Monday, April 22, 2013

SUAMI JELEK, ISTRI CANTIK (Cerita Hikmah)



 
 
 
 
                                                       PENDAHULUAN
 
Suami yang jelek, ciptaan Tuhan,
Jangan dilempar, dengan hinaan.
Lain orang, lain kelebihan,
Saling menghargai, disyangi Tuhan.
 
        Suami jelek ciptaan Tuhan. Begitu banyak orang yang jelek fisiknya tetapi punya prestasi tingkat dunia dan terjaga kehormatannya. Peradaban di dunia ini telah banyak menciptakan undang-undang yang bertujuan menjaga kehormatan seseorang. Tetapi semuanya masih belum mencapai tingkat kesempurnaan karena kurang teliti dalam menyelami seluk beluk jiwa manusia. Undang-undang tersebut kurang dapat menjaga kehormatan dan hak-hak manusia, tidak sebagaimana norma-norma etik yang telah disyariatkan agama Islam. 

      Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri lagi, bahwa menjaga kehormatan ini adalah hal yang terpenting untuk menjaga kesatuan dalam tubuh masyarakat. Dan sebaliknya menghina kehormatan atau martabat orang lain akan bisa menimbulkan rasa saling membenci, perpecahan dan hilangnya rasa gotong-royong. Oleh karena itu, Islam menganggap bahwa setiap hal yang menyentuh kehormatan orang lain termasuk perbuatan dosa yang harus dijauhi oleh orang-orang yang beriman. Di antara hal-hal yang masuk dalam kategori menghina martabat orang lain ialah : menghina orang lain, menuduh dan memberi julukan yang dibenci olehnya, jelek sangkaan, mengintai dan membicarakan perihal orang lain di kala orang tersebut tidak ada. 
      Semua dosa-dosa tersebut telah dituturkan oleh Al-Qur’an yang pada permulaannya mengingatkan bahwa orang-orang mukmin semuanya adalah bersaudara. Ikatan keimanan yang mempersatukan mereka sama saja dengan ikatan nasab kekeluargaan. Oleh karenanya, Islam melarang seseorang melukai kehormatan saudaranya, baik secara langsung ataupun tidak. Allah telah berfirman : 
       “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-seburuk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. 49 : 9 – 12). 
Ayat-ayat tadi, secara tegas dan gamblang melarang kaum muslimin berbuat dosa-dosa sebagai berikut : 
1.Menghina atau mengolok-olok 
Allah melarang suatu golongan mengolok-olok golongan lainnya. Perbuatan ini amatlah dicela karena timbul dari rasa kagum terhadap diri sendiri yang sekaligus menghina orang lain. Sifat ini akan dapat mengakibatkan hal-hal yang bisa menimbulkan permusuhan antara teman. 
Sesudah Al-Qur’an melarang kaum muslimin saling olok-mengolok antara sesama mereka, lalu Al-Qur’an dengan khusus menganjurkan kepada kaum wanita agar jangan berbuat seperti itu. Karena, pada dasarnya perbuatan saling olok-mengolok sering terjadi di kalangan kaum wanita. Pada permulaannya, larangan ini ditujukan kepada segenap warga masyarakat, tetapi yang terakhir khusus ditujukan kepada wanita mengingat hal yang telah kami sebut tadi. 
Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan maslaah olok-mengolok ini yang pada prinsipnya ialah menghina kehormatan orang lain. Bagaimana bisa terjadi masalah olok-mengolok ini antara sesama kaum muslimin? Padahal belum tentu yang dihina itu kadang-kadang lebih utama dan lebih mulia di sisi Allah dibanding orang yang menghina itu sendiri. 
Norma-norma yang dipakai oleh kalangan lelaki dan kalangan wanita, pada hakekatnya adalah serupa dengan fatamorgana yang sering menipu pandangan mata atau orang-orang yang berpikiran dangkal. Bisa saja terjadi orang yang cantik menghina orang yang jelek, yang kaya menghina yang miskin dan yang muda menghina yang tua, tetapi norma-norma semacam ini bukanlah hakikat yang sebenarnya. Selain dari itu norma-norma tersebut bukanlah indikasi bagi ukuran terhormat atau tidaknya seseorang. Adapun norma-norma yang sebenarnya dan yang dijadikan indikasi dalam merendahkan dan meninggikan derajat seseorang adalah norma-norma yang ada dalam jiwa seseorang, dan takkan bisa dilihat kecuali oleh Allah SWT.
2.Mencela orang lain
Allah SWT, melarang kaum mukminin saling cela-mencela antara sesama mereka. Hal itu dinyatakan oleh-Nya setelah mengawali ayat bahwa mereka adalah saudara. Apabila seseorang mencela saudaranya, berarti ia mencela dirinya sendiri. Demikianlah apa yang dimaksud oleh firman Allah : “Janganlah kamu mencela dirimu sendiri”, sengaja dalam ungkapan ini Allah memakai gaya bahasa yang halus agar dapat dirasakan oleh kaum muslimin, dan agar mereka mau menyadari bahwa antara sesama muslim adalah saudara. Antara saudara harus bersatu dan saling menjaga kehormatan masing-masing, dan harus mawas diri terhadap segala upaya yang menghendaki perpecahan. 
Perbuatan mencela orang lain sudah merupakan ciri khas zaman sekarang. Anda tentu pernah membaca di beberapa surat kabar, seorang tokoh politik mencela tokoh lainnya dan semua orang-orang yang mendukungnya. Tiada lain, maksud yang terkandung dalam hatinya ialah ingin memperoleh ketenaran dengan menjelek-jelekkan orang lain. Dan ada sebagian orang lagi menggunakan “sarana” mencela orang lain hanyalah untuk melampiaskan rasa dendamnya yang sudah mematri dalam hatinya terhadap orang yang dicela. 
Demikianlah kenyataannya sekarang, perbuatan mencela orang lain merupakan penyakit masyarakat yang sudah membudaya. Orang-orang banyak yang melakukan perbuatan itu, mereka tak pernah menggubris larangan Allah terhadap perbuatan yang berdosa ini. 
3.Selain itu Allah melarang kaum muslimin menggunakan nama-nama julukan dalam panggil-memanggil antara sesama mereka. 
Terlebih lagi jika julukan itu tidak disukai oleh orang yang bersangkutan. Barang siapa yang melakukan hal-hal tersebut, dianggap oleh Allah sebagai orang fasik. Orang fasik ialah orang yang tidak taat kepada Allah. Seseorang yang benar-benar beriman akan merasa jijik apabila dirinya dinamakan fasik sesudah ia beriman kepada Allah. Setelah itu Allah mengakhiri isi ayat dengan firman-Nya : 
“Barang siapa yang tidak mau bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim”. Dan balasan bagi orang-orang yang berbuat zalim ialah siksa Allah di dunia maupun di akhirat. 
Jelek prasangka (Prasangka Buruk)
Allah memerintahkan agar kaum muslimin menjauhi sangkaan-sangkaan yang jelek. Seorang yang beriman janganlah membiarkan dirinya menjadi ladang yang subur bagi bibit-bibit dan tunas-tunas yang bisa menumbuhkan rasa jelek prasangka terhadap orang lain. Untuk itu Al-Qur’an memberikan penjelasannya mengenai hal ini : 
“Sesungguhnya sebagian dari sangkaan itu berdosa”. Ulasan Al-Qur’an ini memberikan isyarat pada kita agar menjauhkan prasangka yang jelek. Sehingga seseorang yang belum merasa jelas jenis prasangka mana yang bisa mengakibatkan dosa, dapat mengerti. 
Dengan dicanangkannya peraturan ini, berarti Islam menghendaki agar jiwa seorang mukmin bersih dari jelek prasangka. Karena buruk prasangka ini adalah suatu hal yang dapat mengakibatkan seseorang terjerumus ke dalam perbuatan yang berdosa. 
4.Mencari-cari kesalahan orang lain 
Allah juga melarang orang-orang mukmin melakukan hal ini. Karena perbuatan ini merupakan rentetan dari jelek prasangka. Tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain) adalah suatu perbuatan yang didorong oleh rasa ingin tahu aib orang lain. Oleh karenanya, Al-Qur’an melarang perbuatan ini. Setiap orang memiliki kebebasannya masing-masing dan memiliki kehormatannya yang tak boleh diganggu dalam kondisi apapun. Kita boleh menilai seseorang dari apa yang kita lihat lahirnya saja. 
Adapun masalah batin kita tidak boleh diganggugugat, karena itu adalah kehormatan pribadinya. Dan kita tidak diperbolehkan pula menghukum seseorang, kecuali hanya apabila ia melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ada, dan jelas bukti-buktinya disaksikan secara lahiriyah oleh orang banyak. 
Adapun perihal yang dilakukan oleh pemerintah tentang menyebarkan mata-mata guna mendeteksi gerak-gerik orang yang suka merusak, maka perbuatan ini bukanlah termasuk dari sesuatu yang dilarang oleh Allah. 
Karena tidak sekali-kali pemerintah melakukan hal ini hanyalah karena untuk menolak jangan sampai terjadi kerusakan atau kerusuhan. Dan manfaatnya tentu saja akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Hal ini diperbolehkan selagi masih berada dalam batas-batas yang menghargai kehormatan rakyat. 
Mengumpat 
Dan yang terakhir, Allah melarang kaum mukminin melakukan pekerjaan mengumpat. 
Pengertian mengumpat ialah, seseorang menuturkan sesuatu yang kurang disenangi yang berkaitan dengan pribadi temannya. Penuturannya itu bisa secara blak-blakan ataupun secara sindiran; baik yang dituturkannya itu bertalian dengan masalah agamanya atau kepribadiannya, semuanya sama saja. Perlu diperhatikan, pengertian mengumpat bukan saja ketika orang yang bersangkutan tidak ada, tetapi bisa juga ketika ia berada di depan orang yang membicarakannya. Hal ini pun masuk dalam pengertian mengumpat. 
Rasulullah dalam menanggapi masalah mengumpat ini memberikan penjelasan dalam salah satu sabdanya :

 اتدرون ما الغيبة؟ قالوا : الله ورسوله أعلم, قال : ذكرك أخاك بما يكره, قيل : افرايت لوكان فى اخى ما أقول, قال ان كان فيه ما تقول فقد اغتبته, وان لم يكن فيه ما تقول بهته اى قلت فيه كذبا وبهتانا 
Apakah kamu tahu artinya ghibah (mengumpat)?”. Para sahabat menjawab : “Allah dan Rasul lebih mengetahui hal itu.” Kemudian Nabi SAW bersabda : “Engkau menuturkan perihal saudaramu yang tidak ia senangi”. Salah seorang sahabat menanyakan : “Barangsiapa jika yang kututurkan mengenai saudaraku itu benar-benar?”. Beliau menjawab : “Apabila apa yang kau tuturkanitubenar, berarti engkau telah membicarakannya (mengumpatnya), dan apabila apa yang kau tuturkan itu sebaliknya, maka engkau telah berkata bohong mengenai dirinya.( Hadits riwayat Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan An Nasa’i)” 
Selain itu Al-Qur’an memberikan perumpamaan kepada kita mengenai perbuatan mengumpat ini. Perumpamaannya sama saja dengan memakan daging saudara yang sudah mati. Untuk itu Allah telah berfirman : “Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya”. (QS. 49 : 12). 
Adapun perihal orang-orang yang terang-terangan berbuat syirik atau orang-orang yang mendekati perbuatan maksiat, maka membicarakannya tidak dilarang oleh agama, apabila berniat untuk menegurnya dan menyadarkannya. 
Perbuatan mengumpat adalah perbuatan yang paling jelek dan dapat mengeruhkan keintiman persahabatan. Karena rasa persahabatan ini hanya bisa dipupuk dengan saling mempercayai yang timbul dari hati yang ikhlas, kemudian dipraktekkan dalam bentuk saling menghormati, bermuka ramah dan berkata jujur. Adapun perbuatan mengatakan perihal orang lain sewaktu ia tidak ada dan perkataannya itu menyinggung kehormatannya, maka hal ini akan dapat mengeruhkan keintiman persahabatan. 
Kemudian Allah mengakhiri ayat yang menuturkan hal ini dengan firman-Nya : “Bertakwalah kamu kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”. (QS. 49 : 12). 
Ayat tersebut memberi pengertian bahwa siapa saja yang takut kepada Allah kemudian meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya dan berjanji tidak mau melakukannya lagi, maka pintu taubat masih terbuka untuk mereka. 
Dengan demikian maka jelaslah bagi kita betapa pentingnya peranan Islam dalam mendidik kaum muslimin agar berakhlak yang luhur, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela tadi. Islam menghendaki agar kaum muslimin berada dalam naungan persaudaraan yang dipenuhi dengan rasa kasih sayang dan saling mempercayai antara sesama mereka. 
 
BAB        I
JELEK-JELEK PUNYA TUAH TERSENDIRI


         Pada suatu hari Imran bin Haththan menemui istrinya. Secara fisik, Imran memang buruk, berjerawat dan pendek. Sedangkan istrinya cantik jelita. Tiap kali dia memandang istrinya, si istri kelihatan semakin cantik dan jelita. Dia tidak dapat menahan diri dari memandang istrinya terus-menerus. Lantas istrinya berkata, “Ada apa dengan dirimu?” Dia menjawab, “Segala puji bagi Allah. Demi Allah, kamu perempuan yang cantik.” Si istri berkata, “Bergembiralah, karena sesungguhnya saya dan kamu akan masuk surga.” Dia bertanya, “Dari mana kamu tahu hal itu?” Istrinya menjawab, “Sebab, kamu telah dianugerahi istri seperti aku, dan engkau bersyukur. Sedangkan aku diuji dengan suami seperti kamu, dan aku bersabar. Orang yang bersabar dan bersyukur ada di dalam surga.” Ternyata istrinya yang cantik itu sering sakit-sakitan, sedangkan suaminya jelek itu sangat sehat, bahkan selalu mengobati, wanita cantik lainnya selain istrinya. Untung saja suaminya tidak mata keranjang.

     - Dikatakan kepada As’ab, “Engkau telah tua renta. Sampai seusia ini apakah engkau belum hafal hadis sedikit pun?” Dia pun berkata, “Demi Allah, bahkan tidak ada seorang pun yang pernah mendengar (hadis) dari Ikrimah seperti apa yang saya dengar darinya.” Mereka berkata, “Sampaikanlah hadis tersebut kepada kami.” Dia berkata, “Saya pernah mendengar Ikrimah menceritakan sebuah hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda, ‘Ada dua hal yang tidak akan berkumpul pada diri seorang muslim.’ Ikrimah lupa satu bagian dan saya lupa bagian satunya lagi.”
    - Seorang perempuan mukminah pernah ditanya mengenai kosmetik yang dipakainya. Dia berkata, “Saya menggunakan kejujuran untuk bibirku, Alquran untuk suaraku, kasih sayang untuk mataku, kebaikan untuk tanganku, istiqamah untuk fisikku, dan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk hatiku.”

- Harun ar-Rasyid pernah berkata kepada Qadhi Abu Yusuf, seorang qadhi, “Apa pendapatmu mengenai Faludzat dan Lauzaj (makanan sejenis puding). Manakah di antara keduanya yang lebih enak dan lebih manis?” Qadhi Abu Yusuf menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, saya tidak akan memutuskan atau menghukumi dua hal yang tidak hadir di sisiku.” Lantas ar-Rasyid memerintahkan agar kedua makanan tersebut dihadirkan. Kemudian Qadhi Abu Yusuf menyantap makanan ini sesuap dan makanan satunya lagi sesuap sehingga beliau memakan separuh dari keduanya. Selanjutnya dia berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Saya belum pernah melihat dua pihak yang bersengketa berdebat lebih dahsyat daripada keduanya. Ketika saya hendak memutuskan untuk memenangkan salah satunya, pihak yang lain mengemukakan hujjahnya.” Sama enaknya.

         - Ada seorang laki-laki tinggal di sebuah rumah sewaan. Kayu atapnya telah usang dan rusak. Atapnya banyak yang hancur. Ketika pemilik rumah datang meminta uang sewa, maka si penyewa berkata, “Perbaiki dahulu atap ini, karena sudah rusak.” Dia menjawab, “Jangan khawatir. Tidak apa-apa kok. Atap itu sedang bertasbih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Si penyewa menimpali, “Saya khawatir kalau atapnya punya rasa khasyyah (takut kepada Allah) lantas dia bersujud.”
- Seorang penduduk pedalaman berhenti di suatu kaum, lalu dia menanyakan nama-nama mereka. Salah seorang dari mereka berkata, “Nama saya Watsiq.” Lainnya mengatakan, “Nama saya Mani’.” Lainnya lagi berkata, “Nama saya Tsabit.” Orang keempat berkata, “Nama saya Syadid.” Lantas orang pedalaman tersebut berkata, “Saya menduga bahwa kunci-kunci dibuat hanya dengan nama-nama kalian.”
    - Al-Ashmu’i mengisahkan, “Saya pernah masuk ke daerah pedalaman. Ternyata ada seorang perempuan cantik yang mempunyai suami jelek. Lalu saya bertahan kepadanya, “Bagaimana kamu bisa merelakan dirimu dimiliki oleh orang seperti ini?” Dia menjawab, “Coba dengarkan! Barangkali dia berbuat baik dalam hubungan antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sang Penciptanya. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan diriku sebagai pahalanya. Dan barangkali aku berbuat tidak baik, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya sebagai siksa bagiku.”
- Ibnu as-Sammak az-Zahid berkata kepada Harun ar-Rasyid –sebelumnya dia meminta segelas air untuk diminum, “Wahai Amirul Mukminin! Seandainya Anda dihalangi untuk meneguk minuman ini. Berapa Anda berani membelinya?” Beliau menjawab, “Dengan semua kepemilikanku.” Ibnu as-Sammak melanjutkan, “Seandainya Anda dihalangi mengeluarkan minuman tersebut dari diri Anda (maksudnya tidak bisa kencing). Dengan berapa banyak Anda rela menebus diri Anda?” Beliau menjawab, “Dengan semua kepemilikanku.” Ibnu as-Sammak berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Tidak ada sisi kebaikan harta yang tidak sebanding dengan minuman dan air kencing.”

     - Seorang penduduk pedalaman datang ke sebuah daerah. Ada anak-anak yang sedang bermain. Mereka melemparinya dengan beberapa batu. Ternyata ada sebauh batu yang tepat mengenai kepalanya, sehingga kepalanya bocor dan terluka. Lantas dia menghadap kepada penguasa daerah tersebut untuk mengadukan kejadian tersebut. Sang penguasa bertanya kepadanya, “Pada hari apa engkau datang?” Dia menjawab, “Pada saat kesulitan.” Sang penguasa melanjutkan, “Di daerah mana engkau singgah?” Dia menjawab, “Di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman.” Lantas sang penguasa tertawa dan memberi bantuan kepadanya.
- Seorang laki-laki meminta izin kepada Amirul Mukminin. Abu Ja’far al-Manshur untuk memperlihatkan kelihaiannya dalam ber-atraksi. Beliau pun memberinya izin. Lantas lelaki tersebut mengambil banyak piring besar. Lalu dia mengombang-ambingkannya ke udara dengan kelihaian yang luar biasa tanpa ada satu pun yang jatuh ke tanah. Abu Ja’far berkata, “Lalu apa lagi?” Kemudian dia mengeluarkan banyak tongkat. Pada tiap-tiap ujung tongkat terdapat tempat untuk menyusun tongkat lainnya. Selanjutnya dia melempar tongkat pertama dan langsung menancap di dinding. Lantas dia melempar tongkat kedua dan masuk ke lubang tongkat pertama, dan demikian seterusnya sampai seratus tongkat. Tidak ada satu pun yang jatuh ke tanah. Setelah aksinya selesai dia berharap agar Amirul Mukminin dapat menghargai kelihaiannya. Akan tetapi, al-Manshur justru memanggil para algojonya seraya berkata, “Tangkap lelaki ini dan berilah dia seratus cambukan.” Lelaki itupun berteriak, “Mengapa engkau melakukan ini, Amirul Mukminin?” Beliau menjawab, “Karena kamu telah menyia-nyiakan waktu kaum muslimin untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi mereka.”
- Ditanyakan kepada Hakim, “Apa sesuatu yang paling baik untuk seseorang?” Dia menjawab, “Diam yang membuatnya selamat.” Dilanjutkan lagi, “Jika masih tidak ada juga?” Dia menjawab, “Kematian yang menjadikan para hamba dan negara-negara beristirahat.”
- Suatu ketika al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi sedang mandi di Teluk Persia dan dia hampir tenggelam, lalu ada seseorang yang menyelamatkannya. Ketika orang tersebut telah berhasil membawanya ke darat, al-Hajjaj berkata kepadanya, “Mintalah apa saja yang kamu inginkan, niscaya permintaanmu akan dipenuhi.” Orang tersebut bertanya, “Kamu ini siapa? Kok akan memenuhi apa saja yang aku minta?” Al-Hajjaj menjawab, “Aku adalah al-Hajjaj ats-Tsaqafi?” Dia pun lalu berkata, “Permintaanku hanya satu. Demi Allah, saya minta kepadamu agar kamu tidak menceritakan kepada seorang pun bahwa aku telah menolongmu.”
- Diceritakan bahwa seorang pedalaman bertanya kepada penduduk Bashrah, “Siapa pemimpin kalian?” Mereka menajwab, “al-Hasan.” “Kenapa dia dapat menjadi pemimpin kalian?” Mereka menjawab, “Karena orang-orang membutuhkan ilmunya, sedangkan beliau tidak membutuhkan dunia mereka.”
- Dikatakan kepada seseorang yang salih, “Sungguh, saya mengeluhkan penyakit jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, lantas apa obatnya?” kemudian hamba yang shalih tersebut menjawab, “Wahai saudara! Tetaplah kamu dengan akar-akar keikhlasan, daun kesabaran, dan perasaan buah tawadhu. Letakkanlah itu semua di dalam wadah takwa, tuangkanlah air khasyyah (takut kepada Allah), nyalakan padanya api kesedihan, letakkan dengan saringan muraqabah, raihlah dengan telapak tangan kejujuran, minumlah dengan gelas istighfar, berkumurlah dengan wara (menjauhi perbuatan maksiat), dan jauhkanlah dirimu dari loba tamak, niscaya penyakitmu akan sembuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
- Ibrahim bin Adham melihat seorang pemuda sedang bersedih, lalu dia berkata kepadanya, “Wahai anak muda! Saya akan menanyakan kepadamu tiga hal. Tolong dijawab!” “Baiklah,” ujar pemuda tersebut. Ibrahim bertanya kepadanya, “Apakah ada sesuatu di muka bumi ini yang dapat berjalan tanpa kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Dia menjawab, “Tidak sama sekali.” Ibrahim berkata, “Apakah rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu dapat berkurang sedikit pun?” Dia menjawab, “Tidak akan sama sekali.” Ibrahim bertanya lagi, “Apakah ajal yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu dapat berkurang meskipun hanya sekejap saja?” Dia menjawab, “Tidak akan sama sekali.” Lantas Ibrahim berkata, “Kalau demikian, apa yang kamu susahkan?”
- Mu’awiyah berkata kepada seorang lelaki dari daerah Yaman, “Alangkah bodohnya kaummu yang mengangkat seorang perempuan sebagai pemimpin mereka.” Lelaki tersebut membalas perkataan Mu’awiyah, “Kaummu yang lebih bodoh daripada kaumku, yaitu orang-orang yang ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Pengasih, mereka berkata,
Ya Allah, jika (Alquran) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih.” (QS. Al-Anfal: 32)
Mereka tidak mengucapkan, “Ya Allah, jika (Alquran) ini benar (wahyu) dari Engkau, berilah kami petunjuk.”
- Seorang ulama diberi pertanyaan pada saat berdiri di atas mimbar, tetapi beliau menjawab, “Saya tidak tahu.” Lantas ada yang berkata kepadanya, “Mimbar bukanlah tempat kebodohan.” Si ulama menjawab, “Saya naik ke mimbar ini sesuai dengan batas ilmuku. Seandainya saya naik sesuai dengan ukuran kebodohanku, pastilah saya sampai ke langit.”
- Seorang laki-laki datang menghadap al-Hasan al-Bashri radhiyallahu ‘anhu. Ia bertanya, “Apa rahasia sifat zuhudmu terhadap dunia wahai sang imam?” Beliau menjawab, “Ada empat hal. Saya tahu bahwa rezeki saya tidak akan diraih oleh orang lain. Makanya, saya menyibukkan diriku sendiri untuk rezekiku. Saya tahu bahwa amal perbuatanku tidak akan dilakukan oleh orang lain. Makanya, saya menyibukkan diriku sendiri untuk melakukannya. Saya tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu melihatku. Makanya, saya malu bila Allah Subhanahu wa Ta’ala melihatku sedang berbuat maksiat. Saya tahu bahwa kematian menantiku. Makanya, saya mempersiapkan bekal untuk menghadap Rabbku.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)
Kisah ini berawal Pada saat saya bertemu dengan seorang kawan di rumahnya,
sambil silaturahim saya ingin mengajaknya berbisnis…
Pa ayo ikut bisnis dengan saya…!
Saya tidak mau … jawabnya mantap Baca selebihnya »
Posted on 10 Maret 2013 by virouz007
Ada seorang remaja wanita masih sekolah di kelas 2 SMA
Setiap hari ditugaskan untuk merawat neneknya…
Neneknya sudah lumpuh…
hidupnya hanya dihabiskan di tempat tidur
Suatu saat…
ia mulai protes karena ketidak adilan yang dirasakannya
Ma… gantian dong yang merawat nenek…
Masa setiap hari harus aku… Baca selebihnya »
Posted on 20 Desember 2012 by virouz007

“Kalau bukan karena kedua anakku yang masih kecil.. maka aku sudah mengikuti nafsuku untuk segera meninggalkan dan menceraikan istriku yang tidak berbakti itu. Aku tidak mau meninggalkan apa yang menjadi amanat-Mu dalam keadaan lemah Ya Allah.”
Itulah jeritan hati Yudi di malam itu.. di tengah heningnya malam, Yudi sudah biasa melewatkan malam malamnya dengan kemesraan bersama Tuhannya, Allah Swt. Baca selebihnya »
Kupas Tuntas Fakta Tentang Gaza

       Gaza, suatu nama yang menimbulkan banyak simpati publik saat ini. Bagaimana tidak? Gaza menjadi sasaran empuk Israel untuk menguasai Palestina. Banyak roket-roket dan hujan senjata lainnya yang ditujukan ke daerah ini. Perlawanan diri menjadi alasan bangsa Yahudi ini, tetapi bagaimana mungkin disebut perlawanan diri jika Gaza sendiri tidak pernah memulai peperangan yang sengit ini? Dukungan dari sesama negara muslim maupun non muslim pun mulai berdatangan, rasa menolong sesama manusia di dunia menjadi alasannya.

          Mungkin anda sudah sering dengar slogan akhir-akhir ini yang terkenal yaitu “Save Gaza, Save Humanity” dengan dilatari burung merpati yang menggigit bendera Palestina. Karena serangan Israel memang sudah tidak berperikemanusiaan lagi dan harus dihentikan. Apakah anda tahu mengapa Israel sangat gencar menyerang Gaza? Berikut adalah fakta tentang Gaza yang menarik untuk anda ketahui. Baca selebihnya »

 

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook