Sunday, April 21, 2013

R.A. KARTINI TTG POLIGAMI YANG POSITIF












PENDAHULUAN

          Ciri-ciri   wanita Kartini atau Wanita yang tulen adalah wanita yang lemah lembut dalam pewarakannya tetapi prinsip dan nilai hidupnya begitu agung dan tinggi merantai dirinya.Itulah kecantikan dalaman yang sukar ditandingi. Kalau di Malaysia, seperti Saloma dan Siti Njurhaliza. Kalau di Indonesia, ada Cut Nyak Din, ada Rasuna Said, tentulan R.A. Kartini sendiri, yang masing-masing punya kelebihan.
Dalam catatan lain disebutkan ciri-ciri wanita salehah:
1.Kuat aqidahnya, dekat dengan Tuhan
2. Tahu saat waktu manja kepadan orang tua atau suami, tapi juga menjadi penasehat orangn tua atau suaminya.

        Lelaki suka membela, menjaga, membimbing dan melindungi justeru mereka boleh berperanan menjadi pelindung kepada mereka.Keperibadian wanita yang manja keanak-anakan memang merupakan salah satu keindahannya namun tidaklah berkeanak-anakan yang melampau kerana akan menunjukkan bahawa diri wanita itu tidak matang.
3. Cantik~
NAFSU mengatakan wanita cantik pada rupanya,AKAL mengatakan wanita cantik pada ilmu dan kepandaiannya,HATI mengatakan wanita itu cantik pada akhlaknya.

4. Berakhlak Mulia~
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang solehah”Sebagai ibu, terukir di paparan dada.Sebagai isteri, pengubat duka nan lara.Sebagai kekasih, dirindui saban ketika.Sebagai mujahidah, berdiri dibelakang mujahidin.~Ciri-ciri wanita yang solehahTaat kepada Allah.Berbuat baik kepada ibu bapa.Sentiasa taat dan berkhidmat kepada suami dengan sepenuh hati.Menutup dan menjaga aurat.Tidak berhias apabila keluar rumah.Tidak keluar bersendirian atau bersama lelaki ajnabi kecuali bersama mahram.Berbuat baik dengan jiran tetangga.Suka mempunyai anak yang ramai dan berusaha untuk mendidik mereka.

5. Berpegang pada moral.
“Dikahwini wanita itu kerana 4 perkara, kecantikannya, hartanya, keturunannya, dan agamanya. Pilihlah yang paling beragama”

6. Dari keturunan yang baik-baik.~
Seorang wanita yang dari keturunan yang baik2 mudah diterima lelaki. Namun wanita yang berasal dari keturunan yang hina seperti anak zina atau sebagainya tidak wajar merasakan dirinya tidak layak menjadi wanita idaman. Islam mengangkat tinggi umatnya yang bertaubat dan sentiasa memperbaiki diri kerana taqwa menjadi darjat kemuliaan disisi Allah.

7. Bijaksana~
Saidatina Aisyah r.a. merupakan seorang tokoh intelektual terbilang. Sebanyak 2210 hadis sahih berjaya diriwayatkan selama 9 tahun hidup bersama Rasulullah s.a.w. Beliau merupakan fuqoha’ (ahli hukum) Madinah yang unggul dan juga berpengetahuan dalam bidang perubatan.~Wanita idaman lelaki ialah wanita yang pandai tetapi tidak menunjuk-nunjuk
pandai kerana ianya mencabar ego lelaki lalu menyebabkan lelaki menyampah terhadapnya.

8. Tidak mempamerkan keseksian~
“Wanita yang berpakaian tetapi sebenarnya telanjang untuk mencari perhatian lelaki, yang melenggok-lenggokkan tubuhnya, yang kepalanya seperti punuk (bonggol) unta, mereka itu tidak akan masuk syurga”
(Hadis Riwayat Muslim)

9. Tidak Cerewet~
Wanita yang cerewet boleh merimaskan lelaki dan mudah menyebabkan lelaki menyampah terhadapnya.
10. Memahami lelaki~
Contoh: Yang berlaku: “Itulah abang! Asyik bekerja aje. Mementingkan diri sendiri… Tak ingat nak balik rumah… Tak abis-abis layan kawan.. kawan.. kawan… Hal rumah ni takkan nak suruh saya buat sorang!”Yang sebenarnya berlaku: Di pejabat, bos sambung meeting hingga pukul 7 malam. Singgah solat Maghrib di masjid. Ada penceramah idola. Dengar ceramah sehingga solat isyak. Dalam perjalanan pulang, kawan lama telefon minta jumpa di warung ada hal penting katanya. Pukul 10 malam baru sampai di rumah.
11. Tidak terlampau cemburu~
“Tidak boleh iri hati melainkan dalam dua perkara iaitu seseorang yang telah dikurniakan Allah harta lalu dihabiskan dijalan Allah dan orang yang dikurniakan ilmu pengetahuan, lalu ia mengeluarkan hukum berpandukan ilmunya (al-Quran dan Hadis) serta diajarkan kepada orang lain” (riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
12. Sejuk mata memandang.
~Bersopan-santun, sentiasa memaniskan muka~ Sentiasa senyum~Menutup aurat~Ramah dan mesra~Menundukkan pandangan.
13. Pandai menaikkan semangat dan bermotivasi~
Lelaki lebih tertarik untuk mencari wanita yang pandai menaikkan semangat dan bermotivasi ketika dia memerlukannya.
14. Canggih~
Wanita yang pandai menyesuaikan diri dengan arus perkembangan semasa tetapi masih mengekalkan ciri-ciri wanita Islam yang berakhlak mulia dan menutup aurat.
15. Mempunyai persamaan yang bermakna~
Suatu hari,Imam Malik hairan melihat burung merpati dan gagak berkumpul bersama. Dengan spontan beliau berkata,”Kedua-duanya bersatu padahal jenisnya tidak sama”. Ketika burung itu terbang,beliau melihat keduanya masih ada persamaan iaitu kedua-duanya cacat. Lalu beliau berkata,”Sebab itulah burung itu dapat bersatu”.
16. Pemaaf~
Wanita yang suka mendahului meminta maaf walaupun dirinya tidak bersalah digambarkan mempunyai peribadi yang unggul dan mudah disayangi.
17. Seimbang~
Seimbang dari sudut pergaulan, keagamaan, pengurusan diri, dan pengurusan masa.
18. Berkeyakinan diri
19. Mempunyai ‘body language’ yang baik.(Diulangi, body language ye,samada cara percakapan,kawalan diri di hadapan org ramai dan sbgnya.Yang penting bukan bentuk body seseorang wanita itu yg jd ukuran..


BAB      I
ADA JUGA POLIGAMI YANG POSITIF

       Raden Ajeng Kartini beragama Islam. Tidak semua poligami itu negatif, ada juga yang positif. Ibu Kartini telah memahami itu. Dia memahami Islam dari guru ngaji, ayah, dan dari buku-buku Islam berbahasa Jawa-Pego. Kartini mengakui dalam salah satu suratnya (Armijn Pane, 173 ; 1968) belajar agama Islam dari buku-buku yang berbahasa pego. Karena keterbatasan sarana pembelajaran agama Islam dan keterbatasan gerak gadis Jawa waktu itu, maka ditemukan tulisan-tulisan Kartini tentang Islam sangat terbatas sekali. Keterbatasan Kartini memahami Islam terlihat dalam ungkapan-ungkapannya tentang poligami, tauhid, atau hubungan sosial kemasyarakatan. Artinya ada beberapa pemahaman yang harus direvisi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman sara dari surat-surat Kartini di kemudian hari.

            Kartini zaman dahulu dan Kartin zaman sekarang pendapatnya sama, bahwa poligami lebih baik, dibandingkan selingkuh seumur hidup.  Ada yang meragukan , terutama yang tidak kuat pondasi agamanya, katanya Poligami ama selingkuh, mana yg lebih baik? Di surat kabar katanya begini. Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Penanya

        Menurut saya, lebih baik poligami. Namun, harus bisa bersikap seadil-adilnya kepada semua istri. Selingkuh adalah perbuatan yang sangat DIHARAMKAN!
Semoga membantu~

Poligami emang diperbolehkan sama agama tertentu, tapi kan dengan dasar HARUS ADIL, padahal manusia mana ada yang adil lahir batin? Intinya mah sebenernya nggak boleh tapi manusia selalu punya alasan untuk melegalkan sesuatu demi kesenangan pribadi. Kalo punya dua istri, yakin kadar cinta & perhatiannya bisa sama? Paling juga lebih berat sama istri muda yang pasti lebih oke, semok, seger.


IMHO, poligami masa kini cuma satu cara untuk mensahkan perselingkuhan atas nama agama bagi laki-laki. Jadi sebenernya nggak salah juga kalo ada anggapan bahwa satu agama itu agamanya laki-laki. Karena selalu dibentuk sedemikian rupa untuk keuntungan kaum Adam.(Kata waniata Liberal)
           Hal positif dari poligami, ialah  ; 1.Menghindari penyakit AIDS  akibat jajan. 2. Jauh dari selingkuh.  3.Membela nasib anak wanita dari jeratan trafiking, oleh para germo. 4. Membantu para wanita yang sudah monopaus yang tidak bisa lagi melayani suaminya secara noirmal. 5. Agar wanita muslim, tidak jatuh ke tangan laki-laki musyrik yang siap memurtadkan mereka.

Ada dua pemikiran Kartini mengutip hadits tentang poligami yang kurang benar. Dua pemikiran itu masuk wilayah “kurang benar” dan masuk wilayah “benar” menurut tujuan dan fungsinya. Tujuan dan fungsi masih dalam kerangka gugatannya melepaskan wanita dari aspek budaya yang menyudut peran wanita dalam hubungan sosial dan keluarga.

Kartini masih bersuara lantang menulis dampak poligami terhadap batin wanita. Wanita adalah mahluk yang punya hati. Wanita yang berperan sebagai ibu bukan “Dewi tolol” disangkar emas, (Idi Subandi – Hanif Suranto, 87 ; 1998), maksudnya keluarga. Wanita sangat menjerit ketika suaminya memasukkan wanita lain yang sah ke dalam rumahnya. Jerit batin itu sangat panas. Panasnya menguap dan membakar apa saja di sekitar wanita. Kartini mengambil contoh pembakaran dan dampak panasnya dengan mengutip hadits.

Hadits yang dimaksud menggambarkan jeritan batin wanita-wanita zaman dulu yang menjadi korban poligami, dengan pengibaratan panas yang bisa membakar siapa saja walau dia seorang putri Rasul, orang pandai, sarjana, bahkan profesor jika kebetulan wanita tetap merasakan dampak panasnya poligami.
Indah sekali pengibaratan Kartini dalam surat bulan Agustus (tanpa tanggal) tahun 1901 ditujukan kepada Nyonya Van Kol.
“…..Saya ini, seorang anak bangsa Jawa, menjadi besar di haribaan bangsa itu, selamanya tinggal hidup di situ, saya hendak menyatakan kepada Nyonya, bahwa perempuan Bumiputera sungguh-sungguh ada hatinya, sanggup merasa, menderita, tak ada ubahnya dengan hati perempuan di negeri Nyonya, yang beradab halus.
Tetapi pada orang di sini hanya tinggal menjadi penderitaan diam-diam saja dan menyerah semata-mata, tiada kuasa dan tiada berdaya, karena tiada berkepandaian dan berpengetahuan.

Hadis ada meriwayatkan: suami fatimah kawin sekali lagi, lalu ia ditanya Nabi, betapakah rasanya, “tiada apa-apa, Bapak, tiada !” jawabnya, lalu bersandarlah ia pada sebatang pohon pisang; daun pisang itu, yang mula-mulanya segar dan subur, menjadi layu dan batang tempat ia bersandar itu menjadi hangus.
Sekali lagi Bapaknya bertanya, betapa rasanya, dan sekali lagi jawabnya, “Tiada apa-apa, Bapak, tiada !”
Diberikan Bapaknya dia telur mentah, dimintanya letakkan pada dadanya. Kemudian diminta Nabi kembali, dikupasnya, rupanya telur itu telah masak !
Semenjak itupun hati perempuan Timur tiadalah berubah. Hikayat ini menjelaskan juga kepada kita, betapakah pikiran kebanyakkan perempuan tentang hak laki-laki yang kejam itu.

Banyak perempuan memandang kehormatanlah, bila tiada berubah air muka, dapat membiarkan suaminya beristri seorang dua lagi; tetapi janganlah ditanyakan, apa yang tersembunyi di balik topeng itu, dan apa yang disembunyikan dinding rumahnya bagi penglihatan duniua luar; perempuan yang makan hati, dan ruh anak yang menderita dengan tiada bersalah, sangatlah banyaknya.
Sekali lagi: amatlah banyaknya azab dan sengsara yang diderita dalam dunia perempuan Bumiputera. Dan kesedihan yang harus ditanggung itu pada masa saya masih anak-anak sudah saya ketahui, itulah yang pertama-tama menimbulkan dalam hati saya keinginan akan melawan kebiasaan turut-turutan (turun temurun - Pen), yang membuat seolah-olah segala keadaan yang lama itu benar dan adil adanya……..” (Armijn Pane, 114 ; 1968)

          Surat ini sudah jelas isi dan maksudnya. Ketika Kartini menulis tidak menjadi masalah besar ketika menulis “hadis ada meriwayatkan…” artinya yang ditulisnya adalah hadis, karena dia juga tidak berpikir surat-suratnya akan di-ekspos sejak 1911 hingga sekarang [2]) oleh Penerbit milik Negara, Balai Pustaka. Jika Kartini menulis hadis, artinya ada tukilan (kutipan), ada riwayat, ada sanad, matan (lafaz hadis) yang jelas dan sumber-sumber periwayatan hadis sesuai keilmuan hadits, misal sesuai tata aturan dalam kitab Musthala’ah Hadis [3]). Dan Kartini menulisnya dengan bebas, sehingga diragukan apakah itu hadis atau bukan. Dalam drajat hadis disebut hadis mursal atau hadis bohong.

Jeritan hati
Kebebasan Kartini menulis surat diatas untuk menggambar jeritan hati wanita saja bukan hal yang salah jika harus menulis “ada hadis.” Namun sepengetahuan Penulis dalam Kitab-Kitab hadis klasik tidak ditemukan hadis yang menceritakan periwayatan di atas. Kalau dilihat dari matan terjemah hadis yang menceritakan ada ‘pohon pisang,’ tidak mungkin Nabi Saw mengambil contoh pohon pisang, karena di Mekkah atau Madinah waktu itu belum ada kebun pisang. (Di Jawa ma, banyak!) Demikian juga tentang kisah suami Fatimah ra. (Ali kw.) selama berumah tangga dengan Fatimah kw tidak ada riwayatpun menjelaskan Ali bin Abi Thalib menikah lagi.
Maka dari itu surat Kartini kepada Nyonya Van Kol bulan Agustus 1901 yang menyebut “hadis ada meriwayatkan” dan seterusnya, bukan hadis. Ini pengaruh dari Islam – Jawa Pegon.
Buku-buku Islam-Jawa yang ditulis dalam huruf pego sangat banyak sekali. Bukan tidak mungkin (letak kekeliruan itu) Kartini mengetahui “hadits ada meriwayatkan,’ dari gubahan buku-buku Islam-Jawa klasik yang ditulis dengan huruf Jawa-Pego. Para pejuang Islam di tanah Jawa lebih bijaksana menyampaikan nilai hikmah kepada masyarakat. Jika masyarakat Jawa kala itu, langsung diberi materi tekstual Islam berdasarkan Al Qur’an Hadis dan kitab-kitab salaf dari Timur-Tengah hasilnya semakin membingungkan, karena kadar pemahaman sufistik kejawen sudah menguasai alam pikiran dan perasaan masyarakat Jawa. Mereka tidak mungkin menerima Islam. Maka para pejuang Islam-Jawa langsung menyampaikan nilai hikmahnya saja. Seperti nilai hikmah disampaikan Kartini itu, untuk meng-ilustrasikan jeritan kaum wanita yang dimadu oleh pasangan mereka. Berupa ilustrasi pohon pisang yang dibuat sandaran wanita yang dimadu, pohon dan daunnya langsung kering. Dan tangan menggenggam telor langsung matang karena pengaruh hawa panas jeritan yang keluar dari hati wanita-wanita Jawa.
Lepas apakah hadis atau bukan, tujuan Kartini hanya memperjelas rasa terhimpit dan sakit yang dialami oleh “Dewi tolol” di sangkar emas kepada Nyonya Va Kol. — (tulisan ini bagian dari naskah buku penulis yang sudah ditransaksikan di Bali). Hindu Bali kini, sudah dekat dengan Islam. Pada diri Kartni ada pengetauannya yang lumayan tentang Islam dan Hindu. Mereka disarankan membaca buku “MANISNYA MADU”, KISAH ketaatan wanita Malaysia yang merasakan indahnya poligami, manis seperti madu, karena mantap penyiran kesuburan iman di taman spiritualnya, dengan rujukan utamanya al-Qur’an.

BAB        II
KINI ADA KEDEKATAN AJARAN ISLAM
 DAN HINDU

        Inilah alasan kuat bahwa terjadi kesejukan dan kedekatan  umat Hindu dan masuk Islam  .New Delhi, India - Seorang professor bahasa dari ALAHABAD UNIVERSITY INDIA dalam salah satu buku terakhirnya berjudul “KALKY AUTAR” (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu. Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.

         Prof. WAID BARKASH (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri “KALKY AUTAR” sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw.


        Dalam ajaran Hindu disebutkan mengenai ciri KALKY AUTAR diantaranya, bahwa dia akan dilahirkan di jazirah, bapaknya bernama SYANUYIHKAT dan ibunya bernama SUMANEB. Dalam bahasa sansekerta kata SYANUYIHKAT adalah paduan dua kata yaitu SYANU artinya ALLAH sedangkan YAHKAT artinya anak laki atau hamba yang dalam bahasa Arab disebut ABDUN.


Dengan demikian kata SYANUYIHKAT artinya “ABDULLAH”. Demikian juga kata SUMANEB yang dalam bahasa sansekerta artinya AMANA atau AMAAN yang terjemahan bahasa Arabnya “AMINAH”. Sementara semua orang tahu bahwa nama bapak Rasulullah Saw adalah ABDULLAH dan nama ibunya MINAH.

         Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa Tuhan akan mengirim utusan-Nya kedalam sebiuah goa untuk mengajarkan KALKY AUTAR (Petunjuk Yang Maha Agung). Cerita yang disebut dalam kitab Wedha ini mengingatkan akan kejadian di Gua Hira saat Rasulullah didatangi malaikat Jibril untuk mengajarkan kepadanya wahyu tentang Islam.


        Bukti lain yang dikemukakan oleh Prof Barkash bahwa kitab Wedha juga menceritakan bahwa Tuhan akan memberikan Kalky Autar seekor kuda yang larinya sangat cepat yang membawa kalky Autar mengelilingi tujuh lapis langit. Ini merupakan isyarat langsung kejadian Isra’ Mi’raj dimana Rasullah mengendarai Buroq

Dikutip dari buletin Aktualita Dunia Islam no 58/II Pekan III/februari 1998

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook