Wednesday, April 24, 2013

KURIKULUM PEMALAS, TIDAK MENANTANG






BAB      I



KURIKULUM BANGSA PEMALAS





Buah duku, makan seulas,

Kalau dikulum, terasa manisnya.

Ingin tahu, bangsa pemalas,

Simaklah kurikulum, pendidikannya.


                          Pucuk palas, si daun palas,
                         Letakkan saja, di atas lemari. 
                         Bukan malas, sembarang malas.
                         Orang malas, tak akan mandiri.


Pulau Daik, banyak penyengat.
Pulau Karimun, banyak pegaga;
Kelingking berkait, tetap diingat,
Beribu tahun, dikenang juga.

                        Pulau Pandan, jauh ke tengah,
                        Nampak dari, pantai Andalas.
                        Penipuan terbesar, tentang tanah,
                        Suratnya berlapis, tiga belas.



        Pada awal tahun 1980an, MAW Brouwer, seorang filosof Belanda yang pernah tinggal lama di Indonesia, pernah menjuluki Indonesia sebagai “Negara Pegawai”.  Julukan itu merujuk pada keinginan sebagian besar orang Indonesia ketika ditanya “ingin bekerja di mana” atau “ingin menjadi apa”.  Dalam pengamatan Brouwer, nyaris semua orang Indonesia ingin menjadi pegawai (negeri) alias PNS.

Itu yang, katanya, membedakan Indonesia dengan negara lain, khususnya Uni Soviet (dulu, sekarang negara itu sudah bubar, terpecah menjadi beberapa negara) dan China.  Uni Soviet dijulukinya “Negara Tentara”, karena semua orang ingin menjadi tentara.  Mungkin karena di sana (paling tidak: waktu itu) profesi sebagai tentara lebih menjanjikan kesejahteraan dibandingkan profesi lain.  Sementara itu, China dia juluki “Negara Buruh”, karena itulah yang menjadi cita-cita kebanyakan orang di sana.

Oleh karena itu, jangan heran kalau generasi orang tua kita selalu berkeinginan supaya anaknya (artinya: kita) kalau bisa menjadi PNS saja ketimbang profesi lain.  Bukan hanya menjadi karyawan, tapi spesifik: PNS!  Menjadi PNS dianggap sebagai jaminan masa depan yang cerah, bahkan saat sudah tidak bekerja sekalipun (karena adanya uang pensiun).  Menjadi pegawai swasta, gajinya mungkin lebih besar, tapi bagaimana nanti kalau pensiun?

Kalau kita, tentu banyak yang sudah tahu, bahwa semakin banyak perusahaan swasta yang mengembangkan program dana pensiun bagi karyawannya.  Artinya, bekerja sebagai karyawan swasta bukan berarti tidak memungkinkan kita menikmati uang pensiun, meskipun bentuknya tidak sama persis dengan uang pensiun untuk PNS.  Tapi ini kan bukan tentang persepsi kita, tetapi orang tua kita.

Menjadi PNS juga dianggap memberikan gengsi tersendiri.  Masalah gaji, bisa ‘diatur’.  Kalau merasa tidak cukup, biasanya selalu terbuka peluang untuk mencari sabetan.  Tidak baik sih, tapi kenyataannya, itu yang ada di fikiran banyak orang, mungkin sekali termasuk orang tua kita, ketika membayangkan tentang PNS.

           Jangan heran, profesi sebagai pengusaha mandiri mungkin tidak pernah ada dalam bayangan orang tua kita.  Jangan heran juga, kalau dahi mereka mungkin segera berkerut ketika diberi tahu bahwa anaknya (sekali lagi, artinya: kita) akan membuka usaha sendiri di rumah.  Yang terbayang di kepala mereka adalah suramnya masa depan anak-cucunya.
Mertua juga befikir kurang lebih sama, karena mereka berasal dari generasi yang sama dengan orang tua kita.  Salah-salah, kita bisa dianggap sebagai kepala rumah tangga yang tidak bertanggung jawab kalau menghidupi keluarga ‘hanya’ dari kegiatan bisnis di rumah.
Tentu saja kesalahan persepsi itu perlu ‘diluruskan’.  Sudah dijelaskan di depan, bahwa bisnis di rumah juga punya potensi yang sangat besar untuk menjadi sumber penghasilan yang layak.  Kuncinya ada di kita sendiri.  Bisnis di rumah juga menawarkan berbagai macam hal yang berdampak positif terhadap kehidupan keluarga dalam wujud perbaikan kualitas kehidupan (quality of life).
Itulah mengapa berbicara dengan orang tua, dan mertua, merupakan salah satu langkah penting yang perlu diambil sebelum membuka bisnis di rumah.  Pada intinya, mereka perlu diyakinkan bahwa perekonomian keluarga anda akan baik-baik saja, meskipun dapur anda diasapi dengan hasil usaha sendiri di rumah.  Plus bahwa dengan menjalankan bisnis di rumah, waktu untuk keluarga akan semakin besar, sehingga kehidupan keluarga akan lebih baik.
Hal itu perlu dilakukan, meskipun orang tua/mertua tidak tinggal serumah dengan kita.  Kalau mereka tinggal serumah dengan kita, materi pembicaraan harus ditambah dengan bagaimana bisnis akan dilakukan, termasuk mekanisme kerja kita, sehingga nanti orang tua/mertua tidak merasa ‘terganggu’ dengannya.
BAB     II



PENIPUAN MELALUI UNTERNET



Pulau pisang, pulau pauh,
Pasirnya seperti, bintang di langit.
Penipuan yang  datang, dari jauh,
Masuk ke kamar, lewat internet.

                        Rumah jelek, serambi tak baik,
                        Ikan tenggiri, di dalam dulang;
                        Wajah jelek, prestasi baik,
                        Intelektual tinggi, dipuja orang.

Sapu tangan,  berbunga hijau,
Paduka membeli, pada  Yahudi;
Luka di tangan, karena pisau,
Luka bangsa, karena korupsi.

                       Sapu tangan, jatuh ke laut,
                       Dimakan oleh, ikan buntal.
                       Amboi berat, dosa disebut,
                       Menyembah Setan, demi jabatan.

Pinggiran muara, tidak berbukit,
Banyak bukit, di Tanjung Karang;
Korupsimu tuan, bukan sedikit,
Bisa dimakan, milyaran orang.


                 Si hidung bengkok, licin dan licik.
                 Si gigi jarang, suka berkorban.
                 Kalau ada , penemuan yang baik,
                Harus segera, anda patenkan.

Pesawat terbang,mesinnya besi,
Melayang-layang, di atas laut.
Semua sekolah,punya prestasi,
Masyarakat harus, ikut menyambut.

          Seluruh bahan tambang ada di Indonesia, seharusnya  membuat kita bangga atas
kekayaan bangsa ini. Namun seringkali kita tidak menyadarinya dan justru
melihat "seribu kekurangan" negara ini. Yah, mari bersyukur karna kita
adalah warga Indonesia.*

 Disamping beberapa kekurangan yang sering melekat di tanah air kita
Indonesia, namun ada puluhan rekor dunia yang patut kita banggakan sebagai
warga negara Indonesia karena sampai saat ini blom ada yang mampu memecahkan
rekor tersebut dari Indonesia.
Berikut daftar 24 rekor dunia yang dimiliki Indonesia.

1. Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.504 pulau (termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan
6.000 pulau yang tidak berpenghuni) .

2. Disini ada 3 dari 6 pulau terbesar didunia, yaitu : Kalimantan (pulau
terbesar ketiga di dunia dgn luas 539.460 km2), Sumatera (473.606 km2) dan
Papua (421.981 km2).

3. Indonesia adalah Negara maritim terbesar di dunia dengan perairan seluas
93 ribu km2 dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang
pantai di dunia.

4. Pulau Jawa adalah pulau terpadat di dunia dimana sekitar 60% hampir
penduduk Indonesia (sekitar 130 jt jiwa) tinggal di pulau yang luasnya hanya
7% dari seluruh wilayah RI.

5. Indonesia merupakan Negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia.
Terdapat lebih dari 740 suku bangsa/etnis, dimana di Papua saja terdapat 270
suku.

6. Negara dengan bahasa daerah yang terbanyak, yaitu, 583 bahasa dan dialek
dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia .
Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah dengan jumlah
pemakai terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.

7. Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Jumlah pemeluk agama
Islam di Indonesia sekitar 216 juta jiwa atau 88% dari penduduk Indonesia .
Juga memiliki jumlah masjid terbanyak dan Negara asal jamaah haji terbesar
di dunia.

8. Monumen Budha (candi) terbesar di dunia adalah Candi Borobudur di Jawa
Tengah dengan tinggi 42 meter (10 tingkat) dan panjang relief lebih dari 1
km. Diperkirakan dibuat selama 40 tahun oleh Dinasti Syailendra pada masa
kerajaan Mataram Kuno (750-850).

9. Tempat ditemukannya manusia purba tertua di dunia, yaitu :
Pithecanthropus Erectus'¬ yang diperkirakan berasal dari 1,8 juta tahun yang
lalu.

10. Republik Indonesia adalah Negara pertama yang lahir sesudah berakhirnya
Perang Dunia II pada tahun 1945. RI merupakan Negara ke 70 tertua di dunia.

11. Indonesia adalah Negara pertama (hingga kini satu-satunya) yang pernah
keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tgl 7 Januari 1965. RI
bergabung kembali ke dalam PBB pada tahun 1966.

12. Tim bulutangkis Indonesia adalah yang terbanyak merebut lambang
supremasi bulutangkis pria, Thomas Cup, yaitu sebanyak 13 x (pertama kali th
1958 & terakhir 2002).

13. Indonesia adalah penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20%
dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar kedua.

14. Indonesia menempati peringkat 1 dalam produk pertanian, yaitu : cengkeh
(cloves) & pala (nutmeg), serta no.2 dalam karet alam (Natural Rubber) dan
minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).

15. Indonesia adalah pengekspor terbesar kayu lapis (plywood), yaitu sekitar
80% di pasar dunia.

16. Terumbu Karang (Coral Reef) Indonesia adalah yang terkaya (18% dari
total dunia).

17. Indonesia memiliki species ikan hiu terbanyak didunia yaitu 150 species.

18. Biodiversity Anggrek terbeser didunia : 6 ribu jenis anggrek, mulai dari
yang terbesar (Anggrek Macan atau Grammatophyllum Speciosum) sampai yang
terkecil (Taeniophyllum, yang tidak berdaun), termasuk Anggrek Hitam yang
langka dan hanya terdapat di Papua.

19. Memiliki hutan bakau terbesar di dunia. Tanaman ini bermanfaat ntuk
mencegah pengikisan air laut/abrasi.

20. Binatang purba yang masih hidup : Komodo yang hanya terdapat di pulau
Komodo, NTT adalah kadal terbesar di dunia. Panjangnya bias mencapai 3 meter
dan beratnya 90 kg.

21. Rafflesia Arnoldi yang tumbuh di Sumatera adalah bunga terbesar di
dunia. Ketika bunganya mekar, diameternya mencapai 1 meter.

22. Memiliki primata terkecil di dunia , yaitu Tarsier Pygmy (Tarsius
Pumilus) atau disebut juga Tarsier Gunung yang panjangnya hanya 10 cm. Hewan
yang mirip monyet dan hidupnya diatas pohon ini terdapat di Sulawesi.

23. Tempat ditemukannya ular terpanjang di dunia yaitu, Python Reticulates
sepanjang 10 meter di Sulawesi.

24. Ikan terkecil di dunia yang ditemukan baru-baru ini di rawa-rawa
berlumpur Sumatera. Panjang 7,9 mm ketika dewasa atau kurang lebih sebesar
nyamuk. Tubuh ikan ini transparan dan tidak mempunyai tulang kepala.

Salam hangat,
*Redaksi Galangpress Group*
Jl. Anggrek 3/34, Baciro Baru
Yogyakarta
Telp/Fax: (0274) 554985


BAB        III

KURIKULUM PENDIDIKAN YANG KERING

- KERING: banyak  KURIKULUM  dan  tulisan dalam rubrik opini cenderung kering, tidak
"berjiwa", karena penulis lagi-lagi punya pandangan keliru bahwa
tulisan analisis haruslah bersifat dingin: obyektif, berjarak,
anti-humor dan tanpa bumbu.

Kurikulum, tidak berjiwa,
Murid tidak bisa, berwiraswasta.
Malas pula, dalam membaca,
Rusak siswa, hancurlah bangsa.


Penulis bukan bermaksud menggurui menteri pendidikan. Hanya memberikan masukan.- MENGGURUI: banyak tulisan opini terlalu menggurui (berpidato, berceramah, berkhotbah), sepertinya penulis adalah dewa yang paling tahu.

Kurikulum tidak boleh, terlalu sempit.- SEMPIT: tema spesifik umumnya ditulis oleh penulis yang ahli dalam
bidangnya (mungkin seorang doktor dalam bidang yang bersangkutan) .
Tapi, seberapa pun pintarnya, seringkali para penulis ahli ini terlalu
asik dengan bidangnya, terlalu banyak menggunakan istilah teknis,
sehingga tidak mampu menarik pembaca lebih luas untuk menikmatinya.

 BUKAN PENTING, PELAJARAN BAHASA INDONESIA
YANG PENTING, BAGAIMANA, MENULISNYA
BAIK PANTUN, ATAU KARYA ILMIAH
MEMBUAT BUKU, BESAR UNTUNGNYA

Menulis untuk jurnal ilmiah, menulis untuk koran atau
majalah adalah menulis untuk hampir "semua orang". Tulisan harus lebih
renyah, mudah dikunyah, ringkas, dan menghibur (jika perlu), tanpa
kehilangan kedalaman—-tanpa terjatuh menjadi tulisan murahan.

Bagaimana itu bisa dilakukan? Kreatifitas. Dalam era kebebasan seperti
sekarang, seorang penulis dituntut memiliki kreatifitas lebih tinggi
untuk memikat pembaca. Pembaca memiliki demikian banyak pilihan
bacaan. Lebih dari itu, sebuah tulisan di koran dan majalah tak hanya
bersaing dengan tulisan lain di koran/majalah lain, tapi juga dengan
berbagai kesibukan yang menyita waktu pembaca: pekerjaan di kantor,
menonton televisi, mendengar musik di radio, mengasuh anak dan sebagainya.

Mengingat "reputasi" esai sebagai bacaan serius, panjang dan
melelahkan, tantangan para penulis esai lebih besar lagi. Dari situlah
kenapa belakangan ini muncul "genre" baru dalam esai, yakni "creative
non-fiction" , atau non-fiksi yang ditulis secara kreatif.

Dalam "creative non-fiction" , penulis esai mengadopsi teknik penulisan
fiksi (dialog, narasi, anekdot, klimaks dan anti klimaks, serta ironi)
ke dalam non-fiksi. Berbeda dengan penulisan esai yang kering dan
berlagak obyektif, "creative non-fiction" juga memungkinkan penulis
lebih menonjolkan subyektifitas serta keterlibatan terhadap tema yang
ditulisnya. Karena memberi kemungkinan subyektifitas lebih banyak,
esai seperti itu juga umumnya menawarkan kekhasan gaya ("style") serta
personalitas si penulis.

Di samping kreatif, kekuatan tulisan esai di koran atau majalah adalah
pada keringkasannya. Tulisan itu umumnya pendek (satu halaman majalah,
atau dua kolom koran), sehingga bisa ditelan sekali lahap (sekali baca
tanpa interupsi).

PENULISAN KOLOM INDONESIA

"Creative non-fiction" bukan "genre" yang sama sekali baru sebenarnya.
Pada dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an kita memiliki banyak penulis
esai/kolom yang handal, mereka yang sukses mengembangkan "style" dan
personalitas dalam tulisannya. Tulisan mereka dikangeni karena
memiliki sudut pandang orisinal dan ditulis secara kreatif, populer
serta "stylist".

Para penulis itu adalah: Mahbub Junaedi, Goenawan Mohamad, Umar Kayam,
YB Mangunwijaya, MAW Brower, Syubah Asa, Dawam Rahardjo, Abdurrahman
Wahid, Arief Budiman, Mochtar Pabottingi, Rosihan Anwar, dan Emha
Ainun Nadjib.

Untuk menunjukkan keluasan tema, perlu juga disebut beberapa penulis
esai/kolom lain yang menonjol pada era itu: Faisal Baraas
(kedokteran- psikologi) , Bondan Winarno (manajemen-bisnis) , Sanento
Juliman (seni-budaya) , Ahmad Tohari (agama), serta Jalaluddin Rakhmat
(media dan agama).

Bukan kebetulan jika sebagian besar penulis esai-esai yang menarik itu
adalah juga sastrawan—penyair dan cerpenis/novelis. Dalam "creative
non-fiction" batas antara fiksi dan non-fiksi memang cenderung kabur.
Bahkan Bondan (ahli manajemen) dan Baraas (seorang dokter) memiliki
kumpulan cerpen sendiri. Dawam juga sesekali menulis cerpen di koran.

Namun, pada dasawarsa 1990-an kita kian kehilangan penulis seperti
itu. Kecuali Goenawan ("Catatan Pinggir"), Bondan ("Asal-Usul" di
Kompas) dan Kayam (Sketsa di Harian "Kedaulatan Rakyat"), para penulis
di era 1980-an sudah berhenti menulis (Mahbub, Romo Mangun, Sanento
dan Brower sudah almarhum).

Pada era 1990-an ini, kita memang menemukan banyak penulis esai
baru—namun inilah era yang didominasi oleh penulis pakar ketimbang
sastrawan. Faisal dan Chatib Basri (ekonomi), Reza Sihbudi, Smith
Alhadar (luar negeri, dunia Islam), Wimar Witoelar (bisnis-poilik) ,
Imam Prasodjo, Rizal dan Andi Malarangeng, Denny JA, Eep Saefulloh
Fatah (politik) untuk menyebut beberapa. Namun, tanpa mengecilkan
substansi isinya, banyak tulisan mereka umumnya "terlalu serius" dan
kering. Eep barangkali adalah salah satu pengecualian; tak lain karena
dia juga sesekali menulis cerpen.

Sementara itu, kita juga melihat kian jarang para sastrawan muda
sekarang menulis esai, apalagi esai yang kreatif. Arswendo Atmowiloto,
Ayu Utami dan Seno Gumiro Adjidarma adalah pengecualian.

Padahal, sekali lagi, mengingat "reputasi" esai sebagai bacaan serius
(panjang dan melelahkan), tantangan kreatifitas para penulis esai
lebih besar lagi.

TUNTUTAN BAGI SEORANG PENULIS KOLOM

Kenapa esai astronomi Stephen Hawking ("A Brief History of Time"),
observasi antropologis Oscar Lewis ("Children of Sanchez") dan skripsi
Soe Hok Gie tentang Pemberontakan Madiun ("Orang-orang di Persimpangan
Kiri Jalan") bisa kita nikmati seperti sebuah novel? Kenapa tulisan
manajemen Bondan Winarno ("Kiat") dan artikel kedokteran-psikolog i
Faisal Baraas ("Beranda Kita") bisa dinikmati seperti cerpen?

Hawking, Lewis, Hok Gie, Bondan dan Baraas adalah beberapa penulis
"pakar" yang mampu menyajikan tema-tema spesifik menjadi bahan bacaan
bagi khalayak yang lebih luas. Tak hanya mengadopsi teknik penulisan
populer, mereka juga menerapkan teknik penulisan fiksi secara kreatif
dalam esai-esai mereka.

Untuk mencapai ketrampilan penulis semacam itu diperlukan sejumlah
prasyarat dan sikap mental tertentu:

Keingintahuan dan Ketekunan:

Sebelum memikat keingintahuan pembaca, mereka harus terlebih dulu
"memelihara" keingintahuannya sendiri akan sesuatu masalah. Mereka
melakukan riset, membaca referensidi perpustakaan, mengamati di
lapangan bahkan jika perlu melakukan eksperimen di laboratorium untuk
bisa benar-benar menguasai tema yang akan mereka tulis. Mereka tak
puas hanya mengetahui hal-hal di permukaan, mereka tekun menggali.
Sebab, jika mereka tidak benar-benar paham tentang tema yang ditulis,
bagaimana mereka bisa membaginya kepada pembaca?

Kesediaan untuk berbagi:

Mereka tak puas hanya menulis untuk kalangan sendiri yang terbatas
atau hanya untuk pembaca tertentu saja. Mereka akan sesedikit mungkin
memakai istilah teknis atau jargon yang khas pada bidangnya; mereka
menggantikannnya dengan anekdot, narasi, metafora yang bersifat lebih
universal sehingga tulisannya bisa dinikmati khalayak lebih luas.
Mereka tidak percaya bahwa tulisan yang "rumit" dan sulit dibaca
adalah tulisan yang lebih bergengsi. Mereka cenderung memanfaatkan
struktur tulisan sederhana, seringkas mungkin, untuk memudahkan
pembaca menelan tulisan.

Kepekaan dan Keterlibatan:

Bagaimana bisa menulis masalah kemiskinan jika Anda tak pernah bergaul
lebih intens dengan kehidupan gelandangan, pengamen jalanan, nelayan
dan penjual sayur di pasar?

Seorang Soe Hok Gie mungkin takkan bisa menulis skripsi yang
"sastrawi" jika dia bukan seorang pendaki gunung yang akrab dengan
alam dan suka merenungkan berbagai kejadian (dia meninggal di Gunung
Semeru).

Menulis catatan harian serta membuat sketsa dengan gambar tangan
maupun tulisan seraya kita bergaul dengan alam dan lingkungan sosial
yang beragam mengasah kepekaan kita. Kepekaan terhadap ironi, terhadap
tragedi, humor dan berbagai aspek kemanusiaan pada umumnya.
Sastra (novel dan cerpen) kita baca bukan karena susunan katanya yang
indah melainkan karena dia mengusung nilai-nilai kemanusiaan.

Kekayaan Bahan (resourcefulness) :

Meski meminati bidang yang spesifik, penulis esai yang piawai umumnya
bukan penulis yang "berkacamata kuda". Dia membaca dan melihat
apasaja. Hanya dengan itu dia bisa membawa tema tulisannya kepada
pembaca yang lebih luas. Dia membaca apa saja (dari komik sampai
filsafat), menonton film (dari India sampai Hollywood), mendengar
musik (dari dangdut sampai klasik). Dia bukan orang yang tahu semua
hal, tapi dia tak sulit harus mencari bahan yang diperlukannya: di
perpustakaan mana, di buku apa, di situs internet mana.

Kemampuan Sang Pendongeng (storyteller) :

Cara berkhotbah yang baik adalah tidak berkhotbah. Persuasi yang
berhasil umumnya disampaikan tanpa pretensi menggurui. Pesan
disampaikan melalui anekdot, alegori, metafora, narasi, dialog seperti
layaknya dalam pertunjukan wayang kulit.

APA SAJA YANG BISA DIJADIKAN TEMA ESAI?

Kebanyakan penulis pemula mengira hanya tema-tema sosial-politik yang
bisa laku dijual di koran. Mereka juga keliru jika menganggap
tema-tema seperti itu saja yang membuat penulis menjadi memiliki gengsi.

Semua hal, semua aspek kehidupan, bisa ditulis dalam bentuk esai yang
populer dan diminati pembaca. "Beranda Kita"-nya Faisal Baraas
menunjukkan bahwa tema kedokteran dan psikologi bisa disajikan untuk
khalayak pembaca awam sekalipun.

Ada banyak penulis yang cenderung bersifat generalis, mereka menulis
apa saja. Namun, segmentasi dalam media dan kehidupan masyarakat
sekarang ini menuntut penulis-penulis spesialis.

- Politik lokal (bersama maraknya otonomi daerah)
- Bisnis (industri, manajemen dan pemasaran)
- Keuangan (perbankan, asuransi, pajak, bursa saham, personal finance)
- Teknologi Informasi (internet, komputer, e-commerce)
- Media dan Telekomunikasi
- Seni-Budaya (film, TV, musik, VCD, pentas)
- Kimia dan Fisika Terapan
- Elektronika
- Otomotif
- Perilaku dan gaya hidup
- Keluarga dan parenting
- Psikologi dan kesehatan
- Arsitektur, interior, gardening
- Pertanian dan lingkungan

Pilihlah tema apa saja yang menjadi minta Anda dan kuasai serta ikuti
perkembangannya dengan baik. Fokus, tapi jangan gunakan kacamata kuda.

Ada banyak sekali tema di sekitar kita. Namun kita hanya bisa
menemukannya jika memiliki kepekaan. Jika kita banyak melihat dan
mengamati lingkungan, lalu menuliskannya dalam catatan harian, ide
tulisan sebenarnya "sudah ada di situ" tanpa kita perlu mencarinya.
Tema itu bahkan terlalu banyak sehingga kita kesulitan memilihnya.
Untuk mempersempti pilihan, pertimbangkan aspek signifikansi (apa
pentingnya buat pembaca) dan aktualitas (apakah tema itu tidak
terlampau basi).

Merumuskan masalah

Esai yang baik umumnya ringkas ("Less is more" kata Ernest Hemingway)
dan fokus. Untuk bisa menjamin esai itu ditulis secara sederhana,
ringkas tapi padat, pertama-tama kita harus bisa merumuskan apa yang
akan kita tulis dalam sebuah kalimat pendek.
Rumusan itu akan merupakan fondasi tulisan. Tulisan yang baik adalah
bangunan arsitektur yang kokoh fondasinya, bukan interior yang indah
(kata-kata yang mendayu-dayu) tapi keropos dasarnya.

Mengumpulkan Bahan

Jika kita rajin menulis catatan harian, sebagian bahan sebenarnya bisa
bersumber pada catatan harian itu. Namun seringkali, ini harus
diperkaya lagi dengan bahan-bahan lain: pengamatan, wawancara,
reportase, riset kepustakaan dan sebagainya.

Menentukan bentuk penuturan

Beberapa tema tulisan bisa lebih kuat disajikan dalam bentuk dialog.
Tapi, tema yang lain mungkin lebih tepat disajikan dengan lebih banyak
narasi serta deskripsi yang diperkaya dengan anekdot. Beberapa penulis
memilih bentuk penuturan yang ajeg untuk setiap tema yang ditulisnya:

- Dialog (Umar Kayam)
- Reflektif (Goenawan Mohamad)
- Narasi (Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
- Humor/Satir (Mahbub Junaedi)

Menulis

Tata Bahasa dan Ejaan: Taati tata bahasa Indonesia yang baku dan
benar. Apakah ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma dan
tanda hubung? Apakah koma ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda
kutip (jika ragu cek kebuku rujukan Ejaan Yang Disempurnakan) .

Akurasi Fakta: tulisan nonfiksi, betapapun kreatifnya, bersandar pada
fakta. Apakah peristiwanya benar-benar terjadi? Apakah ejaan nama kita
tulisa secara benar? Apakah rujukan yang kita tulis sama dengan di
buku atau kutipan aslinya? Apakah kita menyebutkan nama kota, tahun
dan angka-angka secara benar?

Jargon dan Istilah Teknis: hindari sebisa mungkin jargon atau istilah
teknis yang hanya dimengerti kalangan tertentu. Kreatiflah menggunakan
deskripsi atau anekdot atau metafora untuk menggantikannya. Hindari
sebisa mungkin bahasa Inggris atau bahasa daerah.

Sunting dan Pendekkan: seraya menulis atau setelah tulisan selesai,
baca kembali. Potong kalimat yang terlalu panjang; atau jadikan dua
kalimat. Hilangkan repetisi. Pilih frase kata yang lebih pendek:
melakukan pembunuhan bisa diringkas menjadi membunuh. "Tidak" sering
bisa diringkas menjadi "tak", "meskipun" menjadi "meski" dan sebagainya.

Pakai kata kerja aktif: kata kerja aktif adalah motor dalam kalimat,
dia mendorong pembaca menuju akhir, mempercepat bacaan. Kata kerja
pasif menghambat proses membaca. Pakai kalimat pasif hanya jika tak
terhindarkan.

Tak menggurui: meski Anda perlu menunjukkan bahwa Anda menguasai
persoalan (otoritatif dalam bidang yang ditulis) hindari bersikap
menggurui. Jika mungkin hindari kata "seharusnya" , "semestinya" dan
sejenisnya. Gunakan kreatifitas dan ketrampilan mendongeng seraya
menyampaikan pesan. Don't tell it, show it.

Tampilkan anekdot: jika mungkin perkaya tulisan Anda dengan anekdot,
ironi dan tragedi yang membuat tulisan Anda lebih "basah" dan berjiwa.

Jangan arogan: orang yang tak setuju dengan Anda belum tentu bodoh.
Hormati keragaman pendapat. Opini Anda, bahkan jika Anda meyakininya
sepenuh hati, hanya satu saja kebenaran. Ada banyak kebenaran di "luar
sana".

Uji Tulisan Anda: minta teman dekat, saudara, istri, pacar untuk
membaca tulisan yang sudah usai. Dengarkan komentar mereka atau kritik
mereka yang paling tajam sekalipun. Mereka juga seringkali bisa
membantu kita menemukan kalimat atau fakta bodoh yang perlu kita
koreksi sebelum diluncurkan ke media.

"MENJUAL" KOLOM KE MEDIA

Apa yang umumnya dipertimbangkan oleh redaktur esai/opini untuk memuat
tulisan Anda?

Nama penulis: para redaktur tak mau ambil pusing, mereka umumnya akan
cepat memilih penulis yang sudah punya namaketimbang penulis baru.
Jika Anda penulis baru, ini merupakan tantangan terbesar.

Tapi, bukankah tak pernah ada penulis yang "punya nama" tanpa pernah
menjadi penulis pemula? Jangan segan mencoba dan mencoba jika tulisan
ditolak. Tidak ada pula penulis yang langsung berada di puncak; mereka
melewati tangga yang panjang dan terjal. Anda bisa melakukannya dengan
menulis di media mahasiswa, lalu menguji keberanian di koran lokal
sebelum menulis untuk koran seperti Kompas atau majalah Tempo.

Otoritas: redaktur umumnya juga lebih senang menerima tulisan dari
penulis yang bisa menunjukkan bahwa dia menguasai masalah. Tidak
selalu ini berarti sang penulis adalah master atau doktor dalam bidang
tersebut.

Style dan Personalitas: tema tulisan barangkali biasa saja, tapi jika
Anda menuliskannya dengan gaya "style" yang orisinal dan istimewa
serta sudut pandang yang unik, kemungkinan besar sang redaktur akan
memuatnya.

Populer: koran dan majalah dibaca oleh khalayak yang luas. Tema
tulisan harus cukup populer bagi pembaca awam, tanpa kehilangan
kedalaman. Bahkan seorang doktor dalam antropologi adalah pembaca awam
dalam fisika. Kuncinya: tidak nampak bodoh dibaca oleh orang yang
paham bidang itu, tapi tidak terlalu rumit bagi yang tidak banyak
mendalaminya.

                Semenjak Cina, mengexport keladi,
                Talas dan ubi, jadi merana.
                Semenjak Palestina, dijajah Yahudi,
                Teroris tumbuh, di mana-mana.

Ulat bulu , baru menyerang,
Pohon mangga, di banyak negeri.
Dari dahulu, sampai sekarang,
Indonesia kaya, energi mentari.

               Di Jawa, Lapindo berlumpur,
               Di Aceh, gempa bergetar.
               Hati gundah, rasa terhibur,
               Indonesia banyak, orang pintar.

Ada penjahat, memanjat dinding,
Tikus dan cecak, terus berbunyi.
Perlahan-lahan, dalam berunding,
Bisa berdebat, pandai melobi.

               Kesenangan sultan, rebus keladi,
               Keladi tumbuh,  tepi telaga;
               Jutaan penipuan, sudah terjadi,
                Orang yang bodoh, tertipu juga.

Ikat pedati, di dekat sampan,
Sampan dibuat , banyak ruang.
Pejabat mati, karena perempuan,
Pengusaha mati, karena uang.

                   Sarang penyengat, jatuh ke motor,
                   Nampak seperti, bunga melati;
                   Bila teringat, bertebarnya koruptor,
                   Elok diterapkan, hukuman mati.

Tenang-tenang, air di laut,
Sampan nelayan, berisi terasi,
Pornografi, dan suka mencarut,
Jadi hiburan, preman berdasi.

                 Daerah palas, gilang-gumilang,
                 Banyak lilin,  di pinggir tebat.
                 Karakter pemalas, manakan hilang,
                 Tanpa disiplin, yang sangat ketat..

Ikan patin, gulai kelapa,
Hendak dijual, ketika menugal.
Tuan miskin, tidak mengapa,
Asalkan ibadah, jangan tinggal.

                 Ubi banyak, bermacam ubi,
                 Ubi ketela, sedang terjerang.
                 Lobi banyak, bermacam lobi.
                 Lobi Yang licik, ditakuti orang

Ketika proses belajar mengajar berlangsung, terkadang kita jumpai ada saja siswa yang suka tidur di kelas. Waktu yang paling banyak adalah pagi pada jam pelajaran pertama, dan jam pelajaran terakhir. Lonjakan jumlah siswa yang tidur di kelas akan terjadi ketika bimbingan belajar sekolah (kelas fullday) berlangsung.
Siapakah yang salah ? tak ada yang salah menurut saya,..:) kira-kira penyebab siswa tidur di kelas apa ya ? Pengalaman saya, saat mengajar pasti ada saja anak yang tidur di kelas. Alasan mereka tentu beragam.
1. Begadang Bu. Ini alasan yang paling umum dilontarkan anak-anak. Ketika ditanya kenapa harus begadang. Tugas kimia buwanyaaaak e bu,…tugas melukis ndak kelar-kelar e bu,…dll. Pokoknya begadangnya karena sibuk mengerjakan mata pelajaran lain.
2. Semalem bantu Keluarga yang,…..pindah rumah, nikahan, sunatan, dll. pokoknya berhubungan dengan hajatan keluarga. Tak ada hajatan keluarga , hajatan tetanggapun jadi :)
3. Merasa jenuh di kelas. Entah jenuh dengan mapel dan gurunya atau jenuh dengan  masalah dan keseharian mereka sendiri sebagai siswa.
4. Tak menyukai sang guru. Hal ini wajar terjadi, karena perbedaan visi dan misi antara murid dan guru. Karena rasa kurang suka tersebut, siswa lebih memilih untuk tidur saja lah,…
5. Bekerja. Ada beberapa siswa yang memang harus membantu keuangan keluarga. Tentunya mereka harus bekerja. Pekerjaan yang memungkinkan adalah di luar jam sekolah, yakni sore sampai malam. Biasanya jaga warnet, jaga rental PS, bahkan menjadi pramuniaga paruh waktu.
Nah,..kalau sudah seperti ini biasanya harus ada solusi untuk mengatasi rasa kantuk di kelas. Bukan hanya siswa yang harus sadar, tapi guru pun harus membantu supaya tak ada lagi siswa yang tidur di kelas dengan alasan apa pun.
Dokter serius, menginjeksi.
               Agar virus, cepat tersingkir.
               Karakter religius, bertoleransi,
               Seiman jangan, dituduh kafir.

Menangkap tekukur, kucing kurus,
Buaya ditangkap,  di dalam parit.
Orang jujur,telunjuknya lurus,
Orang khianat, kelingking berkait.

                  Mudik ke hulu, di  sisi batu,
                  Hanyut buaya, di dua sisi.
                  Berbeda suku, saling membantu,
                  Berbeda agama, bertoleransi.

Nanas dijual, di pasar niaga,
Tidak lagi, tampak berduri,
Emas perak, perhiasan dunia,
Sikap disiplin, perhiasan diri.

                  Ombak di laut meniti buih,
                  Ombak datang dari seberang;
                   Bekerja keras, pertanda kasih,
                   Sepanjang zaman, dikenang orang?

Mengintip dara, memasang pita.
Selendang dipakai, nampak jarang;
Kreatif itu punya, dayacipta,
Sumbangan untuk, semua orang.

                     Kalau berdiri,  dekat periuk,
                     Tentu saja, terkena arang;
                     Sikap mandiri, kelakuan elok,
                     Ke mana pergi, disayang orang.

Orang Jawa, jadi artis,
Jeketnya dibuat, dari benang;
Pejabat berjiwa, demokratis,
Pemimpin hebat, tetap dikenang.

                    Orang di hulu, menebang jati,
                    Orang di darat,  membuat titian.
                    Karakter ingin tahu,disebut curiosity,
                    Membuat berbagai, penelitian.

Rebus lokan, panggang lokan,
Lokan terdapat,  di  pulau putri.
 Adapun semangat, kebangsaan,
Mementingkan masyarakat,dibandingkan diri..

                      Padi perak ,dalam ember,
                      Buahnya merah,dekat kuali.
                      Karakter cinta, tanah air,
                      Selalu setia, dan sangat peduli.

Pagi-pagi menanam selasih,
Selasih ditanam di hujung serambi;
Bagailah mana hati tak kasih,
Kerana tuan baik budi.

                      Yang dikatakan, pandai besi,
                      Membuat parang, cepat siap.
                      Yang dikatakan, menghargai prestasi,
                       Memanfaatkan dengan, cara beradab.

Pasang kelambu, jangan terlambat,
Nyamuk jangan, hinggap di muka.
Yang dikatakan karakter, bersahabat,
Berbagi dalam, suka dan duka.

                        Orang Dumai, masak menega,
                        Orang Duri, menuai padi.
                        Cinta damai, tanpa curiga,
                        Licin dan licik, tidak terjadi.

Memar pecah, buah kedondong,
Cari yang manis tiada bijinya;
Gemar membaca, pasti beruntung,
Seagala ilmu, itulah kuncinya.

                       Istri empat, pembantunya enam,
                      Raja  industri, dari seberang.
                       Peduli lingkungan, harus ditanam,
                       Hutan lestari, hiduppun tenang.

Naik kapal, membawa kain,
Kain kasa, dekat sumur.
Peduli sosial, membantu simiskin,
Tandanya bangsa, akan makmur..

                      Teroris  tiarap, memakai  sorban,
                      Helykopter, sudah menanti.
                      Bertanggung jawab, rela berkorban,
                      Itulah karakter, pahlawan sejati.

Helikopter,  negara asing,
Memasukkan candu, puluhan ton.
Memilki karakter, daya saing,
Jangan hanya, jadi penonton.

                      Jam beker tidak, di pintu,
                      Pindahkan saja,dekat peti. 
                      Karakter yang tidak, mudah ditipu.
                      Selalu curiga, dan harus teliti.

Puas sudah, menanam ubi,
Nanas juga, dari seberang;
Puas sudah,  hidup teliti,
Sempat juga, ditipu orang.

          
       Anak  Riau, asal Kepri,
                     Terpaut hatinya, di Payakumbuh.
                     Hatiku risau,  tidak terperi,
                     Pendidikan Indonesia, ketinggalan jauh.
 
Pucuk manis, sambal terasi,
Tukang arit, makan meraba.
Yang manis, bernama prestasi,
Yang pahit, bernama narkoba.

                          Pucuk palas, si daun palas,
                         Letakkan saja, di atas lemari. 
                         Bukan malas, sembarang malas.
                         Orang malas, tak akan mandiri.

Pulau Daik, banyak penyengat.
Pulau Karimun, banyak pegaga;
Kelingking berkait, tetap diingat,
Beribu tahun, dikenang juga.

                        Pulau Pandan, jauh ke tengah,
                        Nampak dari, pantai Andalas.
                        Penipuan terbesar, tentang tanah,
                        Suratnya berlapis, tiga belas.

Pulau pisang, pulau pauh,
Pasirnya seperti, bintang di langit.
Penipuan yang  datang, dari jauh,
Masuk ke kamar, lewat internet.

                        Rumah jelek, serambi tak baik,
                        Ikan tenggiri, di dalam dulang;
                        Wajah jelek, prestasi baik,
                        Intelektual tinggi, dipuja orang.

Sapu tangan,  berbunga hijau,
Paduka membeli, pada  Yahudi;
Luka di tangan, karena pisau,
Luka bangsa, karena korupsi.

                       Sapu tangan, jatuh ke laut,
                       Dimakan oleh, ikan buntal.
                       Amboi berat, dosa disebut,
                       Menyembah Setan, demi jabatan.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook