PENDAHULUAN
Suami yang jelek, ciptaan Tuhan,
Jangan dilempar, dengan hinaan.
Lain orang, lain kelebihan,
Saling menghargai, disyangi Tuhan.
Suami jelek ciptaan Tuhan. Begitu banyak orang yang jelek fisiknya tetapi punya prestasi tingkat dunia dan terjaga kehormatannya. Peradaban di dunia ini telah banyak menciptakan undang-undang yang
bertujuan menjaga kehormatan seseorang. Tetapi semuanya masih belum
mencapai tingkat kesempurnaan karena kurang teliti dalam menyelami seluk
beluk jiwa manusia.
Undang-undang tersebut kurang dapat menjaga kehormatan dan hak-hak
manusia, tidak sebagaimana norma-norma etik yang telah disyariatkan
agama Islam.
Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri lagi, bahwa menjaga kehormatan
ini adalah hal yang terpenting untuk menjaga kesatuan dalam tubuh
masyarakat. Dan sebaliknya menghina kehormatan atau martabat orang lain
akan bisa menimbulkan rasa saling membenci, perpecahan dan hilangnya
rasa gotong-royong. Oleh karena itu, Islam menganggap bahwa setiap hal
yang menyentuh kehormatan orang lain termasuk perbuatan dosa yang harus
dijauhi oleh orang-orang yang beriman. Di antara hal-hal yang masuk
dalam kategori menghina martabat orang lain ialah : menghina orang lain, menuduh dan memberi julukan yang dibenci olehnya, jelek sangkaan, mengintai dan membicarakan perihal orang lain di kala orang tersebut tidak ada.
Semua dosa-dosa tersebut telah dituturkan oleh Al-Qur’an yang pada
permulaannya mengingatkan bahwa orang-orang mukmin semuanya adalah
bersaudara. Ikatan keimanan yang mempersatukan mereka sama saja
dengan ikatan nasab kekeluargaan. Oleh karenanya, Islam melarang
seseorang melukai kehormatan saudaranya, baik secara langsung ataupun
tidak. Allah telah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita
(yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-seburuk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. 49 : 9 – 12).
Ayat-ayat tadi, secara tegas dan gamblang melarang kaum muslimin berbuat dosa-dosa sebagai berikut :
1.Menghina atau mengolok-olok
Allah melarang suatu golongan mengolok-olok golongan lainnya. Perbuatan ini amatlah dicela karena timbul dari rasa kagum terhadap diri sendiri yang sekaligus menghina orang lain. Sifat ini akan dapat mengakibatkan hal-hal yang bisa menimbulkan permusuhan antara teman.
Sesudah Al-Qur’an melarang kaum muslimin saling olok-mengolok antara
sesama mereka, lalu Al-Qur’an dengan khusus menganjurkan kepada kaum wanita agar jangan berbuat seperti itu. Karena, pada dasarnya perbuatan saling olok-mengolok sering terjadi di kalangan kaum wanita. Pada permulaannya, larangan ini ditujukan kepada segenap warga masyarakat, tetapi yang terakhir khusus ditujukan kepada wanita mengingat hal yang telah kami sebut tadi.
Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan maslaah olok-mengolok ini yang pada prinsipnya ialah menghina kehormatan orang lain.
Bagaimana bisa terjadi masalah olok-mengolok ini antara sesama kaum
muslimin? Padahal belum tentu yang dihina itu kadang-kadang lebih utama
dan lebih mulia di sisi Allah dibanding orang yang menghina itu
sendiri.
Norma-norma yang dipakai oleh kalangan lelaki dan kalangan wanita, pada
hakekatnya adalah serupa dengan fatamorgana yang sering menipu pandangan
mata atau orang-orang yang berpikiran dangkal. Bisa saja terjadi orang
yang cantik menghina orang yang jelek, yang kaya menghina yang miskin
dan yang muda menghina yang tua, tetapi norma-norma semacam ini bukanlah
hakikat yang sebenarnya. Selain dari itu norma-norma tersebut bukanlah
indikasi bagi ukuran terhormat atau tidaknya seseorang. Adapun
norma-norma yang sebenarnya dan yang dijadikan indikasi dalam
merendahkan dan meninggikan derajat seseorang adalah norma-norma yang
ada dalam jiwa seseorang, dan takkan bisa dilihat kecuali oleh Allah SWT.
2.Mencela orang lain
Allah SWT, melarang kaum mukminin saling cela-mencela antara sesama
mereka. Hal itu dinyatakan oleh-Nya setelah mengawali ayat bahwa mereka
adalah saudara. Apabila seseorang mencela saudaranya, berarti ia mencela
dirinya sendiri. Demikianlah apa yang dimaksud oleh firman
Allah : “Janganlah kamu mencela dirimu sendiri”, sengaja dalam ungkapan
ini Allah memakai gaya bahasa yang halus agar dapat dirasakan oleh kaum
muslimin, dan agar mereka mau menyadari bahwa antara sesama muslim
adalah saudara. Antara saudara harus bersatu dan saling menjaga
kehormatan masing-masing, dan harus mawas diri terhadap segala upaya
yang menghendaki perpecahan.
Perbuatan mencela orang lain sudah merupakan ciri khas zaman sekarang.
Anda tentu pernah membaca di beberapa surat kabar, seorang tokoh politik
mencela tokoh lainnya dan semua orang-orang yang mendukungnya. Tiada lain, maksud yang terkandung dalam hatinya ialah ingin memperoleh ketenaran dengan menjelek-jelekkan orang lain. Dan ada sebagian orang lagi menggunakan “sarana” mencela orang lain hanyalah untuk melampiaskan rasa dendamnya yang sudah mematri dalam hatinya terhadap orang yang dicela.
Demikianlah kenyataannya sekarang, perbuatan mencela orang lain
merupakan penyakit masyarakat yang sudah membudaya. Orang-orang banyak
yang melakukan perbuatan itu, mereka tak pernah menggubris larangan
Allah terhadap perbuatan yang berdosa ini.
3.Selain itu Allah melarang kaum muslimin menggunakan nama-nama julukan dalam panggil-memanggil antara sesama mereka.
Terlebih lagi jika julukan itu tidak disukai oleh orang yang
bersangkutan.
Barang siapa yang melakukan hal-hal tersebut, dianggap oleh Allah
sebagai orang fasik. Orang fasik ialah orang yang tidak taat kepada
Allah. Seseorang yang benar-benar beriman akan merasa jijik apabila
dirinya dinamakan fasik sesudah ia beriman kepada Allah. Setelah itu
Allah mengakhiri isi ayat dengan firman-Nya :
“Barang siapa yang tidak mau bertaubat, mereka itulah orang-orang yang
zalim”. Dan balasan bagi orang-orang yang berbuat zalim ialah siksa
Allah di dunia maupun di akhirat.
Jelek prasangka (Prasangka Buruk)
Allah memerintahkan agar kaum muslimin menjauhi sangkaan-sangkaan yang
jelek. Seorang yang beriman janganlah membiarkan dirinya menjadi ladang
yang subur bagi bibit-bibit dan tunas-tunas yang bisa menumbuhkan rasa
jelek prasangka terhadap orang lain. Untuk itu Al-Qur’an memberikan penjelasannya mengenai hal ini :
“Sesungguhnya sebagian dari sangkaan itu berdosa”. Ulasan Al-Qur’an ini memberikan
isyarat pada kita agar menjauhkan prasangka yang jelek. Sehingga
seseorang yang belum merasa jelas jenis prasangka mana yang bisa
mengakibatkan dosa, dapat mengerti.
Dengan dicanangkannya peraturan ini, berarti Islam menghendaki agar jiwa seorang mukmin bersih dari
jelek prasangka. Karena buruk prasangka ini adalah suatu hal yang dapat
mengakibatkan seseorang terjerumus ke dalam perbuatan yang berdosa.
4.Mencari-cari kesalahan orang lain
Allah juga melarang orang-orang mukmin melakukan hal ini. Karena perbuatan ini merupakan rentetan dari jelek prasangka. Tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain) adalah suatu perbuatan yang didorong oleh rasa ingin tahu aib orang lain.
Oleh karenanya, Al-Qur’an melarang perbuatan ini. Setiap orang memiliki
kebebasannya masing-masing dan memiliki kehormatannya yang tak boleh
diganggu dalam kondisi apapun. Kita boleh menilai seseorang dari apa yang kita lihat lahirnya saja.
Adapun masalah batin kita tidak boleh diganggugugat, karena itu adalah
kehormatan pribadinya. Dan kita tidak diperbolehkan pula menghukum
seseorang, kecuali hanya apabila ia melanggar ketentuan-ketentuan yang
telah ada, dan jelas bukti-buktinya disaksikan secara lahiriyah oleh
orang banyak.
Adapun perihal yang dilakukan oleh pemerintah tentang menyebarkan
mata-mata guna mendeteksi gerak-gerik orang yang suka merusak, maka
perbuatan ini bukanlah termasuk dari sesuatu yang dilarang oleh Allah.
Karena tidak sekali-kali pemerintah melakukan hal ini hanyalah karena
untuk menolak jangan sampai terjadi kerusakan atau kerusuhan. Dan
manfaatnya tentu saja akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Hal ini
diperbolehkan selagi masih berada dalam batas-batas yang menghargai
kehormatan rakyat.
Mengumpat
Dan yang terakhir, Allah melarang kaum mukminin melakukan pekerjaan mengumpat.
Pengertian mengumpat ialah, seseorang menuturkan sesuatu yang kurang
disenangi yang berkaitan dengan pribadi temannya. Penuturannya itu bisa
secara blak-blakan ataupun secara sindiran; baik yang dituturkannya itu
bertalian dengan masalah agamanya atau kepribadiannya, semuanya sama
saja. Perlu diperhatikan, pengertian mengumpat bukan saja ketika orang
yang bersangkutan tidak ada, tetapi bisa juga ketika ia berada di depan
orang yang membicarakannya. Hal ini pun masuk dalam pengertian
mengumpat.
Rasulullah dalam menanggapi masalah mengumpat ini memberikan penjelasan dalam salah satu sabdanya :
اتدرون ما الغيبة؟ قالوا : الله ورسوله
أعلم, قال : ذكرك أخاك بما يكره, قيل : افرايت لوكان فى اخى ما أقول, قال
ان كان فيه ما تقول فقد اغتبته, وان لم يكن فيه ما تقول بهته اى قلت فيه
كذبا وبهتانا
“Apakah kamu tahu artinya ghibah (mengumpat)?”. Para sahabat menjawab :
“Allah dan Rasul lebih mengetahui hal itu.” Kemudian Nabi SAW bersabda :
“Engkau menuturkan perihal saudaramu yang tidak ia senangi”. Salah
seorang sahabat menanyakan : “Barangsiapa jika yang kututurkan mengenai
saudaraku itu benar-benar?”. Beliau menjawab : “Apabila apa yang kau
tuturkanitubenar, berarti engkau telah membicarakannya (mengumpatnya),
dan apabila apa yang kau tuturkan itu sebaliknya, maka engkau telah
berkata bohong mengenai dirinya.( Hadits riwayat Muslim, Abu Daud,
Turmudzi dan An Nasa’i)”
Selain itu Al-Qur’an memberikan perumpamaan kepada kita mengenai
perbuatan mengumpat ini. Perumpamaannya sama saja dengan memakan daging
saudara yang sudah mati. Untuk itu Allah telah berfirman :
“Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya”. (QS. 49 : 12).
Adapun perihal orang-orang yang terang-terangan berbuat syirik atau
orang-orang yang mendekati perbuatan maksiat, maka membicarakannya tidak
dilarang oleh agama, apabila berniat untuk menegurnya dan
menyadarkannya.
Perbuatan mengumpat adalah perbuatan yang paling jelek dan dapat
mengeruhkan keintiman persahabatan. Karena rasa persahabatan ini hanya
bisa dipupuk dengan saling mempercayai yang timbul dari hati yang
ikhlas, kemudian dipraktekkan dalam bentuk saling menghormati, bermuka
ramah dan berkata jujur. Adapun perbuatan mengatakan perihal orang lain
sewaktu ia tidak ada dan perkataannya itu menyinggung kehormatannya,
maka hal ini akan dapat mengeruhkan keintiman persahabatan.
Kemudian Allah mengakhiri ayat yang menuturkan hal ini dengan firman-Nya :
“Bertakwalah kamu kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”. (QS. 49 : 12).
Ayat tersebut memberi pengertian bahwa siapa saja yang takut kepada
Allah kemudian meninggalkan apa yang telah dilarang-Nya dan berjanji
tidak mau melakukannya lagi, maka pintu taubat masih terbuka untuk
mereka.
Dengan demikian maka jelaslah bagi kita betapa pentingnya peranan Islam
dalam mendidik kaum muslimin agar berakhlak yang luhur, dan menjauhkan
diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela tadi. Islam menghendaki agar
kaum muslimin berada dalam naungan persaudaraan yang dipenuhi dengan
rasa kasih sayang dan saling mempercayai antara sesama mereka.
BAB I
JELEK-JELEK
PUNYA TUAH TERSENDIRI
Pada suatu
hari Imran bin Haththan menemui istrinya. Secara fisik, Imran memang buruk,
berjerawat dan pendek. Sedangkan istrinya cantik jelita. Tiap kali dia
memandang istrinya, si istri kelihatan semakin cantik dan jelita. Dia tidak
dapat menahan diri dari memandang istrinya terus-menerus. Lantas istrinya
berkata, “Ada apa dengan dirimu?” Dia menjawab, “Segala puji bagi Allah. Demi
Allah, kamu perempuan yang cantik.” Si istri berkata, “Bergembiralah, karena
sesungguhnya saya dan kamu akan masuk surga.” Dia bertanya, “Dari mana kamu
tahu hal itu?” Istrinya menjawab, “Sebab, kamu telah dianugerahi istri seperti
aku, dan engkau bersyukur. Sedangkan aku diuji dengan suami seperti kamu, dan
aku bersabar. Orang yang bersabar dan bersyukur ada di dalam surga.” Ternyata istrinya yang cantik itu sering sakit-sakitan, sedangkan suaminya jelek itu sangat sehat, bahkan selalu mengobati, wanita cantik lainnya selain istrinya. Untung saja suaminya tidak mata keranjang.
-
Dikatakan kepada As’ab, “Engkau telah tua renta. Sampai seusia ini apakah
engkau belum hafal hadis sedikit pun?” Dia pun berkata, “Demi Allah, bahkan
tidak ada seorang pun yang pernah mendengar (hadis) dari Ikrimah seperti apa
yang saya dengar darinya.” Mereka berkata, “Sampaikanlah hadis tersebut kepada
kami.” Dia berkata, “Saya pernah mendengar Ikrimah menceritakan sebuah hadis
dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang bersabda, ‘Ada dua hal yang tidak akan berkumpul
pada diri seorang muslim.’ Ikrimah lupa satu bagian dan saya lupa bagian
satunya lagi.”
-
Seorang perempuan mukminah pernah ditanya mengenai kosmetik yang dipakainya.
Dia berkata, “Saya menggunakan kejujuran untuk bibirku, Alquran untuk suaraku,
kasih sayang untuk mataku, kebaikan untuk tanganku, istiqamah untuk fisikku,
dan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk hatiku.”
- Harun
ar-Rasyid pernah berkata kepada Qadhi Abu Yusuf, seorang qadhi, “Apa
pendapatmu mengenai Faludzat dan Lauzaj (makanan sejenis puding). Manakah di
antara keduanya yang lebih enak dan lebih manis?” Qadhi Abu Yusuf menjawab,
“Wahai Amirul Mukminin, saya tidak akan memutuskan atau menghukumi dua hal yang
tidak hadir di sisiku.” Lantas ar-Rasyid memerintahkan agar kedua makanan
tersebut dihadirkan. Kemudian Qadhi Abu Yusuf menyantap makanan ini sesuap dan
makanan satunya lagi sesuap sehingga beliau memakan separuh dari keduanya.
Selanjutnya dia berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Saya belum pernah melihat dua
pihak yang bersengketa berdebat lebih dahsyat daripada keduanya. Ketika saya
hendak memutuskan untuk memenangkan salah satunya, pihak yang lain mengemukakan
hujjahnya.” Sama enaknya.
- Ada seorang laki-laki tinggal di sebuah rumah
sewaan. Kayu atapnya telah usang dan rusak. Atapnya banyak yang hancur. Ketika
pemilik rumah datang meminta uang sewa, maka si penyewa berkata, “Perbaiki
dahulu atap ini, karena sudah rusak.” Dia menjawab, “Jangan khawatir. Tidak
apa-apa kok. Atap itu sedang bertasbih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Si penyewa menimpali, “Saya khawatir kalau atapnya punya rasa khasyyah
(takut kepada Allah) lantas dia bersujud.”
- Seorang penduduk pedalaman berhenti di suatu
kaum, lalu dia menanyakan nama-nama mereka. Salah seorang dari mereka berkata,
“Nama saya Watsiq.” Lainnya mengatakan, “Nama saya Mani’.” Lainnya lagi
berkata, “Nama saya Tsabit.” Orang keempat berkata, “Nama saya Syadid.” Lantas
orang pedalaman tersebut berkata, “Saya menduga bahwa kunci-kunci dibuat hanya
dengan nama-nama kalian.”
- Al-Ashmu’i mengisahkan, “Saya pernah masuk ke
daerah pedalaman. Ternyata ada seorang perempuan cantik yang mempunyai suami
jelek. Lalu saya bertahan kepadanya, “Bagaimana kamu bisa merelakan dirimu
dimiliki oleh orang seperti ini?” Dia menjawab, “Coba dengarkan! Barangkali dia
berbuat baik dalam hubungan antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
sang Penciptanya. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan diriku
sebagai pahalanya. Dan barangkali aku berbuat tidak baik, sehingga Allah Subhanahu
wa Ta’ala menjadikannya sebagai siksa bagiku.”
- Ibnu as-Sammak az-Zahid berkata kepada Harun
ar-Rasyid –sebelumnya dia meminta segelas air untuk diminum, “Wahai Amirul
Mukminin! Seandainya Anda dihalangi untuk meneguk minuman ini. Berapa Anda
berani membelinya?” Beliau menjawab, “Dengan semua kepemilikanku.” Ibnu
as-Sammak melanjutkan, “Seandainya Anda dihalangi mengeluarkan minuman tersebut
dari diri Anda (maksudnya tidak bisa kencing). Dengan berapa banyak Anda rela
menebus diri Anda?” Beliau menjawab, “Dengan semua kepemilikanku.” Ibnu
as-Sammak berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Tidak ada sisi kebaikan harta yang
tidak sebanding dengan minuman dan air kencing.”
- Seorang penduduk pedalaman datang ke sebuah
daerah. Ada anak-anak yang sedang bermain. Mereka melemparinya dengan beberapa
batu. Ternyata ada sebauh batu yang tepat mengenai kepalanya, sehingga
kepalanya bocor dan terluka. Lantas dia menghadap kepada penguasa daerah
tersebut untuk mengadukan kejadian tersebut. Sang penguasa bertanya kepadanya,
“Pada hari apa engkau datang?” Dia menjawab, “Pada saat kesulitan.” Sang
penguasa melanjutkan, “Di daerah mana engkau singgah?” Dia menjawab, “Di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman.” Lantas sang penguasa tertawa dan memberi
bantuan kepadanya.
- Seorang laki-laki meminta izin kepada Amirul
Mukminin. Abu Ja’far al-Manshur untuk memperlihatkan kelihaiannya dalam
ber-atraksi. Beliau pun memberinya izin. Lantas lelaki tersebut mengambil
banyak piring besar. Lalu dia mengombang-ambingkannya ke udara dengan kelihaian
yang luar biasa tanpa ada satu pun yang jatuh ke tanah. Abu Ja’far berkata,
“Lalu apa lagi?” Kemudian dia mengeluarkan banyak tongkat. Pada tiap-tiap ujung
tongkat terdapat tempat untuk menyusun tongkat lainnya. Selanjutnya dia
melempar tongkat pertama dan langsung menancap di dinding. Lantas dia melempar
tongkat kedua dan masuk ke lubang tongkat pertama, dan demikian seterusnya
sampai seratus tongkat. Tidak ada satu pun yang jatuh ke tanah. Setelah aksinya
selesai dia berharap agar Amirul Mukminin dapat menghargai kelihaiannya. Akan
tetapi, al-Manshur justru memanggil para algojonya seraya berkata, “Tangkap
lelaki ini dan berilah dia seratus cambukan.” Lelaki itupun berteriak, “Mengapa
engkau melakukan ini, Amirul Mukminin?” Beliau menjawab, “Karena kamu telah
menyia-nyiakan waktu kaum muslimin untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi mereka.”
- Ditanyakan kepada Hakim, “Apa sesuatu yang
paling baik untuk seseorang?” Dia menjawab, “Diam yang membuatnya selamat.”
Dilanjutkan lagi, “Jika masih tidak ada juga?” Dia menjawab, “Kematian yang
menjadikan para hamba dan negara-negara beristirahat.”
- Suatu ketika al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi
sedang mandi di Teluk Persia dan dia hampir tenggelam, lalu ada seseorang yang
menyelamatkannya. Ketika orang tersebut telah berhasil membawanya ke darat,
al-Hajjaj berkata kepadanya, “Mintalah apa saja yang kamu inginkan, niscaya
permintaanmu akan dipenuhi.” Orang tersebut bertanya, “Kamu ini siapa? Kok akan
memenuhi apa saja yang aku minta?” Al-Hajjaj menjawab, “Aku adalah al-Hajjaj
ats-Tsaqafi?” Dia pun lalu berkata, “Permintaanku hanya satu. Demi Allah, saya
minta kepadamu agar kamu tidak menceritakan kepada seorang pun bahwa aku telah
menolongmu.”
- Diceritakan bahwa seorang pedalaman bertanya
kepada penduduk Bashrah, “Siapa pemimpin kalian?” Mereka menajwab, “al-Hasan.”
“Kenapa dia dapat menjadi pemimpin kalian?” Mereka menjawab, “Karena
orang-orang membutuhkan ilmunya, sedangkan beliau tidak membutuhkan dunia
mereka.”
- Dikatakan kepada seseorang yang salih,
“Sungguh, saya mengeluhkan penyakit jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,
lantas apa obatnya?” kemudian hamba yang shalih tersebut menjawab, “Wahai
saudara! Tetaplah kamu dengan akar-akar keikhlasan, daun kesabaran, dan
perasaan buah tawadhu. Letakkanlah itu semua di dalam wadah takwa, tuangkanlah
air khasyyah (takut kepada Allah), nyalakan padanya api kesedihan,
letakkan dengan saringan muraqabah, raihlah dengan telapak tangan kejujuran,
minumlah dengan gelas istighfar, berkumurlah dengan wara (menjauhi perbuatan
maksiat), dan jauhkanlah dirimu dari loba tamak, niscaya penyakitmu akan sembuh
dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
- Ibrahim bin Adham melihat seorang pemuda sedang
bersedih, lalu dia berkata kepadanya, “Wahai anak muda! Saya akan menanyakan
kepadamu tiga hal. Tolong dijawab!” “Baiklah,” ujar pemuda tersebut. Ibrahim
bertanya kepadanya, “Apakah ada sesuatu di muka bumi ini yang dapat berjalan
tanpa kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Dia menjawab, “Tidak sama
sekali.” Ibrahim berkata, “Apakah rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala kepadamu dapat berkurang sedikit pun?” Dia menjawab, “Tidak akan
sama sekali.” Ibrahim bertanya lagi, “Apakah ajal yang telah ditetapkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu dapat berkurang meskipun hanya
sekejap saja?” Dia menjawab, “Tidak akan sama sekali.” Lantas Ibrahim berkata,
“Kalau demikian, apa yang kamu susahkan?”
- Mu’awiyah berkata kepada seorang lelaki dari
daerah Yaman, “Alangkah bodohnya kaummu yang mengangkat seorang perempuan
sebagai pemimpin mereka.” Lelaki tersebut membalas perkataan Mu’awiyah, “Kaummu
yang lebih bodoh daripada kaumku, yaitu orang-orang yang ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Yang Maha
Pengasih, mereka berkata,
“Ya Allah, jika (Alquran) ini benar (wahyu)
dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah
kepada kami adzab yang pedih.” (QS. Al-Anfal: 32)
Mereka tidak mengucapkan, “Ya Allah, jika
(Alquran) ini benar (wahyu) dari Engkau, berilah kami petunjuk.”
- Seorang ulama diberi pertanyaan pada saat
berdiri di atas mimbar, tetapi beliau menjawab, “Saya tidak tahu.” Lantas ada
yang berkata kepadanya, “Mimbar bukanlah tempat kebodohan.” Si ulama menjawab,
“Saya naik ke mimbar ini sesuai dengan batas ilmuku. Seandainya saya naik
sesuai dengan ukuran kebodohanku, pastilah saya sampai ke langit.”
- Seorang laki-laki datang menghadap al-Hasan
al-Bashri radhiyallahu ‘anhu. Ia bertanya, “Apa rahasia sifat zuhudmu
terhadap dunia wahai sang imam?” Beliau menjawab, “Ada empat hal. Saya tahu
bahwa rezeki saya tidak akan diraih oleh orang lain. Makanya, saya menyibukkan
diriku sendiri untuk rezekiku. Saya tahu bahwa amal perbuatanku tidak akan
dilakukan oleh orang lain. Makanya, saya menyibukkan diriku sendiri untuk
melakukannya. Saya tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu
melihatku. Makanya, saya malu bila Allah Subhanahu wa Ta’ala melihatku
sedang berbuat maksiat. Saya tahu bahwa kematian menantiku. Makanya, saya
mempersiapkan bekal untuk menghadap Rabbku.”
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman
yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu
lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)
Kisah
ini berawal Pada saat saya bertemu dengan seorang kawan di rumahnya,
sambil
silaturahim saya ingin mengajaknya berbisnis…
Pa
ayo ikut bisnis dengan saya…!
Saya
tidak mau … jawabnya mantap Baca
selebihnya »
Filed under: Kisah Hikmah | Ditandai: hubuddunya, Kaya, sholeh, takut kaya | Tinggalkan sebuah
Komentar »
Posted on 10 Maret 2013 by virouz007
Setiap hari ditugaskan untuk merawat
neneknya…
Neneknya sudah lumpuh…
hidupnya hanya dihabiskan di tempat
tidur
Suatu saat…
ia mulai protes karena ketidak
adilan yang dirasakannya
Ma… gantian dong yang merawat nenek…
Masa setiap hari harus aku… Baca
selebihnya »
Filed under: Kisah Hikmah | Ditandai: kebakaran, Nenek, nenek lumpuh | Tinggalkan sebuah
Komentar »
Posted on 20 Desember 2012 by
virouz007
“Kalau
bukan karena kedua anakku yang masih kecil.. maka aku sudah mengikuti nafsuku
untuk segera meninggalkan dan menceraikan istriku yang tidak berbakti itu. Aku
tidak mau meninggalkan apa yang menjadi amanat-Mu dalam keadaan lemah Ya
Allah.”
Itulah
jeritan hati Yudi di malam itu.. di tengah heningnya malam, Yudi sudah biasa
melewatkan malam malamnya dengan kemesraan bersama Tuhannya, Allah Swt. Baca
selebihnya »
Filed under: Kisah Hikmah | Ditandai: istri tak
berbakti, ketegaran
suami, sabar
dan ikhlas | 7 Komentar »
Kupas Tuntas Fakta Tentang Gaza
Gaza, suatu nama yang menimbulkan banyak simpati publik saat
ini. Bagaimana tidak? Gaza menjadi sasaran empuk Israel untuk menguasai Palestina.
Banyak roket-roket dan hujan senjata lainnya yang ditujukan ke daerah ini.
Perlawanan diri menjadi alasan bangsa Yahudi ini, tetapi bagaimana mungkin
disebut perlawanan diri jika Gaza sendiri tidak pernah memulai peperangan yang
sengit ini? Dukungan dari sesama negara muslim maupun non muslim pun mulai
berdatangan, rasa menolong sesama manusia di dunia menjadi alasannya.
Mungkin
anda sudah sering dengar slogan akhir-akhir ini yang terkenal yaitu “Save
Gaza, Save Humanity” dengan dilatari burung merpati yang menggigit
bendera Palestina. Karena serangan Israel memang sudah tidak berperikemanusiaan
lagi dan harus dihentikan. Apakah anda tahu mengapa Israel sangat gencar
menyerang Gaza? Berikut adalah fakta tentang Gaza yang menarik untuk
anda ketahui. Baca
selebihnya »
Filed under: Kisah Ensiklopedi |
Ditandai: fakta
tentang gaza, hamas,
jalur gaza | 4 Kom
No comments:
Post a Comment