melihat 2 buah hatinya bahagia, akhirnya Siska menerima lamaran Ardi.
Dari
pernikahannya dengan Ardi, Siska memiliki 2 orang anak lagi. Siska selalu
berusaha untuk mencintai Ardi sepenuh hati. Namun ternyata cinta tidak bisa
dipaksakan. Kalau dulu orangtua kita menikah tanpa proses pacaran atau saling
mencintai. Rumah tangga mereka awet dan langgeng hingga maut memisahkan. Namun
nyatanya hal itu tidak terjadi pada Siska. Siska tidak pernah bisa mencintai
suaminya.
Karena
tak sanggup lagi menahan rasa yang menyiksa, akhirnya Siska jujur kepada Ardi
bahwa ia tak pernah mencintainya. Bagai disambar petir Ardi terkejut mendengar
pernyataan isterinya itu. Namun Ardi bertekad untuk tetap mempertahankan rumah
tangga mereka. Kekecewaan Ardi ia luapkan dengan memberi rasa sakit pada Siska.
Dengan jujur Ardi bercerita bahwa Ardi saat itu tengah dekat dengan mantan
pacarnya. Siska sama sekali tidak marah. Ia membiarkan suaminya menikmati
hasrat itu. Entah rumah tangga seperti apa yang tengah dijalani Siska saat ini.
Tak terbayang betapa gejolak batin Siska dan Ardi bertahan dalam biduk rumah
tangga yang “sakit” demi menjaga hati anak-anak mereka.
Dalam
kebimbangannya, Siska kemudian juga menemukan kembali mantan pacarnya saat SMA
di situs jejaring sosial. Josh hadir di saat Siska membutuhkan figur yang mampu
membuat hatinya nyaman. Josh ternyata masih hidup melajang. Cinta sejati di
antara mereka seolah kembali membara. Saat ini Josh bekerja di Batam. Hubungan
jarak jauh mereka jalani. Hampir setiap ada kesempatan saat Josh ke Jakarta,
mereka selalu bertemu melepas kerinduan.
Sejak
bertemu Josh, Siska semakin mantap untuk mengakhiri pernikahannya dengan Ardi.
Sudah 5x Siska meminta cerai dari Ardi. Namun Ardi tak pernah mengabulkan. Ardi
justru menjadi seorang pesakitan. Tiap kali Siska meminta cerai, Ardi marah
bukan kepalang. Bahkan Ardi mengancam akan bunuh diri bila Siska tetap kukuh
pada pendiriannya.
Sempat
terbersit di benak Siska untuk begitu saja meninggalkan Ardi dan kedua anaknya.
Namun itu tidak sampai dilakukan Siska. Ia tidak sampai hati melakukan itu.
Naluri keibuannya masih kuat di hatinya. Ia bertanya kepada saya, apa yang
harus saya lakukan sekarang? Hidup di antara dilema membuat hatinya tak bahagia
meskipun ada Josh yang setia pada cintanya. Cinta mereka begitu kuat namun tak
bisa bersatu.
Kisah
seperti yang dialami Siska ini mungkin juga pernah atau sedang dialami oleh
pasangan suami isteri lainnya. Bagi mereka yang tidak mengalami kenyataan
seperti Siska, mungkin saja menganggap bahwa permasalahan tersebut bisa dengan
mudah dicari solusinya. Namun pada kenyataannya, tidak semua orang bisa melalui
ujian kehidupan rumah tangga dengan mudah, seperti halnya yang terjadi pada
Siska.
Tidak
bermaksud untuk menggurui siapapun. Tulisan ini sekedar memberikan pencerahan
untuk kita semua, terutama bagi saya pribadi. Alhamdulillah hingga detik ini
rumah tangga kami aman tentram. Semoga Tuhan senantiasa menjaga keutuhan dan
kedamaian dalam pernikahan kami. Ketahuilah sahabat bahwa tak ada yang sempurna
di dunia ini. Terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan.
Namun yakinlah bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita saat ini adalah yang
terbaik. Karena Tuhan Maha Mengetahui, Dia memberikan apa-apa yang kita
butuhkan dan bukan memenuhi apa-apa yang kita inginkan.
Dalam
sebuah pernikahan, cinta memang memegang peran penting dalam hubungan suami
isteri. Keterikatan batin antara keduanya berupa cinta menjadi penguat hubungan
keduanya. Namun seiring berjalannya pernikahan, banyak hal penting lainnya
selain cinta yang patut menjadi perhatian kita. Salah satunya adalah setelah
hadirnya buah hati.
Kehadiran
anak dalam pernikahan merupakan karunia Tuhan yang tak ternilai. Pernikahan
tanpa kehadiran anak seringkali memicu persoalan tersendiri. Banyak pasangan
suami-istri setelah sekian lama berumah tangga namun sulit mendapatkan anak.
Mereka berusaha semaksimal kemampuan mereka berikhtiar agar bisa memiliki
keturunan. Kehadiran seorang anak juga membuat suami-istri memiliki keterikatan
dan tanggung jawab untuk membesarkan, merawat dan mencintai bersama-sama.
Ketahuilah
bahwa pernikahan yang sehat itu adalah pernikahan yang justru tidak sempurna.
Pernikahan yang sehat bukan berarti tidak pernah bertengkar, namun bisa
menyelesaikan pertengkaran sehingga tidak berlarut-larut. Disinilah diperlukan
keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap pasangan, yaitu keterampilan
menyelesaikan pertengkaran. Karena pernikahan yang terus-menerus diwarnai oleh
pertengkaran akan melahirkan pernikahan yang sakit, yang tidak sehat.
Pertengkaran itu ibarat virus yang meracuni dan membuat daya tahan tubuh
pernikahan menjadi lemah.
Pernikahan
yang sehat itu bukan berarti tidak pernah kecewa, tidak pernah marah, tidak
pernah sedih, atau tidak pernah menyesal. Setiap orang dalam pernikahannya
tentu pernah mengalami kekecewaan atau rasa marah, namun yang terpenting adalah
setelah merasakan semua itu kita bisa belajar berbesar hati untuk menerima
kekecewaan itu dengan lapang dada.
Pernikahan
yang sehat itu bukan hanya selalu mesra dan penuh kasih. Setelah menikah
beberapa waktu, kemesraan dan penyataan kasih sayang tidak lagi seindah seperti
saat berpacaran. Sekalipun perasaan itu tak lagi bergelora namun tapi
ungkapan rasa sayang lah yang harus ditunjukan. Idealnya, perasaan sayang
terhadap pasangan itu senantiasa ada dalam pernikahan yang sehat. Ingatlah,
pasangan kita adalah seseorang yang begitu berarti dalam hidup kita. Ia tak
hanya menerima segala kelebihan kita, namun ia juga bisa menerima segala
kekurangan kita.
Hidup
adalah pembelajaran tiada henti. Apapun dalam kehidupan kita, tak ada kata
berhenti untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Tak ada salahnya untuk
melihat segala kelebihan yang dimiliki pasangan kita dan belajarlah untuk mulai
mencintainya. Satu hal yang patut menjadi renungan kita, bila pasangan kita
bisa menerima kekurangan kita, mengapa kita tidak bisa melakukan hal yang sama?
******
PENDAHULUAN
Jangan pergi, main
futsal,
Ketika masuk, waktu
magrib
Bagaimana isteri, tidak
menyesal,
Suaminya selalu, menutup
aib.
Banyak bakhteri, pada mainan,
Anak raja, berhati-hati.
Ketika
isteri, terlalu dominan,
Suami perih, di dalam hati.
Ukir-ukir, buluh sumpitan,
Ambil rotan, dibelah dua,.
Pikir dahulu, dapat keuntungan,
Sesal kemudian, tiada berguna.
Dihasut
Mantan Pacar, Istri Suguhi Racun Tikus Untuk Suami Serambinews.Com, Kayuagung – Dahlia (20), warga Dusun II, Desa Batu Ampar Lama,
Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), nekat meracuni
suaminya sendiri, Susanto (28) dengan racun tikus yang diisi dalam makanan
martabak. Akibat perbuatan Dahlia, suaminya nyaris tewas dan sempat dirawat di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kayuagung. Dahlia nekat mengisikan racun tikus
ke dalam martabak, lantaran ada pihak ketiga di keluarganya. Pasangan suami
istri ini masih tergolong pengantin baru karena baru menikah, tepatnya pada
Kamis (22/3/2012) lalu. Dahlia terpengaruh oleh hasutan sang kekasih, pacar
pertamanya bernama Debi (20). “Terus terang Pak, ide untuk meracuni suami saya
itu keluar dari Debi. Pacar pertama saya. Saat itu, Debi menghubungi saya
melalui telepon dan meminta saya ketemu dan saat itulah Debi menyuruh saya
untuk meracuninya,” kata Dahlia saat ditemui di Mapolsek Kota Kayuagung, Minggu
(8/4/2012).
Masih kata Dahlia, bukan hanya
sekali saja, Debi menyarankan dirinya untuk meracuni Susanto, sudah berulang
kali. Tetapi, pertama kalinya tidak dilakukan. “Awalnya Debi meminta saya untuk
meracuni Susanto, Jumat (30/3/2012) lalu. Tapi tidak saya lakukan,” tutur
Dahlia seraya berucap dirinya pernah ditanya Debi mengenai racun itu. “Saya
khilaf dan saya dijanjikan Debi akan menikahi saya apabila Susanto meninggal
dunia,” aku Dahlia yang merasa tidak mau jika Debi tidak ditangkap polisi
karena semua ini desakannya. Dahlia mengaku sangat menyesal. Ia yakin keluarga
suaminya sudah tidak senang sama dirinya dan semua itu diterima apa adanya.
Sebenarnya awal tulisan ini disusun ketika
penulis diminta orang memberikan nasehat perkawinan. Tentulah sebaiknya
dikonsep dahulu, supaya terarah dan dan terdokumentasi. Penulis selalu menceritakan tentang seorang istri
menunggu suaminya pulang kerja. Membantu sang buah hati mengerjakan PR.
Terdengar suara motor. Pertanda suaminya telah pulang. Disambut dengan penuh
suka cita. Berebut menyambut kedatangannya. Wajahnya terlihat letih dan lelah.
Sepanjang hari pekerjaan menumpuk. bukan senyuman yang didapat. Suami itu
membentak istrinya. Istrinya membalas dengan senyuman. mencium tangan Sang
Suami tercinta.
‘Ayah, sudah saya siapkan air hangat untukmu,’
kata Sang Istri.
Suaminya bergegas mengambil handuk. Suaminya
terheran. Bentakannya dibalas dengan senyuman. Setelah usai mandi dan sholat.
Letih dan penat telah hilang. Suami menghampiri istrinya. Ditelinga membisikkan
kata, ‘Mah, maafin ayah ya..’ Suami istri itu saling berpandangan. Anaknya
memeluk ibundanya dari belakang. Terdengar suara tertawa riuh. Air mata itu
mengalir. Terasa damai dihati.
Ketika kita melakukan perbuatan baik tetapi dibalas dengan cacian,
berarti kita telah memasuki gerbang maaf, ikhlas, cinta dan kasih sayang. Maka
tersenyumlah sebab itu adalah anugerah yang terindah dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala karena Allah menempatkan diri kita pada derajat sebagai kekasihNya yang
mampu mengolah kebencian menjadi kesejukan hati, mengolah cacian menjadi
senyuman. Maka hidup ini terasa indah. Tersenyumlah!
‘Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. an-Nahl : 128).
Orang Terbaik
keyword: pantun kebencian, syair kebencian, pantun cacian, pantun
pulang kerja, syair kebencian hati, pantun senyuman, kata bijak cacian, puisi
pulang kerja, sair kebencian, kata mutiara tentang cacian, syair cacian, syair
valantine, suami suka membentak istri, puisi kebencian terhadap seseorang, kata
kata bijak membentak, puisi kebencian diri, PUISI KATA KEBENCIAN, puisi cacian,
puisi suara kebencian hati, puisi cinta pulang kerja, puisi tentang kebencian
seseorang, Teks ceramah kebencian di balas kasih sayang, syair untuk buah hati,
Syair membalas, syair kebencian cinta, sair PANTUN isteri, Suami suka membentak
isteri, suami membentak istri, sajak-sajak kebencian, sajak sajak kebencian
terhadap seseorang
BAB I
BAHAYA ISTERI
DURHAKA
Di sudut
kamar ini aku terseduh, menyesal, meratapi nasip yang kini kujalani, sendiri
menanggung hidup tiada tempat mengadu.
Bantal ini jadi saksi bisu, air
mata ini selalu jatuh membasahinya. Suamiku... aku teringat kembali
bagaimana aku memperlakukanmu begitu buruk, tepatnya 2 tahun yang lalu.
Sa'at itu aku sering meninggikan
suaraku di hadapanmu, putih kau minta hitam yang kulakukan, sering aku lalai
akan kewajiban, tak jarang aku memerintahmu, padahal aku tau semua itu tak
pantas kulakukan karena engkau Pemimpin dalam rumah tangga kita, engkau imamku,
mengapa aku tak berpikir pada waktu itu, betapa banyak wanita yang tersiksa
karena perilaku suaminya, sementara aku mendapatkan lelaki yang begitu baik
tapi malah aku sia-siakan, namun engkau selalu tersenyum dan mengikuti semua
mauku, hal ini terus berlangsung sampai suatu ketika engkau jatuh sakit dan
pada akhirnya berpulang keharibaan-Nya.
Tersentak bathinku bagai petir yang
menyambar di siang hari, seperti anak ayam kehilangan induknya, aku hancur,
terpuruk, tak biasa ku hidup dalam kesusahan ini, diri ini terlanjur manja
olehmu. Seribu rasa sesal semakin memperdalam kepedihan. Sungguh setelah
kepergianmu aku merasa sangat berdosa. Andai waktu bisa di putar kembali,
akh...percuma ku bermimpi, yang ada hanya penyesalan demi penyesalan yang tak
bertepi.
Sekarang aku sadar betapa
tertekannya engkau waktu itu walau tak pernah terucap keluhan, meski
tersembunyi air matamu tapi aku yakin engkau terluka olehku hingga jatuh sakit,
semua itu kau tutup rapi di ruang hatimu demi aku yang engkau sayangi.
Kini kumerasakan siksa-Nya karena
telah lalai mensyukuri karunia Tuhan, sungguh teramat pedih kurasakan, hanya
harapan yang bisa kumohonkan semoga Allah mengampuniku dan menempatkanmu di
sisi-Nya yang tinggi lagi mulia.
Semoga kisah ini menjadi renungan
bagi kita baik laki-laki ataupun perempuan, perlakukanlah pasanganmu sebagai
mana mestinya agar tak timbul penyesalan di kemudian hari, karena sesal
kemudian takkan ada artinya, semoga Tuhan YME selalu menuntun kita kejalan yang
di ridhai-Nya... Amiin.
BAB II
BAHAYA ISTRI YANG DURHAKA
Kehidupan berumah tangga akan indah, jika masing-masing anggotanya
mendapat ketentraman. Sedang ketentraman akan terwujud jika sesama anggota
keluarga saling menghargai, dan memahami tugas masing-masing. Namun, tatkala
hal tersebut tidak ada, maka alamat kehancuran ada di depan mata. Diantara
penyebab hancurnya keharmonisan itu adalah durhakanya seorang istri kepada
suaminya. Maka, pada edisi kali ini kita akan membahas bahaya istri yang
durhaka.
Pembaca yang budiman, sesungguhnya Allah -Subhanahu wa Ta’la-
menciptakan istri bagi kaum adam, agar kita merasa tentram dan tenang
kepadanya. Sebagaimana firman Allah -Subhanahu wa Ta’la-
“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.” (QS. Ar-Ruum :21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir
Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata menafsirkan ayat ini, “Kemudian diantara
kesempurnaan rahmat-Nya kepada anak cucu Adam, Allah menciptakan pasangan
mereka dari jenis mereka, dan Allah ciptakan diantara mereka mawaddah (yakni,
cinta), dan rahmat (yakni, kasih sayang). Sebab seorang suami akan
mempertahankan istrinya karena cinta kepadanya atau sayang kepadanya dengan
jalan wanita mendapatkan anak dari suami, atau ia butuh kepada suaminya dalam
hal nafkah, atau karena kerukunan antara keduanya, dan sebagainya”. [Lihat
Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (3/568)]
Jadi, maksud adanya pernikahan adalah untuk menciptakan
kecenderungan (ketenangan), kasih sayang, dan cinta. Sebab seorang istri akan
menjadi penyejuk mata, dan penenang di kala timbul problema. Namun, jika istri
itu durhaka lagi membangkang kepada suaminya, maka alamat kehancuran ada
didepan mata. Dia tidak lagi menjadi penyejuk hati, tapi menjadi musibah dan
neraka bagi suaminya.
Kedurhakaan seorang istri kepada suaminya amat
banyak ragam dan bentuknya, seperti mencaci-maki suami, mengangkat suara depan
suami, membuat suami jengkel, berwajah cemberut depan suami, menolak ajakan
suami untuk jimak, membenci keluarga suami, tidak mensyukuri (mengingkari)
kebaikan, dan pemberian suami, tidak mau mengurusi rumah tangga suami,
selingkuh, berpacaran di belakang suami, keluar rumah tanpa izin suami, dan
sebagainya.
Allah -Subhanahu wa Ta’la- telah mengancam istri yang durhaka
kepada suaminya melalui lisan Rasul-Nya ketika Beliau -Shollallahu ‘alaihi
wasallam- bersabda,
“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima
kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya” .[HR.
An-Nasa'iy dalam Al-Kubro (9135 & 9136), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (2349),
Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2771), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh
Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (289)]
Tipe wanita seperti ini banyak disekitar kita.
Suami yang capek banting tulang setiap hari untuk menghidupi anak-anaknya, dan
memenuhi kebutuhannya, namun masih saja tetap berkeluh kesah dan tidak puas
dengan penghasilan suaminya. Ia selalu membanding-bandingkan suaminya dengan
orang lain, sehingga hal itu menjadi beban yang berat bagi suaminya. Maka tidak
heran jika neraka dipenuhi dengan wanita-wanita seperti ini, sebagaimana sabda
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
“Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat
mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka telah kufur (ingkar)!” Ada yang
bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?” Rasullah -Shollallahu
‘alaihi wasallam- menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami.
Sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada salah seorang dari mereka
sepanjang hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak berkenan, ia (istri
durhaka itu) pasti berkata, “Saya sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada
dirimu”. [HR. Bukhariy dalam Shohih-nya (29), dan Muslim dalam Shohih-nya
(907)]
Bahaya
istri yg durhaka
“Tak ada gading yang tak retak. Mungkin
pribahasa ini sudah sering terlintas di telinga kita. Kandungan pribahasa ini
sering kita jumpai dalam kehidupan kita. Apalagi dalam kehidupan berumah tangga
yang penuh dengan problema. Awalnya, semua terasa indah. Namun ketika badai
menghadang, petir-petir kemarahan menyambar, awan pekat menyelimuti, tangis
pilu mengiris hati; membuat semuanya berubah. Semuanya harus diterima sebagai
sunnatullah. Kadang kita menangis, dan terkadang kita tertawa. Semua itu berada
di bawah kehendak Allah -Subhanahu wa Ta’la- .
Kehidupan berumah tangga akan indah, jika
masing-masing anggotanya mendapat ketentraman. Sedang ketentraman akan terwujud
jika sesama anggota keluarga saling menghargai, dan memahami tugas
masing-masing. Namun, tatkala hal tersebut tidak ada, maka alamat kehancuran
ada di depan mata. Diantara penyebab hancurnya keharmonisan itu adalah
durhakanya seorang istri kepada suaminya. Maka, pada edisi kali ini kita akan
membahas bahaya istri yang durhaka.
Pembaca yang budiman, sesungguhnya Allah
-Subhanahu wa Ta’la- menciptakan istri bagi kaum adam, agar kita merasa tentram
dan tenang kepadanya. Sebagaimana firman Allah -Subhanahu wa Ta’la-
“Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum :21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir
Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata menafsirkan ayat ini, “Kemudian diantara
kesempurnaan rahmat-Nya kepada anak cucu Adam, Allah menciptakan pasangan
mereka dari jenis mereka, dan Allah ciptakan diantara mereka mawaddah (yakni,
cinta), dan rahmat (yakni, kasih sayang). Sebab seorang suami akan
mempertahankan istrinya karena cinta kepadanya atau sayang kepadanya dengan
jalan wanita mendapatkan anak dari suami, atau ia butuh kepada suaminya dalam
hal nafkah, atau karena kerukunan antara keduanya, dan sebagainya”. [Lihat
Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (3/568)]
Jadi, maksud adanya pernikahan adalah untuk
menciptakan kecenderungan (ketenangan), kasih sayang, dan cinta. Sebab seorang
istri akan menjadi penyejuk mata, dan penenang di kala timbul problema. Namun,
jika istri itu durhaka lagi membangkang kepada suaminya, maka alamat kehancuran
ada didepan mata. Dia tidak lagi menjadi penyejuk hati, tapi menjadi musibah
dan neraka bagi suaminya.
Kedurhakaan seorang istri kepada suaminya amat banyak ragam dan
bentuknya, seperti mencaci-maki suami, mengangkat suara depan suami, membuat
suami jengkel, berwajah cemberut depan suami, menolak ajakan suami untuk jimak,
membenci keluarga suami, tidak mensyukuri (mengingkari) kebaikan, dan pemberian
suami, tidak mau mengurusi rumah tangga suami, selingkuh, berpacaran di
belakang suami, keluar rumah tanpa izin suami, dan sebagainya.
Allah -Subhanahu wa Ta’la- telah mengancam istri yang durhaka
kepada suaminya melalui lisan Rasul-Nya ketika Beliau -Shollallahu ‘alaihi
wasallam- bersabda,
“Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak mau berterima
kasih atas kebaikan suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya” .[HR.
An-Nasa'iy dalam Al-Kubro (9135 & 9136), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (2349),
Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2771), dan lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh
Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (289)]
Tipe wanita seperti ini banyak disekitar kita.
Suami yang capek banting tulang setiap hari untuk menghidupi anak-anaknya, dan
memenuhi kebutuhannya, namun masih saja tetap berkeluh kesah dan tidak puas
dengan penghasilan suaminya. Ia selalu membanding-bandingkan suaminya dengan
orang lain, sehingga hal itu menjadi beban yang berat bagi suaminya. Maka tidak
heran jika neraka dipenuhi dengan wanita-wanita seperti ini, sebagaimana sabda
Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
“Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat
mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka telah kufur (ingkar)!” Ada yang
bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?” Rasullah -Shollallahu
‘alaihi wasallam- menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami.
Sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada salah seorang dari mereka
sepanjang hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak berkenan, ia (istri
durhaka itu) pasti berkata, “Saya sama sekali tidak pernah melihat kebaikan
pada dirimu”. [HR. Bukhariy dalam Shohih-nya (29), dan Muslim dalam Shohih-nya
(907)]
maka
dari itu.,.,
jngn hanya mlihat dr kcntika luar.,.,
tpi pandanglah hati seorang wanita yg bgtu
tulus nya mncntai kita.,.,.,
(
jngn slh paham bagi yg baca.,.,saya cmn sekdr berbagi ilmu yg telah saya
dapati.,.,barangkali saja bagi yg mmbaca mndapat hikmah)
aminn.,.,.
1. Arief Rahmadhoni M.A says:
“BAHAYA
ISTRI YG DURHAKA”
Sebuah
Postingan yg luar biasa, amat layak dibaca, bagi calon pendamping laki-laki di
masa datang, ataupun bagi yang telah jadi ibu-ibu, patut dijadikan bacaan
alternatif. semoga!
maksih Arief, teruslah berlatih menulis, mana
tau today is hobby, tomorrow is profesional!
BAB III
SUAMI YANG TIDAK DAYUS
A.Sepuluh Karakter Suami Ideal
Menjadi suami, yang ideal,
Sederhana, dalam berkhayal.
Shalatnya, tiada pernah tinggal,
Jika gagal, tiada menyesal.
Iman dan taqwa, sebagai modal,
Kerja kerasnya, dapat diandal,
Menjadi suami ideal, bisakah? Sudah lebih dari dua puluh tahun
menjadi suami, namun saya merasa bukanlah suami ideal. Saya hanya selalu
berusaha untuk menjadi baik dan menjadi lebih baik lagi setiap hari. Mungkin
tidak akan pernah sampai ke taraf ideal, karena memang tidak mudah untuk
mencapainya.
Namun
sebagai suami, saya tetap perlu memiliki peta yang jelas, seperti apa karakter
ideal yang seharusnya saya miliki. Jika tidak memiliki peta ini, saya hanya berjalan
melingkar-lingkar, menuruti ritme hidup dan rutinitas yang mekanistik. Setiap
hari seperti itu saja, bersembunyi di balik ungkapan “terimalah aku apa
adanya”, lalu kita merasa tidak perlu melakukan perbaikan dan perubahan apapun.
Toh pasangan kita sudah menerima kita apa adanya.
Pada kesempatan kali ini
saya ingin meringkaskan tulisan tentang karakter suami ideal, dari pertama
hingga kesepuluh.
Karakter
pertama,
Penuh
dengan, kasih sayang,
Tangannya,
tak pernah melayang,
Emosi
dan kasihnya, seimbang,
Hamun
maki, menjadi pantang larang.
suami ideal memiliki
kemampuan untuk senantiasa memiliki cinta dan kasih sayang dalam jiwanya.
Mungkin istri kita terasa sangat menyebalkan, atau tampak sangat menjengkelkan
dengan perkataan dan perbuatannya setiap hari. Para suami selalu memiliki
catatan yang sama, bahwa istri mereka amat sangat cerewet. Terlalu banyak
bicara, terlalu banyak komentar, dan suka memberi nasihat tanpa diminta. Namun
sebagai suami, kita tidak layak mencaci maki, memarahi dan membenci istri.
Jika tidak suka dengan perkataan atau perbuatannya, nasihati,
ingatkan dengan kelembutan, dengan cinta dan kasih sayang. Jika melihat ada
kekurangan pada dirinya, ingatlah Tuhan telah mengutus kita untuk
mendampinginya, agar bisa menutupi kelemahan dan melengkapi kekurangan yang
dimilikinya. Bukan mendamprat, memaki, apalagi sampai berlaku kasar dan
menyakiti hati, perasaan dan badan istri. Selalu sediakan cinta dan kasih
sayang untuk istri Anda.
Karakter
kedua,
Suami
ideal, pandai mengalah,
Sekalipun
dirinya, tidak bersalah,
Memberi
nasehat, karena Allah,
Mendidik
keluarga, sangatlah mudah.
Suami- suami ideal mampu menundukkan egonya sehingga mudah
mengalah, cepat mengakui kesalahan dan ada banyak maaf dalam dirinya. Apakah
yang menghalangi seorang suami untuk meminta maaf kepada istrinya? Apakah yang
menghalangi suami untuk bersikap mengalah ketika ada perselisihan pendapat
dengan istri? Apakah yang menghalangi suami untuk mengakui kesalahan yang
dilakukan? Apakah yang menghalangi suami untuk memaafkan kesalahan dan
kekurangan istri?
Itulah yang disebut dengan ego. Ada ego lelaki, ada ego perempuan.
Dalam suatu pertengkaran antara suami istri, ego masing-masing memuncak tinggi.
Tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang mendahului meminta maaf, tidak ada
yang mau mengakui kesalahan. Padahal, dalam setiap konflik dan pertengkaran
suami istri, selalu ada andil kesalahan dari kedua belah pihak. Keduanya mesti
memiliki andil dalam menciptakan suasana konflik. Maka, tundukkan selalu ego
Anda, untuk istri Anda tercinta, demi keharmonisan rumah tangga.
Karakter
ketiga,
Suami
ideal, membahagiakan isteri,
Mau
membantu, memasak, mencuci,
Bijak
dalam, menghargai,
Kepada
lingkungannya ingin berbakti.
suami ideal mampu
membahagiakan istri, dan merasa senang jika bisa membahagiakan istrinya. Jika
kita mampu membahagiakan istri, maka akan sangat banyak yang bisa kita dapatkan
darinya. Istri merasa nyaman dan tenang, sehingga kita sebagai suami akan lebih
optimal dalam menunaikan berbagai macam kegiatan dalam kehidupan. Istri akan
mendukung berbagai keinginan positif suami, selama ia merasa bahagia.
Yang perlu diketahui
para suami, membahagiakan istri itu bukanlah bab bagaimana memberikan semua
yang diinginkan istri, namun bab bagaimana menyentuh perasaan dan hatinya.
Inilah hakikat yang lebih utama dan penting. Para suami sangat penting
mengetahui jalan untuk menyentuh hati dan perasaan istri, sehingga lebih bisa
menyelami hal-hal apakah yang membahagiakan jiwanya, apakah yang menenteramkan
hatinya, apakah yang sangat diharapkannya.
Bahagiakan selalu istri
Anda, dan lihatlah hasilnya, ia akan bersedia memberikan bantuan apapun yang
Anda minta.
Karakter
keempat,
Suami
ideal, selalu fokus,
Serius
apapun, yang diurus,
Tetapi
tidak, menjadi dayus.
Isteri
yang bengkok, dibuat lurus.
Suami ideal selalu fokus
melihat sisi kebaikan dan kelebihan istri, serta cepat melupakan kekurangan
istri. Sesungguhnyalah setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak
ada manusia yang sempurna, dimana hanya memiliki kelebihan saja dan tidak
memiliki kekurangan. Sebagaimana juga tidak ada manusia yang hanya memiliki
kelemahan dan kekurangan saja, tanpa memiliki kebaikan dan kelebihan apapun.
Semenjak awal pernikahan, seharusnya sudah ada kesadaran yang
tertanam dalam diri suami dan istri, bahwa pasangan hidupnya bukanlah malaikat,
bukanlah manusia super yang terbebas dari kelemahan. Para suami hendaknya
menyadari, istri yang dinikahi itu hanyalah perempuan biasa saja, yang memiliki
banyak kelemahan dan kekurangan. Untuk itulah Tuhan mengutus Anda untuk
melengkapi kekurangannya, untuk memperbaiki sisi kelemahannya.
Lupakan saja berbagai
kekurangan dan kelemahannya, fokuslah melihat sisi kebaikan dan kelebihannya.
Karakter
kelima,
Suami
yang ideal, dapat dipercaya,
Jujur
dalam, memberi belanja,
Transportasi,
disiapkannya,
Sesuai
dengan , kemampuannya.
suami ideal memiliki peta
kasih yang lengkap terhadap istrinya. Peta kasih yang terperinci tentang
pasangan akan memberikan banyak sekali kemanfaatan. Di antara manfaatnya adalah
menumbuhsuburkan cinta dan kasih sayang, karena adanya rasa saling percaya.
Dengan mengenal secara mendalam tentang berbagai kondisi pasangan, maka yang
muncul adalah suasana saling percaya, dan tidak ada dusta atau curiga di antara
mereka. Tidak ada sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, karena setiap bentuk
perubahan sekecil apapun telah mereka ketahui bersama.
Cara yang paling sederhana untuk mengetahui detail perubahan dan
perkembangan adalah dengan selalu mengobrol setiap saat, setiap waktu. Biasakan
mengobrol, di setiap ada kesempatan, tanpa perlu membatasi atau menentukan
tema-tema tertentu untuk diobrolkan. Dari A sampai Z, semua bisa diobrolkan
oleh suami dan istri. Dengan cara mengobrol itulah berbagai hal bisa diketahui
oleh pasangan. Suami menjadi mengerti pikiran istri, dan istri bisa mengerti
pikiran suami.
Karakter
keenam,
Mendengarkan
isteri, yang mengeluh,
Menyelesaikan
dengan, sungguh-sungguh,
Pandai
serius, bisa berseloroh,
Terkena
kritik, tidak langsung roboh.
suami ideal selalu mendekat kepada istri, bukan menjauh. Jika Anda
tengah marah kepada istri, atau menyimpan kekesalan kepada istri, apa yang Anda
lakukan? Semakin mendekat kepada istri, atau semakin menjauh? Jika pada kondisi
seperti itu Anda menuruti emosi, melontarkan kata-kata yang menyakitkan,
menampakkan mimik muka merah, apalagi sampai menyakiti fisik istri, artinya
Anda menjauh.
Jika istri Anda tengah mengeluhkan sesuatu kepada Anda,
bagaimanakah Anda merespon keluhannya? Jika Anda cepat mengkritik, bahkan cepat
menyalahkan istri, itu pertanda Anda menjauh darinya. Anda tidak berusaha untuk
mendekat dan menenteramkan hatinya, namun justru membuat garis pemisah yang
semakin tajam antara Anda dengan istri Anda.
Sebagai suami, teruslah berusaha mendekat istri, jangan menjauh.
Saat istri tampak emosional dan marah-marah, dekatilah, peluklah, bisikkan
kalimat mesra di telinganya. Jangan diimbangi dengan kemarahan, emosi dan
apalagi kekerasan serta kekasaran sikap. Mendekatlah terus kepada istri, dan
jangan menjauh.
Karakter
ketujuh,
Suami
ideal, punya keterampilan,
Yang
benar-benar dapat diandalkan,
Mencintai,
suatu pekerjaan,
Dalam
bekorban, tak pernah enggan.
suami ideal memiliki keterampilan praktis
kerumahtanggaan. Suami bukan hanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi anak
dan istri, sehingga setelah di rumah merasa menjadi manusia bebas yang tidak
memiliki tugas dan tanggung jawab apapun untuk dikerjakan. Sesampai di rumah
langsung istirahat, bersantai atau tidur karena merasa sudah lelah dalam
menjalankan kewajiban mencari nafkah. Seakan-akan semua pekerjaan praktis
kerumahtanggaan dengan sendirinya menjadi kewajiban istri.
Sesungguhnyalah pengerjaan kegiatan praktis kerumahtanggaan itu
sangat fleksibel, tidak ada ketentuan baku tentangnya. Maka, lakukan musyawarah
di rumah untuk membagi peran antara suami, istri, anak-anak, dan pembantu (jika
memiliki pembantu rumah tangga). Lebih khusus lagi yang harus disepakati adalah
peran suami dan istri di dalam rumah, agar tidak menimbulkan perasaan
ketidakadilan.
Bagilah peran secara
berkeadilan, melalui proses musyawarah yang penuh suasana kasih sayang, bukan
pemaksaan kehendak atau intimidasi. Semua untuk menjaga cinta dan kasih sayang
dalam kehidupan keluarga.
Karakter
kedelapan,
Suami ideal, tak akan berselingkuh,
Keimanannya,
tiada mudah rapuh,
Akhlak
dijaga dengan, sungguh-sungguh,
Dengan
Tuhannya, tak pernah jauh.
suami ideal memberikan
kesempatan dan dorongan kepada istri untuk maju, berkembang dan
berprestasi. Tidak layak bagi suami untuk menghambat kemajuan dan
perkembangan potensi istri. Pernikahan bukanlah lembaga untuk mensterilkan
berbagai potensi dan prestasi salah satu pihak. Justru dengan pernikahan itu
akan semakin mengoptimalkan berbagai potensi kebaikan dari suami dan istri.
Definisikan format
prestasi, dan sepakati bersama dalam keluarga. Setelah ada kesepakatan, maka
dukung dan doronglah istri untuk berprestasi. Rayakanlah setiap keberhasilan
dan capaian prestasi suami dan istri, dalam suasana kehangatan cinta dan kasih
sayang. Apabila suami mencapai peningkatan prestasi, itu karena dukungan dan
dorongan istri serta anak-anak. Apabila istri mencapai puncak prestasi, itu
karena dukungan dan dorongan suami serta anak-anak. Semua pihak merasa gembira,
berbangga dan mampu merayakannya
.
Karakter
kesembilan,
Suami
ideal, bisa marah,
Tapi
jelas dan terarah,
Tujuannya,
mengingatkan yang salah,
Agar
tidak, menjadi parah,.
suami ideal selalu
tampak “young and fresh” di hadapan istri. Banyak suami yang menuntut
istri dalam bentuk yang perfect, seperti harus selalu wangi, segar,
harum, berdandan menarik, berpenampilan menyenangkan, dan lain sebagainya.
Namun dirinya sendiri tampak tidak memperhatikan penampilan saat di rumah. Bau
keringat yang menyengat, penampilan yang apa adanya, tidak menampakkan kerapian
dan keserasian dalam berpakaian, menjadi sesuatu yang khas saat di rumah.
Tidak layak semua
tenaga, pikiran dan perhatian Anda habiskan di kantor dan di tempat berkegiatan
di luar rumah. Sementara Anda pulang dengan membawa tenaga sisa, pikiran sisa,
hati sisa, dan perhatian sisa. Cinta dan kasih sayang seperti apa yang Anda
harapkan tumbuh berkembang di dalam kehidupan keluarga apabila semua dibangun
di atas sisa-sisa?
Jangan bawa beban
masalah dari luar rumah masuk ke dalam rumah Anda. Sebanyak apapun rasa lelah
Anda dari melaksanakan aktivitas seharian, pulanglah ke rumah dalam kondisi
segar dan bergairah menemui istri serta anak-anak.
Karakter
kesepuluh,
Suami
ideal, ingin cepat naik haji,
Mengingat
umur, rahasia Ilahi,
Rindu
kepada, tanah suci,
Ingin
hidupnya, diberkahi.
suami ideal selalu memperbarui motivasi dan menguatkan kembali
makna ikatan dengan istri. Menikah, awalnya adalah sebuah akad, atau ikatan.
Prosesi nikah yang sakral itu hakikatnya adalah sebuah ikrar dan perjanjian
agung atas nama Tuhan, diresmikan oleh negara, disaksikan oleh orang tua,
keluarga, kerabat, sahabat, tetangga dan sanak saudara. Sedemikian sakral
prosesi pernikahan, tampak dari banyaknya pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya.
Motivasi menikah adalah
ibadah, bagian dari pelaksanaan aturan Ketuhanan, yang kemudian secara teknis
administrasi diatur oleh negara. Sejak awal, motivasi ini telah diwujudkan dan
dikokohkan dalam sebentuk ucapan atau ikrar, saat
No comments:
Post a Comment