Friday, April 5, 2013

KETIKA HUKUM MATI SENJATA BICARA (JIWA KORSA)



KATA PENGANTAR
         Green lock (saling mengunci). Jiwa solidaritas, jiwa saling membela, perang melawan prereman yang mirip dengan jiwa korsa militer, untuk di Sumatra saya lihat ada di etnis Batak dan Pariaman di Sumbar. Yang lebih menonjol lagi pada orang Bugis, Banjar, Madura dan Flores, tidak kurang hebatnya jiwa korsa di kalangan orang Dayak. Hal seperti itu sering mengemuka di Papua yang disorot oleh media begitu vulgar, bersuluhkan matahari, bergelanggang di mata orang banyak.
         Skenario Amerika untuk melemahkan provinsi Papua dari dalam sepertinya sedang dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu modus yang diterapkan, memicu konflik antar suku di bumi Papua. Skenario melemahkan peran dan keberadaan suku-suku sebagai kekuatan akar rumput di Papua?
Papua, yang dulunya lebih dikenal dengan Irian Jaya, memiliki sumber kekayaan alam yang menarik minat berbagai bangsa di dunia untuk menguasainya. Belanda, yang menjajah Indonesia selama 350 tahun, terbukti merupakan provinsi paling akhir yang dilepas negara kincir angina itu pada 1963. Padahal, Indonesia sendiri sudah memproklamirkan dir sebagai negara merdeka pada 17 Agustus 1945.

         Sejak awal 1970-an,giliran Amerika Serikat yang  menjarah kekayaan alam Papua. Kalau belanda menguasai kekayaan alam Indonesia melalui kongsi dagang bernama VOC, maka Amerika mencaplok Papua melalui sebuah korporasi Tambang terbesar Amerika bernama PT Freeport McMoran, dan mitranya PT Freeport Indonesia. Dan eksploitasi tambang dan emas yang dilakukan Amerika di Papua, masih berlansung hingga sekarang. Karena itu, mencermati berbagai skenario yang dimainkan Amerika maupun para sekutunya di Uni Eropa, kiranya harus menjadi agenda pokok para pemangku kepentingan  di jajaran pemerintahan Indonesia baik di pusat maupun daerah
.

         Karena selain digelembungkannya secara terus-menerus pelanggaran hak-hak asasi manusia terhadap para aktivis Organisasi Papua Merdeka (OPM), Amerika maupun agen-agen asing sepertinya sedang menyusun skenario lain: Mengadu-domba pertempuran antar-suku di Papua. Mengapa? Karena di bumi Papua, hubungan antar-suku bisa dengan mudah dipicu untuk berkobar menjadi konflik berskala luas di Papua. Marilah kita tengok kejadian pada 4 Maret 2010 lalu. Saat itu, entah dari mana awal mulanya, tiba-tiba terjadi pertikaian antar suku di Kwamki Lama. Pemicunya sebenarnya sepele, yaitu ketika terjadi kasus pemalakan atau aksi paksa meminta uang kepada tukang ojek yang dilakukan oleh sekelompok warga dari suku tertentu. Namun situasi tersebut bisa dikendalikan oleh aparat kepolisian.

        Menurut berbagai sumber yang berhasil dihimpun tim riset Global Future Institute, aksi paksa meminta uang atau aksi pemalakan tersebut, diduga keras merupakan salah satu bagian dari skenario untuk memprovokasi perang antar suku di Papua. Karena dengan aksi pemalakan yang dilakukan oleh salah satu suku, diharapkan akan memancing balas dendam dari suku yang salah satu anggotanya menjadi korban pemalakan.


Apakah Makna Jiwa Korsa Yang Menjadi Latar Belakang Pembunuhan Itu?
Investigasi TNI Angkatan Darat mengungkapkan, sembilan anggota Kopassus terlibat dalam penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Angkatan Darat menyebut penyerangan bermotif dendam dan dilakukan tanpa rencana.
        “Serangan merupakan akibat dari pembunuhan Sersan Satu Santoso. Pelaku bergerak dilandasi jiwa korsa yang tinggi dan semangat membela kehormatan kesatuan,” kata Ketua Tim Investigasi Angkatan Darat Brigadir Jenderal Unggul K. Yudhoyono di Jakarta, Kamis, 4 April 2013 pada wartawan Tempo. Dari ungkapan hasil investigasi yang sangat cepat dan lugas TNI AD setelah mendapatkan instruksi KSAD untuk segera mendapatkan informasi dan bisa memutuskan terlibat atau tidaknya aparat TNI AD dalam kasus penyerbuan dan pembantaian di Lapas Cebong Sleman menghasilkan kata kunci yakni JIWA KORSA.
Kata ini berulangkali disebutkan Jenderal Unggul pada press conference, timbul pertanyaan: apakah makna JIWA KORSA tersebut?

PENDAHULUAN
           Jiwa Korsa (corporateness)  atau esprit de corps, merupakan perasaan kesatuan organ yang di tandai dengan keterikatan terhadap kelompok, solidaritas dan semangat kebersamaan yang kuat. Pembangunan rasa kesamaan dalam satuan apapun. Kalau istilah melayu dan jawa yang kuat adalah ringan sama di jinjing berat sama di pikul, mangan ora mangan angger ngumpul. Namun jiwa korsa yang dimaksud dalam tulisan ini adalah jiwa korsa yang berlevel bonding extremely. Sebuah ikatan dan buhul-buhul yang mengikat kencang, semakin ditarik simpulnya maka akan semakin mengikat kuat.
         Apakah hanya Kopassus saja yang memiliki spirit ini karena di se-tup setiap hari oleh teriakan-teriakan khas ala komando? Ternyata tidak! Karena setelah di telusuri dari peristiwa pengeroyokan oleh Hendrik Angel Sahetapy, Adrianus Candra Galaga dan dua kawan lainnya terhadap Sersan Heru Santosa juga di latari oleh jiwa korsa nan kuat. Ikatan dan simpul-simpul sesama perantauan dari Flores mencengkeram ingatan mereka bahwa persatuan sesama perantauan dari kampung yang sama adalah harga mati. Yah,..sehingga mati tertembak oknum Kopassus di dalam sel penjara oleh amarah yang kuat yang juga dilatari jiwa korsa.
        Jiwa korsa adalah simpul yang dipilin dan di bentuk dari tali temali bernama kesatuan. Satu rasa, satu kampung, satu daerah, satu senyawa dan satu agama. Beratus-ratus kali tawuran antar pelajar, antar kampung dan antar agama merupakan wujud dari pertemuan dua jiwa korsa.


BAB     I

PEDANG ZULFIKAR


        Jiwa korsa dan jiwa Ilahiyyah, tergambar pada pedang  yang bernama Zulfikar adalah pedang kuno yang dimiliki oleh syaidina Ali . Ali adalah sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Ia memerintah kekhalifahan Islam 656-661 M. Dengan beberapa catatan sejarah, Nabi Muhammad SAW memberikan pedang Zulfikar pada syaidina Ali di Pertempuran Uhud. Pedang adalah salahsatu simbol Islam dan dikagumi oleh jutaan orang.Zulfikar adalah pedang, yang mengacu pada pedang Asia Barat atau Asia Selatan dengan pisau melengkung. Dikatakan bahwa pedang Syaidina Ali digunakan pada Perang Parit, yang merupakan upaya pengepungan yang terkenal di kota Madinah. Selama pertempuran, Nabi Muhammad SAW, Syaidina Ali, dan pembela Islam membangun parit untuk melindungi Madinah terhadap kavaleri konfederasi yang jauh lebih besar.

        Beberapa ada yang berhadapan dengan bentuk pedang ini. Beberapa dari mereka menggambarkan senjata itu memiliki dua bilah paralel, menekankan kemampuan mistis dan kecepatan, sementara yang lain menggambarkan Zulfikar sebagai pedang tradisional berbentuk lebih. Beberapa gambar sejarah menggambarkan pedang dengan split, pisau berbentuk V. senjata itu bertahan hingga hari ini dan disimpan dalam kepemilikan Imam Muhammad al-Mahdi. senjata ini merupakan bagian dari koleksi yang terkenal yang disebut al-Jafr.
Al-Jafr adalah sebuah buku suci Syiah. Hal ini terdiri dari dua kotak kulit yang berisi artefak yang paling penting dari saat Nabi Muhammad SAW dan Syaidina Ali. Koleksinya telah diturunkan selama beberapa generasi, dengan masing-masing Imam baru menerima dari pendahulunya . Isi Al -Jafr cukup mengesankan, tetapi mereka tidak tersedia untuk dilihatkan ke publik. Salah satu bagian buku ini menggambarkan aturan Islam, arahan, dan hal-hal sekitar perang, termasuk tas yang berisi baju besi dan senjata Nabi Muhammad SAW. Zulfikar merupakan salah satu artefak yang tak ternilai.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook