KATA PENGANTAR
Pelet
dan santet, dibenci Tuhan,
Jangan pernah, diamalkan,.
Perbuatan syirik, disenangi Setan,
Hiduplah besih, peliahara kesucian.
Di zaman dahulu, seorang isteri,
Berniat untuk, taklukkan suami.
Nasi uap, segera diberi,
Tidak ingat, hidup akan mati.
Takut harta, dipindahkan suami,
Isteri curiga, mengarang mimpi,
Bulu perindu, disertai
jampi-jampi,
Suami ikut, telunjuk isteri.
Manusia moderen, jangan demikian,
Membodohkan suami, suatu kesalahan.
Tidakkan bahagia, sepanjang zaman,
Lebih baik perbanyak, baca
al-Qur’an.
Hehehehe... Pasti kalau mendengar nya
Anda pasti merasa aneh bukan. tapi bikin penasaran kan juga,,,iya... nggak?
Mendengar istilah Santet dan pelet pasti buat anda yang sekarang berusia 30 an pasti akan mengingat tentang tragedi pembunuhan dukun santet yang membuat geger seluruh wilayah banyuwangi dan di benak tiap orang, santet pasti menjadi sesuatu yang menakutkan. Apalagi santet selama ini kerap menjadi julukan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, setelah tragedi pembunuhan dukun santet 1998 silam. bahkan sampai saat ini kalau mendengar banyuwangi pasti orang ingat santet.hehehe angker juga sebutanya kota kelahiran ku.
Mendengar istilah Santet dan pelet pasti buat anda yang sekarang berusia 30 an pasti akan mengingat tentang tragedi pembunuhan dukun santet yang membuat geger seluruh wilayah banyuwangi dan di benak tiap orang, santet pasti menjadi sesuatu yang menakutkan. Apalagi santet selama ini kerap menjadi julukan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, setelah tragedi pembunuhan dukun santet 1998 silam. bahkan sampai saat ini kalau mendengar banyuwangi pasti orang ingat santet.hehehe angker juga sebutanya kota kelahiran ku.
Tapi ini beda dengan santet yang betulan,ini hanya sebuah nama untuk makan. Sego santet punya rasa gurih, tapi pedas ayamnya membakar di lidah. Selain karena bumbunya, pedas berasal dari sambal tiga warna. Tiga jenis sambal itu adalah sambal hitam yang terbuat dari keluwak, sambal tomat terasi serta sambal dari cabai hijau.
Ayam santet menggunakan ayam kampung. Namun dagingnya tetap empuk di lidah. Hal itu, karena ayam terlebih dahulu harus dipanaskan di atas api yang nyalanya kecil selama tiga jam. "Setelah itu ayam digoreng atau dibakar, Buat yang penasaran silahkan datang di sentra kuliner di Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Banyuwangi.berada di gerai 31menu ini dibanderol Rp 13 ribu per porsi, harga yang ramah di kantong.di sana juga ada menu yang tak kalah enak yaitu sego pelet/nasi pelet. Nama makanan memang jadi salah satu daya tarik bagi pembeli. Namun rasa tetap jadi patokan nomor satu. Bila nama menarik, dan rasanya nikmat, dijamin pembeli akan terus berdatangan.
PENDAHULUAN
Mohon maaf, kata-kata ini kotor,
Nasi kangkang, pernah tersohor.
Bagi orang, yang diktator,
Menundukkan pasangan, dengan air kolor.
Na’uzubillahi, min zalik,
Orang
terdesak, berbuat syirik.
Aqidahnya lemah, Setan menggelitik,
Suami isteri,
sering konflik.
Wanita harus kuat, aqidahnya,
Kepada suami, berikan doa.
Saling hormat, merasa berharga,
Mohon bimbingan, Tuhan Yang Esa.
Pernah
dengar istilah nasi kangkang tak, kata orang
Kalimantan. Ini kisah di Malaysia. Kononnya si suami boleh ikut telunjuk
isteri kalau termakan nasi kangkang
ni...kira macam obat penunduk dan berkesan jika isteri ingin jadi Queen
Control..cara penyediaannya mudah..Boleh teruskan baca kalau berminat/Kalau tak
caya / tak minat jangan teruskan...bahaya...anda tidak dilindungi oleh insuran
yang disediakan oleh pihak pengurusan forum paramedik sekiranya mencuba
penyediaan nasi kangkang ini tanpa kaedah yang telah diturunkan di sini...
Masak nasi guna periuk karen atau periuk tak karen..(guna beras Basmathi lagi lembut) bila dah masak letakkan ia di atas lantai...kangkang kan kaki anda dan berjalan di atas nasi tersebut sebanyak tujuh kali.. kena reverse -kira satu..(takut terlanggar objek lain sewaktu reverse - boleh pasang reverse sensor) sewaktu reverse tu kena baca jampi ni..(Maaf logat Malaysia).
Minyak
Pucong-pucong,
Salai tepi Para,
Lihat jauh rupa Lutong,
Lihat dekat rupa kera.
Salai tepi Para,
Lihat jauh rupa Lutong,
Lihat dekat rupa kera.
x 7 kali....nyaring-nyaring - paling afdal dan berkesan buat jam 12.00 mn hingga 3.00 am..malam jumaat
Nasi kangkang sedia untuk dihidangkan....
boleh makan bersama ayam masak kari, kicap, atau budu...
sekian sahaja resepi saya untuk hari ini...
hehehe....jangan marah...
Tapi nak tanya jugak dengan kalian..betulkah NASI KANGKANG ni wujud dan very power full...ataun hanya mitos saja.
Kisah ini
nasi kangkang pernah terjadi sama kontraktor cina di sapulut nabawan duluu..
Ada kisah lain, yaitu kontraktor sudah kawin tapi suka main prempuan indon di tawau.Malaysia.
so prempuan ni suda la ndak lawa, tapi mangkali dia suda kasi "nasi kangkang" sama ni cina,
tu cina trus mcm kena remote control oleh tu prempuan indon..
pernah sekali, tu cina punya kreta powil rusak..so dia tpaksa stay di site opis di sapulut..
ndak tau mcm mana bila tu prempuan indon call dari tawau, tu cina trus packing barang dia mo jalan kaki
pigi tawau..
kawan-kawan lain baru perasan yang dia sudah kana control bila nampak gaya tu cina macam robot..
Ada kisah lain, yaitu kontraktor sudah kawin tapi suka main prempuan indon di tawau.Malaysia.
so prempuan ni suda la ndak lawa, tapi mangkali dia suda kasi "nasi kangkang" sama ni cina,
tu cina trus mcm kena remote control oleh tu prempuan indon..
pernah sekali, tu cina punya kreta powil rusak..so dia tpaksa stay di site opis di sapulut..
ndak tau mcm mana bila tu prempuan indon call dari tawau, tu cina trus packing barang dia mo jalan kaki
pigi tawau..
kawan-kawan lain baru perasan yang dia sudah kana control bila nampak gaya tu cina macam robot..
BAB I
SAJIAN KOTOR
MEMBUAT SUAMI DAYUS
Wanita yang membuat, suami dayus,
Bau surga, tiada kan terhendus.
Menghilangkan fitrah, yang sanagt
halus,
Sifat laki-laki, pemimpin yang tulus.
Di Sumatra tengah, seabad yang lalu.
Selalu ada saja cerita nenek moyang tradisi lama yang unik dari bumi Nusantara,
negeri kepulauan dengan beragam ras dan suku yang ada. Dari kultur dan tradisi
yang beragam ini, ada saja kisah supranatural yang dimiliki. Ilmu pelet
misalnya, ternyata banyak ragam dan jenis dan juga banyak dikenal dalam beragam
tradisi dan daerah. Meski berbeda penyebutan dan nama, tapi cara kerja ilmu
pelet secara umum sama dan bersifat magis alias gaib, yakni menaklukkan calon
pasangan yang awalnya tak suka menjadi suka. Menundukkan hati si calon dengan
cara magis.
Di daerah Sumatra tengah, Jambi, Riau, Padang, misalnya, juga ada juga tradisi yang menyimpan ragam ilmu gaib ini, termasuk jenis pelet yang konon dikenal dengan istilah cirik barandang. Beragam ilmu ini bisa berupa jampi-jampi, mantera, atau berupa sarana mistis lainnya.Nah, cara kerja pelet cirik barandang ini konon berbentuk serbuk yang diaduk dengan kopi atau teh manis. Siapa saja, tak peduli pemuda atau gadis, jika termakan ramuan pelet ini akan datang ke rumah orang yang memberikan ramuan tersebut. Konon saking hebatnya serbuk gaib tersebut, sang korban akan menyerahkan dirinya sambil mengemis, memohon agar dapat diterima cintanya. Bahkan seorang gadis tak segan meminta agar segera dinikahi.
Seorang gadis atau bujang yang termakan ramuan pelet Cirik Berandang ini konon akan mabuk kepayang. Siang hari teringat pada si pembuat ramuan, dan malam harinya akan terbawa dalam mimpi. Bahkan pemuda atau gadis yang memberikan ramuan Cirik Barandang datang dalam mimpi sebagai seorang puteri raja, sang pangeran yang sangat mempesona. Dalam mimpi itu, mereka bukan sekedar bercumbu atau bermesraan. Tapi berhubungan intim hingga mencapai orgasme.
Maka para orang tua dahulu selalu mengajarkan anak gadisnya untuk bersopan-santun dan memiliki tatakrama yang baik kepada siapapun orang lain, tamu dan sanak-saudara. Cara yang dianjurkan adalah menjaga adat dan sopan-santun dan jangan berlebih-lebihan serta melampaui batas tatakrama yang berlaku di daerah tersebut. Semua petuah orang tua ini umumnya dimaksudkan agar tidak meinimbulkan bibit kebencian yang berujung pada niat untuk menyakiti dan melakukan tindakan berlebihan, semisal pelet ini.
Biasanya, ramuan Cirik Barandang ini akan dipergunakan seorang pemuda jika cintanya ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaannya. Merasa dihina oleh seorang gadis sombong, bahkan bukan sekedar cinta ditolak, tapi si pemuda juga dicaci maki dengan kata-kata sangat menyakitkan hati. Dari sini muncul dendam dan amarah dan aura negatif yang pada akhirnya juga memunculkan kesan negatif.
Lalu dalam gelap mata ini, ia berniat jahat dengan mendatangi dukun atau orang tua yang mereka percaya memiliki senjata ampuh untuk membalaskan dendamnya, termasuk membuat pelet ini. Konon kalau masih di daerah pelosok dan pinggiran kota, orang tua semacam ini masih banyak dirujuk. Kalau sudah demikian maka yang ada di kepala adalah memlasakan rasa murka dan amarah yang menutupi kepalanya hingga sudah tidak berfikir panjang dan jernih, sementara sang dukun memang memiliki pekerjaan untuk menampung hal demkian, maka kloplah.
Sang dukun lalu memberikan ramuan racikannya agar ditaburkan dalam teh manis, kopi, jus, atau panganan berupa kue yang akan dimakan si korban. Namun ada saja penyimpangan yang sengaja dimunculkan dan disalahgunakan. Misal, ramuan pelet ini tidak hanya digunakan oleh para pemuda yang sakit hati karena ditolak cintanya dan dihina oleh si gadis. Faktanya penyimpangan banyak terjadi, para laki-laki tua di Ranah Minang, terutama berlangsung di zaman lampau, banyak juga yang meminta bantuan dukun jika akan menambah isteri berusia gadis belia.
Konon dengan ramuan ini membuat si gadis mabuk kepayang. Sang gadis yang semula benci dan menolak mentah-mentah lamaran laki-laki gaek alias bandot tua itu, umumnya akan berubah menjadi tergila-gila, mengemis dan minta dinikahi. Belum lagi peran orang tua si gadis yang juga gelap mata, karena terbius oleh harta si bandot tua. Ada saja orang tua yang justeru bekerja sama untuk mengobati anak gadisnya agar mau diperisteri, meski bersatatus sebagai isteri kedua, ketiga, atau keempat sekalipun.
Cirik Barandang ini konon sarana pelet Minang yang telah berusia sangat tua, bahkan mungkin sangat langka. Kendati demikian, bukan berarti pemegang ramuan super ampuh ini sepenuhnya punah. Konon ada saja orang-orang tua atau sepuh yang tinggal di pedesaan Minangkabau yang masih menguasai petunjuk pembuatan ramuan pelet ini.
Yah, semua tentu akan kembali kepada pembaca semua,
termasuk soal
kepercayaan dan masih adanya ilmu pelet jenis ini. Sebab, cara baik yang
dilakukan tentu akan berakibat baik, tetapi kalau cara buruk yang ditempuh,
tidak menutupkemungkinan akan berakibat buruk, entah saat ini, lusa dan
masa-masa mendatang. Semoga bisa dipahami dan menjadi pelajaran
sumber : http://www.today.co.id/read/2011/04/19/2...ala_minang
sumber : http://www.today.co.id/read/2011/04/19/2...ala_minang
Inilah kisah mistis tentang ramuan pelet super ampuh yang berasal dari daerah Minangkabau. Seorang gadis yang termakan ramuan ini, hanya dalam waktu 6 jam dijamin langsung minta dinikahi oleh pemuda yang semula dibencinya. Apa rahasia ramuan ini...?
Sama seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, daerah Minangkabau juga menyimpan berbagai macam ilmu gaib. Salah satunya tentang keanekaragaman ilmu pelet, baik berupa jampi-jampi, mantera, atau berupa sarana mistis lainnya. Salah satunya adalah serbuk yang diaduk dengan kopi atau teh manis. Siapa saja, tak peduli pemuda atau gadis, jika termakan ramuan pelet ini akan datang ke rumah orang yang memberikan ramuan tersebut padanya.Begitu hebatnya serbuk gaib tersebut, sehingga korbannya akan menyerahkan dirinya sambil mengemis, memohon agar dapat diterima cintanya. Bahkan seorang gadis tak segan meminta agar segera dinikahi.
Ilmu pelet dengan media berupa serbuh tersebut di daerah asalnya, Minangkabau, disebut sebagai Cirik Barandang. Seorang gadis atau bujang yang termakan ramuan Cirik Berandang ini dijamin akan mabuk kepayang. Siang hari teringat pada si pembuat ramuan, dan malam harinya akan terbawa dalam mimpi. Bahkan pemuda atau gadis yang memberikan ramuan Cirik Barandang datang dalam mimpi sebagai seorang puteri raja, sang pangeran yang sangat mempesona. Dalam mimpi itu, mereka bukan sekedar bercumbu atau bermesraan. Tapi berhubungan intim hingga mencapai orgasme. Biasanya, ramuan Cirik Barandang dipergunakan seorang pemuda jika cintanya ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaannya. Merasa dihina oleh seorang gadis sombong, bahkan bukan sekedar cinta ditolak, tapi si pemuda juga dicaci maki dengan kata-kata sangat menyakitkan hati.
Karena itu kemudian seorang pemuda datang ke rumah dukun yang mahir membuat ramuan Cirik Barandang. Oleh sang dukun diberikan ramuan racikannya agar ditaburkan dalam teh manis, kopi, jus, atau panganan berupa kue yang akan dimakannya. Celakanya, ramuan pelet ini tidak hanya digunakan oleh para pemuda yang sakit hati karena ditolak cintanya dan dihina oleh si gadis pujaan. Berdasarkan fakta, para laki-laki tua di Ranah Minang, terutama berlangsung di zaman lampau, banyak juga yang meminta bantuan dukun jika akan menambah isteri berusia gadis belia. Mereka menggunakan Cirik Barandang untuk membuat si gadis mabuk kepayang.
Dengan ramuan Cirik Barandang ini, sang gadis yang semula benci dan menolak mentah-mentah lamaran laki-laki gaek alias bandot tua itu, umumnya akan berubah menjadi tergila-gila, mengemis dan minta dinikahi. Celakanya lagi, karena terbius oleh harta si bandot tua, kebanyakan orang tua gadis justeru bekerja sama untuk ìmengobatiî anak gadisnya agar mau diperisteri, meski bersatatus sebagai isteri kedua, ketiga, atau keempat sekalipun.
Cirik Barandang merupakan sarana pelet yang telah berusia sangat tua, bahkan mungkin sangat langka. Kendati demikian, bukan berarti pemegang ramuan super ampuh ini sepenuhnya punah. Diperkirakan, ada orang-orang tua atau sepuh yang tinggal di pedesaan Minangkabau yang masih menguasai petunjuk pembuatan ramuan pelet ini. Sebagai bukti, beberapa waktu silam Penulis mendapat kesaksian langsung dari satu keluarga, yang anak gadisnya sempat menjadi korban keganasan Cirik Barandang.
Kisah mistis ini dialami oleh seorang gadis cantik dan imut-imut, yang hingga kini masih tercatat sebagai mahasiswa di salah satu universitas swasta di Kota Padang. Ayahnya memang penduduk asli dari Ranah Minang. Ketika lebaran Idul Fitri lalu (sekitar Januari 2006) si gadis ikut mudik bersama kedua orangtuanya, yang kebetulan kampung halamannya terletak di sebuah desa pelosok di Sumbar, tak dinyana gadis malang ini termakan ramuan Cirik Barandang.
Demi menjaga privacy keluarga dimaksud, Penulis sengaja merasahasiakan nama-nama pelaku dalam kisah ini. Jika ada nama pelaku dalam kisah ini sama dengan nama Pembaca Kisah Mistis, di manapun berada, maka itu hanya kebetulan saja. Nah, inilah kisah mistis lengkapnya...
:
Sudah sepuluh tahun Sabirin, ayah Bunga, tidak pernah mudik ke kampung halamannya yang terletak di wilayah pelosok Sumbar. Karena rindu yang begitu menggumpan, lebaran tahun lalu, Sabirin bersama seluruh anggota keluarganya pulang kampung. Acara mudik itu membuat semua anggota keluarga Sabirin begitu bersuka cita. Namun tidak demikian dengan Bunga, anak gadis Sabirin yang tengah tumbuh dewasa. Bagi Bunga, ikut mudik bersama ayahnya merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan.
Sudah sepuluh tahun Sabirin, ayah Bunga, tidak pernah mudik ke kampung halamannya yang terletak di wilayah pelosok Sumbar. Karena rindu yang begitu menggumpan, lebaran tahun lalu, Sabirin bersama seluruh anggota keluarganya pulang kampung. Acara mudik itu membuat semua anggota keluarga Sabirin begitu bersuka cita. Namun tidak demikian dengan Bunga, anak gadis Sabirin yang tengah tumbuh dewasa. Bagi Bunga, ikut mudik bersama ayahnya merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan.
Mengapa? Diam-diam, Bunga
rupanya punya kesan tersendiri terhadap kampung kelahiran ayahnya yang masih
kolot memegang petatah-petitih leluhur itu. Setidaknya, pengalaman sepuluh
tahun lalu ketika pulang kampung bersama ayah masih terbayang dalam benak gadis
kuning langsat ini. Di kampung ayahnya yang kolot itu masih serba pantang.
Tidak boleh makan di depan pintu, duduk di atas kursi sementara orang-orang tua
di bawah, bahkan pantang bersenandung di malam hari. Sebagai gadis yang hidup dan dibesarkan di alam yang
telah modern, Bunga tidak suka ditegur dan diatur oleh pantangan-pantangan yang
baginya omong kosong itu.Ingat hal tersebut, Bunga sebenarnya malas ikutan
mudik.
Dia lebih senang tinggal di rumah saja. Tapi
karena semuanya ikut, maka dia pun terpaksa ikut juga. Dia tak berani tinggal
sendirian di rumah orang tuanya yang besar itu.
"Di kampung ayah, kau tidak boleh berpakaian seperti di kota, Bunga!" Belum-belum ibunya mengingatkan.
"Bunga harus memakai baju kebaya dan memakai jilbab kan, Bu?" Bunga balik bertanya sambil sedikit mencibir.
"Iya! Dan kau harus berkata sopan santun pada setiap orang yang bertemu denganmu," nasihat sang ibu lagi.
"Iya, Bunga mengerti!"
"Ingat, selain itu kau tidak boleh berlaku judes jika ada pemuda setempat menggodamu dan menjahilimu!"
"Memangnya kenapa, Bu?" Bunga balik bertanya. Maklum, hal yang satu ini baru didengarnya. Sewaktu datang pertama kali kampung halaman ayahnya, usia Bunga kala itu memang baru 11 tahun. Jadi, sang ibu tidak merasa perlu menyampaikan pesan ini.
"Jika kau berlaku judes, nanti pemuda itu akan memeletmu. Kau akan tergila-gila padanya dan minta dinikahi. Ingat itu!"
Bunga malah tertawa lucu mendengar nasehat ibunya. "Kalau pemuda itu anak orang kaya apa salahnya, Bu?" candanya sambil menahan tawa.
"Di kampung ayah, kau tidak boleh berpakaian seperti di kota, Bunga!" Belum-belum ibunya mengingatkan.
"Bunga harus memakai baju kebaya dan memakai jilbab kan, Bu?" Bunga balik bertanya sambil sedikit mencibir.
"Iya! Dan kau harus berkata sopan santun pada setiap orang yang bertemu denganmu," nasihat sang ibu lagi.
"Iya, Bunga mengerti!"
"Ingat, selain itu kau tidak boleh berlaku judes jika ada pemuda setempat menggodamu dan menjahilimu!"
"Memangnya kenapa, Bu?" Bunga balik bertanya. Maklum, hal yang satu ini baru didengarnya. Sewaktu datang pertama kali kampung halaman ayahnya, usia Bunga kala itu memang baru 11 tahun. Jadi, sang ibu tidak merasa perlu menyampaikan pesan ini.
"Jika kau berlaku judes, nanti pemuda itu akan memeletmu. Kau akan tergila-gila padanya dan minta dinikahi. Ingat itu!"
Bunga malah tertawa lucu mendengar nasehat ibunya. "Kalau pemuda itu anak orang kaya apa salahnya, Bu?" candanya sambil menahan tawa.
Sang ibu menarik nafas berat. "Ini serius, Bunga! Pokoknya ibu tidak ingin kau dipelet pemuda di sana!"
"Mengapa ibu begitu cemas sih," balas Bunga. "Kita kan hidup di alam modern, Bu. Ngapain sih kita harus percaya hal-hal semacam itu?" Ibu Bunga tidak menjawab, tapi hatinya sangat kesal melihat sikap putrinya yang cantik itu. Sebagai ibu, dia merasa wajib untuk mencemaskan Bunga.
Karena anak gadisnya itu agak tomboy, maka
jika digoda laki-laki dan dia kurang berkenan, maka dia pasti akan membalasnya
dengan sikap yang agak keterlaluan. Sudah beberapa kali sang ibu mendengar
Bunga membalas lelaki yang menggoda, atau berbuat kurang ajar padanya, dengan
makian. Bahkan, Bunga berani menampar wajah laki-laki yang usil menjahilinya."Ibu
tidak perlu mencemaskan Bunga. Percayalah, Bunga akan mengingat nasehat ibu dan
mengindahkan semua nasehat ibu," ujar Bunga seakan coba menenangkan
perasaan ibunya. Sang ibu pun menarik nafas lega. Dia berharap Bunga memang
akan mematuhi nasehatnya....
Hari sudah pukul sembilan pagi, tapi Bunga masih bermalas-malasan di tempat tidur. Udara dingin pegunungan membuatnya malas bangkit dari ranjang. Padahal, bagi warga kampung bangun di pagi hari merupakan suatu keharusan. Terlebih buat anak gadis seperti bunga. Masyarakat menganggap tabu anak gadis tidur hingga siang hari. Sambil bermalas-malasan di tempat tidur, Bunga mendengar neneknya menceracau karna dia belum juga keluar dari dalam kamar. Suara Upik, saudara sepupunya, yang berusaha membangunkan dirinya tidak membuat Bunga beranjak dari atas ranjang.
Bunga yang bandel itu akhirnya bangun setelah sang nenek bersiap menyiram tubuhnya dengan segayung air. Sambil tertawa-tawa dan berteriak ampun, dia segera lari ke kamar mandi yang terletak di belakang rumah.Hari itu memang hari Minggu itu, hari pekan di kampung ayahnya. Upik bermaksud mengajak Bunga pergi ke pasar. Karena itulah Bunga mengenakan pakaian yang paling bagus. Dengan baju kebaya panjang khas Minang, penampilan Bunga terlihat sangat feminim. Berulang kali sang nenek memuji penampilan cucu kesayangannya ini.
Sementara itu, di rumah nenek Bunga ada Malin, anak angkat nenek Bunga. Dia anak yatim piatu. Usianya lima tahun lebih tua dari usia Bunga. Tanpa seorang pun tahu, rupanya sejak pandangan pertama diam-diam Malin jatuh hati pada Bunga.
Suatu hari, persisnya minggu kedua Bunga berada di kampung ayahnya, terjadilah suatu peristiwa. Harinya juga hari Minggu, dan seperti Minggu kemarin Upik juga berniat mengajak Bunga jalan-jalan ke pekan.
Karena hari sudah siang dan Bunga seperti biasa belum bangun, tanpa menaruk curiga nenek Bunga menyuruh Malin untuk membangunkan cucu kesayangannya itu. Tentu saja perasaan Malin sangat girang mendapat tugas ini.
"Bunga, bangun hari sudah siang!" Malin mengingatkan sambil menggedor pintu kamar tidur Bunga yang terkunci dari dalam.
Samar-samar Bunga mendengar suara Malin. Namun, dia hanya menggeliat. Hatinya kesal karena tidurnya yang pulas diusik oleh Malin. "Bunga, Upik menunggumu di ruang tamu!" Kali ini suara Malin agak keras, dan gedoran di pintu kamar juga semakin keras.
"Iya, aku bangun!" Teriak bunga, kesal.
"Lekasan, Upik sudah sedari tadi menunggumu!" Suara Malin semakin meninggi.
"Binatang kamu! Dengar tidak sih, aku akan segera bangun?!" Emosi Bunga jadi meledak. Bergegas dia membuka pintu kamar tidurnya. "Lin, kalau bangunkan orang pakai otak, ya!" Bentaknya di hadapan Malin. Pemuda dusun itu tertegun sejenak. Wajahnya merah padam. Hatinya terasa nyeleki sebab gadis yang diam-diam dikaguminya menyebut dirinya sebagai binatang dan tak punya otak. Dua kata-kata itu rasanya begitu menyakitkan. Malin menatap wajah Bunga dengan perasaan sakit hati.
"Apa lihat-lihat?!" Bentak Bunga lagi tidak senang dipelototi Malin seperti itu.
Malin terdiam,
tapi tatapannya semakin nanar. Bunga rupanya semakin kesal, sehingga secara
refleks tangan kanannya menampar wajah anak muda itu. Malin terdongak menerima tamparan Bunga yang kebetulan
adalah gadis pemilik Ban Hitam. Bukannya menyesal, Bunga yang tomboy malah
merasa puas hatinya. Dia tak sadar, emosinya ini telah membuatnya lupa pada
nasehat ibunya agar jangan berbuat kasar pada pemuda kampung ayahnya. Tanpa dinyana, perasaan sakit hati Malin pada Bunga
menjadi lengkap sudah. Seumur hidupnya baru pertama kali ini dia dihina dan
dicaci maki seorang gadis cantik. Lebih menyakitkan lagi, hal itu dilakukan
oleh gadis yang diam-diam sangat dia cintai dan kagumi.
Betapa hancur hati Malin, seperti diiris-iris sembilu, dan seperti kaca terempas di batu. Pecah berkeping-keping tanpa harapan untuk merangkainya kembali. Kejadian pagi itu, sepanjang hari terus saja muncul dalam pikirannya. Malin benar-benar merasa sangat terhina karena disamakan dengan binatang yang tidak punya otak. Dan tamparan itu, sungguh begitu menyakitkan. Bukan wajahnya. Tapi hatinya yang terdalam. Ya, hati yang penuh cinta dan kekaguman itu berubah penuh dengan kebencian.
Tiba-tiba muncul dalam hati Malin niat untuk membalas perlakukan Bunga. ìAku akan membuatnya bertekuk lutut dan mengemis cinta padaku.î Bisik hati Malin. Malam harinya, selesai shalat Isya di Masjid, Malin mendatangi rumah Datuk Maruhun. Sang Datuk adalah dukun kampung pemilik ilmu pelet Cirik Barandang. Usinya sudah mencapai 75 tahun. Kendati demikian, jangan heran jika dia masih mempunyai isteri yang sebaya dengan usia cucunya, yakni 25 tahun. Hal ini terjadi tentu saja berkat kehebatan ilmu pelet yang dimilikinya. Di hadapan Datuk Maruhan, Malin berterus terang menceritakan perlakuan kasar Bunga pada dirinya. Sang Datuk merasa sangat kasihan pada Malin.
Dia menyanggupi akan membantu Malin untuk membalaskan
sakit hatinya. "Ini ramuan Cirik Barandang.
Ingat, bubuk ini harus kau taburkan dalam gelas minumannya," pesan Datuk
Maruhun ketika memberikan bungkusan berupa kain putih kecil. Di dalam bungkusan kain itu tentu saja terdapat serbuk
yang telah dibacakan jampi-jampi ramuan Cirik Barandan.
"Terima kasih, Datuk. Ini untuk sekedar membeli gula!" Malin memberikan uang 30 ribu rupaih pada Datuk Maruhan. Laki-laki gaek itu menerimanya dengan senyum.
"Terima kasih, Datuk. Ini untuk sekedar membeli gula!" Malin memberikan uang 30 ribu rupaih pada Datuk Maruhan. Laki-laki gaek itu menerimanya dengan senyum.
Singkat cerita, kesempatan menaburkan ramuan pelet Cirik Barandang diperoleh Malin pada hari ketiga setelah dia menerima ramuan sakti tersebut dari tangan Datuk Maruhan. Ketika itu Bunga sedang membuat jus alpukat dalam gelas, dan tanpa dinyana tiba-tiba sang nenek memanggilnya. Tanpa rasa curiga. Bunga meninggalkan begitu saja jus buahnya di atas meja. Kesempatan ini segera digunakan oleh Malin. Setelah merasa aman, dia menaburkan serbuk Cirik Barandang dalam gelas minuman itu. Setelah selesai mengerjakannya, Malin pun segera pergi.
Setelah menaburkan ramuan Cirik Barandang, Malin sengaja tidak pulang ke rumah orang tua angkatnya. Keluarga nenek Bunga sibuk mencarinya, tapi tidak tahu dimana Malin berada. Rupanya, reaksi pelet Cirik Berandang sangat cepat sekali. Hanya dalam tempo 6 jam Bunga menjadi tidak sadarkan diri. Aneh, dia menyebut-nyebut nama Malin, bahkan tanpa sadar menyatakan perasaan cintanya. Perasaan rindu ingin bertemu Malin tidak dapat ditahannya lagi.
Dengan merengek-rengek, Bunga meminta Sabirin, ayahnya, agar mencari Malin. Sabirin merasa agak bingung, sementara Bunga terus meminta agar ayahnya segera mencari Malin. Tapi di mana Malin harus dicari? Anak itu seperti hilang ditelan bumi. Sementara itu, tidak malam tidak siang, Bunga terus bermimpi bersetebuh dengan Malin. Bunga benar-benar merasa sangat tersiksa oleh rindunya. Hampir sepanjang hari dia menyebut-nyebut nama Malin. Bahkan, saat matanya terpejam tak jarang dia merintih-rintih seperti orang yang tengah kenikmatan dalam olah seks. Sementara itu juga mulutnya tak henti menyebut-nyebut nama Malin dengan suara mendesah penuh gairah.
Sabirin, ibu Bunga dan neneknya akhirnya sadar sesuatu yang gaib telah terjadi pada diri Bunga. Atas saran nenek Bunga, Sabirin akhirnya mendatangi rumah Datuk Maruhan. Di hadapan sang Datuk, Sabirin menceritakan keadaan anak gadis yang rupanya telah menjadi korban pelet dari pemuda bernama Malin.
"Anak gadismu termakan ramuan Cirik Berandang!" Kata Datuk Maruhan memberikan penjelasan.
"Siapa yang memberikannya, Datuk?" Tanya Sabirin.
"Siapa lagi kalau bukan pemuda yang disebut-sebut namanya oleh anak gadismu itu."
"Jadi Malin yang melakukannya?"
Datuk Maruhan mengangguk. "Benar, dia datang padaku dan kuberikan ramuan itu. Dia sakit hati karena anak gadismu telah berbuat keterlaluan padanya," jelas Datuk Maruhan. Dia lalu menceritakan bagaimana perlakukan Bunga terhadap Malin.
Sabirin tercenung beberapa saat lamanya. Dia menyesali perbuatan Bunga yang telah melanggar adat kesopanan itu.
"Maafkan anak gadis saya, Datuk. Saya minta dengan sangat agar Datuk sudi menyembuhkannya!" Pinta Sabirin setengah menghiba.
"Baiklah, ini serbuk penawarnya!" Kata Datuk Maruhan. Setelah dibacakan mantera serbuk penawar itu diberikan pada Sabirin."Terima kasih Datuk. Ini untuk membeli tembakau," ujar Sarbini menyalami Datuk Maruhun dengan menyelipkan uang 100 ribu. Datuk Maruhan menerimanya dengan tersenyum gembira. Beberapa saat setelah meminum serbuk penawar, Bunga kembali pada keadaan semula. Dia tidak lagi menyebut-nyebut nama Malin, bahkan dia sangat membencinya setengah mati.
Sabirin dan seluruh keluarga nenek Bunga berusaha mencari Malin, tapi Malin sudah pergi jauh. Malin bersumpah tidak akan menginjak rumah nenek Bunga lagi.
Demikianlah kisah mistis tentang kehebatan ramuan pelet Cirik Barandang. Keampuhan media pelet ini sangat sulit ditandangi. Sayangnya, tak mudah mencari informasi mengenai orang tua yang masih memiliki resep ramuan leluhur yang sangat langka ini. Sosok seperti Datuk Maruhan seperti pada kisah ini termasuk manusia yang sangat langka dan sulit ditemukan.
Tidak diperoleh informasi dari bahan apa sajakah sebenarnya ramuan Cirik Barandang ini dibuat. Namun, diperoleh sedikit petunjuk bahwa salah satu bahannya adalah (maaf) ujung kotoran manusia, dalam hal ini si pembuat Cirik Barandang tersebut.
Semoga, ulasan mengenai Cirik Barandang ini dapat menambah wawasan kita tentang ilmu-ilmu gaib yang bertebaran di sekitar kita. Terutama, hal ini penting diketahui oleh kaum Hawa, agar senantiasa berhati-hati dalam bersikap, terutama ketika mereka berada di suatu tempat atau wilayah yang masih kuat memegang tradisi nenek moyang. Ingat pepatah: "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung."
Cirik Barandang : Pelet Serbuk Ujung Tinja
Jakartapress.com Minangkabau terkenal akan keragaman ilmu gaib. Salah
satunya ilmu pelet, yang popular dengan istilah Cirik Barandang yang
terbuat dari serbuk kotoran manusia. Seperti apa ilmu ini? Cirik Barandang
dikenal ampuh menaklukan orang. Bentuknya serbuk yang nantinya akan dicampurkan
ke dalam minuman. Siapa yang meminumnya akan takluk saat itu juga. Bahkan, seorang
wanita yang ditaklukan dengan Cirik Barandang oleh seorang laki-laki langsung
minta dinikahi, meski awalnya tidak menaruh hati. Saking ampuhnya pelet jenis
itu, banyak orang di Minangkabau waspada. Para orang tua, selalu mengingatkan
anak gadisnya, agar berlaku sopan. Tujuannya, agar tidak meinimbulkan bibit
kebencian yang mengundang niat jahat orang lain.
Cirik Barandang biasa digunakan
seorang laki-laki yang cintanya ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaan.
Penolakan dengan cara menghina sehingga laki-laki sakit hati. Dari situlah,
laki-laki akan membalas dendam dengan cara pelet. Tapi ada juga, Cirik
Barandang digunakan para pria yang ingin menambah jumlah istri.
Cirik Barandang tergolong ilmu gaib
berusia tua dan langka. Hanya orang-orang tertentu yang bisa meramu Cirik
Barandang khususnya warga yang tinggal di pedasaan Minangkabau yang kerap
disapa Datuk. Ilmu itu akan diwariskan secara turun temurun. Kabarnya,
serbuk Cirik Barandang dibuat dari ujung kotoran manusia alias tinja si
pemelet.
Ada cara mudah untuk menghilangkan
pengaruh Cirik Barandang. Yaitu memakan makanan yang menyebabkan diare. Jika
seseorang diare terus menerus otomatis Cirik Barandang akan keluar dengan
sendirinya. Makanan yang bisa menyebabkan diare itu disebut penawar Cirik
Barandag.*
No comments:
Post a Comment