KATA
PENGANTAR
Tujuh belas tahun lamanya penulis menadi guru agama
PNS, di Beberapa SMA di kota Pekanbaru-Riau Indonesia. Selama itu pula penulis
bergulat memperbaiki moral siswa dan guru yang terdekat. Kemudian penulis
menjadi dosen dan widyaiswara LPMP Riau. Maslah moral juga sering terabaikan
akibat pandangan materialisme yang agak berlebihan.
Moral
agama mencegah rekayasa teknologi berlebihan
dan kerakusan manusia di bidang ekonomi yang berlebihan pula. Di
era globalisasi ini, kemajuan teknologi telah merambah ke berbagai sector
kehidupan. Kemajuan teknologi tersebut tidak hanya merombak struktur kehidupan
sosial dari togherness menjadi individualis. Di mana kehidupan tersebut
(individualis) semakin mengakar kuat, yang menyebabkan rasa solidaritas semakin
tersingkirkan dari nurani mereka (individualis) bagaikan penyakit menular yang
ganas dan sangat sulit untuk disembuhkan.
Kemajuan itu bukan hanya merombak konsepsi manusia sebagai manusia (seperti apa yang telah kita lihat sekarang justeru manusia yang diperbudak oleh teknologi). Perombakan itu bukan hanya sekedar pada nilai-nilai yang telah melembaga dalam masyarakat, akan tetapi juga telah menyebabkan renggangnya hubungan manusia dengan agama. Kemajuan teknologi yang mampu merombak struktur paadangan manusia terhadap agama. Agama dirasakan sebagi sesuatu yang usang, penghalang kemajuan. Agama bukan lagi sebagai pedoman, bukan lagi sebagai penerang, penenang, dan penentram jiwa, melainkan hanya sebagai pelengkap atau formalitas saja.
BAB I
PERTENTANGAN
KEBENARAN AGAMA
DAN
KEBENARAN SAINS
A.Galileo Galilei membuktikan agama di pihak yang salah
Galileo menyatakan bumi yang berputar
mengelilingi matahari, sedangkan agama masehi menyatakan, matari yang
menglilingi bumi, karena Galilei punya teropong astronomi yang dibuatnya
sendiri, dpat dibuktikan oleh siapapun. Akibat kondisi yang demikian, maka timbullah
asumsi bahwa agama harus pula diadaptasikan dengan kemajuan teknologi. Dengan
kata lain agama harus cocok dengan perkembangan teknologi dari masa ke masa.
Dari sinilah kemudian timbul pemikiran-pemikiran untuk merasionalisasikan agama sejalan dengan perkembangan teknologi. Eksistensi agama pun menjadi kabur. Nilai-nilai yang terkandung dalam agama menjadi rapuh dan terabaikan. Karena agama harus merangkak-rangkak mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi.Padahal, kemajuan ilmu dan teknologi telah menghantarkan manusia ke arah pertanyaan yang tak terjawabkan. Kemajuan teknologi telah membangkitkan dan membangun konstruksi manusia berlipat ganda. Hasrat ini (limpahan nafsu konsumsi) telah memaksa manusia lewat ilmu dan teknologinya mengeksploitasi kekayaan alam sejadi-jadinya. Kekayaan alam menjadi terkuras dan nyaris habis. Dalam beberapa dekade,kekayaan alam diperkirakan akan habis.
Implikasinya tidak hanya sampai di situ saja. Ekologi (Lingkungan hidup) pun menjadi rusak karenanya. Hal ini menjadi alasan bagi kaum environmental is (pecinta alam) untuk menolak pemakaian teknologi secara ambisius dan hanya memenuhi gejolak konsumsi manusia saja.
Teknologi pun punya peranan besar dalam kepincangan pembagian rezeki (kemakmuran) di dunia. Di mana suatu negara yang memiliki teknologi yang tinggi dan canggih telah merampok, menjajah, menguras kekayaan dunia ini sejadi-jadinya melalui teknologi tersebut. Kehidupan mereka menjadi makmur dan sejahtera. Akan tetapi pada belahan dunia yang lain kehidupan rakyatnya sangat menyedihkan. Mereka hidup dalam kesengsaraan yang berkepanjangan, akibat kekurangan bahan pangan. Sementara di negara-negara lain rakyatnya berfoya-foya.
Ironisnya, makanan yang buat negara maju diberikan kepada binatang temak, di belahan dunia yang lain disajikan buat manusia. Di sini, eksistensi manusia sudah semakin rapuh, harga manusia di negara yang miskin yang teknologinya tidak maju sama dengan harga kucing, anjing, kuda, dan binatang lain yang dipelihara masyarakat negara-negara yang telah maju.
Sekarang proses perkembangan teknologi masih terus saja berlangsung. Belum ada tanda-tanda pemberhentiannya. Sedangkan implikasinya yang dirasakan demikian menawan hati. Bahkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memang benar-benar telah membawa manusia pada suatu tebing pertanyaan yang tak terjawab.
Jawaban yang ditunggu-tunggu adalah dari agama. Akan tetapi karena manusia telah terlanjur merangkak-rangkakan agama mengejar ilmu dan teknologi, maka pada siapakah pertanyaan ini harus dimintakan jawabannya?.
Kata “teknologi” seolah-olah menjelma menjadi makanan pokok bagi manusia di era sekarang. Betapa tidak, serangkaian aktivitas manusia mulai sedari bangun tidur sampai tidur kembali pun tidak lepas dari yang namanya “teknologi”. Sejatinya tak jarang dari mereka yang tidak tahu apa sebenarnya teknologi itu, bahkan sekadar definisinya pun sering kali terabaikan. Umumnya, masyarakat hanya sebatas pada tingkat penerapan teknologi. Kata “teknologi” berasal dari techne yang berarti cara dan logos yang berarti pengetahuan. Secara harfiah teknologi dapat dimaknai sebagai pengetahuan tentang cara. Secara umum teknologi merupakan cara melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang,memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia[1].
Meskipun istilah teknologi baru
terdengung-dengungkan awal abad 19 M, sejatinya teknologi sudah dikenal manusia
sejak jutaan tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan keinginan manusia untuk hidup
lebih nyaman, mudah, makmur dan sejahtera. Dari era sebelum masehi sampai era
gobalisasi, teknologi selalu berkembang dan menunjukkan status funsionalnya
terhadap tatanan hidup manusia. Sebut saja Ibnu Al Haytsam (1039 M), di awal
abad 10 M menemukan hukum pemantulan dan pembiasan yang memungkinkan manusia
mempunyai teknologi optikal sebagai alat bantu penglihatan serta memungkinkan
manusia untuk mengukur ketinggian bintang kutub. Penemuan ini jauh sebelum penemuan
di bidang serupa oleh Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, Newton, maupun
Snellius[2].
Satu lagi, berkat temuan ilmuwan penuh karya
yang lahir di Milan, Ohio, Amerika Serikat, kita dapat merasakan terangnya
dunia malam dengan lampu, menikmati kereta dengan lokomotif listrik yang lebih
ramah lingkungan, mengeraskan suara dengan bantuan mikrofon, dan dapat
mendokumentasikan segala aktivitas dengan kamera film. Thomas Alva Edison,
dialah ilmuwan yang berjasa besar berkat penemuannya yang brilian dan tepat
guna.
Seiring bertambahnya
massa dan populasi manusia di bumi, teknologi seolah-olah selalu bermetamorfosa
dari satu bentuk ke bentuk lain yang lebih berdampak besar bagi kehidupan
manusia. Semisal dekade terakhir abad 20, televisi menggunakan layar vacum tube sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke era televisi LED. Begitupun
dengan jenis barang atau alat yang lainnya, semua selalu diperbarui guna
memberikan manfaat yang lebih besar untuk manusia. Rangkaian
perubahan-perubahan teknologi tersebut sering dimaknai sebagai “Perkembangan
Teknologi”.
Perkembangan teknologi
tidak dapat dihindari dalam segala bentuk kehidupan manusia, mengingat
perkembangan teknologi sangat erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap
rekayasa ataupun penemuan baru memberikan manfaat positif dalam keberlangsungan
hidup manusia. Semisal di bidang teknologi informasi, manusia sekarang dapat
berkomunikasi secara leluasa tanpa adanya hambatan ruang dan batas teritorial.
Manusia dapat membentuk koloni di sosial media tanpa harus bertemu satu sama
lainnya. Bagaimanapun, segala sesuatu dapat dipastikan mempunyai dua sisi yang
berbeda seperti halnya dua sisi mata uang. Ada nilai uang, ada gambar, ada
baik, ada buruk, ada positif dan tentunya ada negatif. Begitu pula dengan
kemunculan penemuan di bidang teknologi, banyak dampak positif namun juga tak
kalah banyak dampak negatif yang muncul.
Sebagai contohnya kasus yang dewasa ini sangat
menghantui masyarakat, khusunya sangat rentan untuk anak-anak dan masyarakat
awam yaitu penipuan berkedok undian berhadiah. Dulu penipuan ini masih
dilakukan melalui pesan singkat di telepon seluler, namun seiring berkembangnya
motif, semakin canggih juga cara yang dilakukan untuk menjerat korban. Modus
baru yang dilakukan yaitu dengan menyertakan alamat website yang bertujuan
semakin meyakinkan korban. Tampilan website yang dibuat pun mirip dengan
tampilan website nama perusahaan yang dijadikan kedok. Berikut adalah contoh
SMS penipuan yang menyertakan alamat website: “Selamat Anda dapat hadoah Toyota
Avanza dari Telkomselpoin. Untuk info kebenarannya cek PIN Anda di www.hadiah-telkomselpoin.tk.”
Pesan itu dikirim oleh 08219720xxx [3].
Setelah dibuka, website
itu memang ada dan mencantumkan nama korban dalam daftar pemenang. Inilah salah
satu contoh penyalahgunaan teknologi informasi oleh orang yang tidak
bertanggungjawab.
Permasalahan kemunculan
dampak negatif dari teknologi tidak lain hanyalah dikarenakan cara penyikapan
manusia itu sendiri. Sikap positif dipastikan akan menimbulkan cara penggunaan
teknologi yang positif, begitu pula sikap negatif akan berdampak pada cara
pengguaan teknologi yang cenderung negatif dan parasit terhadap lingkungan
sekitar. Jadi, untuk meminimalisir dampak negatif dari perkembangan teknologi,
dapat dimulai dengan menempa cara penikapan manusia pada umumnya. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan pengajaran dan penerapan ilmu sosial
sedari dini. Ilmu sosial yang telah diintegrasikan dengan sistem pendidikan
sering dikenal sebagai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan realitanya IPS
dijadikan sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar kemudian di-fisi-kan
ke beberapa cabang pembahasan di tingkat pendidikan menengah.
Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan paduan disiplin ilmu yang mencakup sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum dan budaya. Perumusan IPS diangkat dari segala realitas
dan fenomena yang ada di kehidupan masyarakat melalui berbagai pendekatan
interdisipliner ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Sosial pada dasarnya
mempunyai beberapa pilar utama konsep bahan pembelajaran, yaitu interaksi,
saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan, keragaman, konflik dan
konsesus, pola, tempat atau geografis, kekuasaan, nilai kepercayaan, keadilan
dan pemerataan, kelangkaan, kekhususan, budaya dan nasionalisme[4]. Pilar-pilar
inilah yang mencerminkan tujuan positif dan urgensi akan keberadaan ilmu
pengetahuan sosial di tengah-tengah belantara kehidupan masyarakat.
Korelasi pentingnya
pengajaran IPS di sektor pendidikan dengan upaya mitigasi dampak negatif
perkembangan teknologi sejatinya mulai terdeteksi pada tujuan awal kemunculan
IPS itu sendiri. Tujuan utama IPS yaitu untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun masyarakat[5]. Inti dari tujuan tersebut yaitu
menumbuhkan kepekaan sekaligus menempa konpetensi peserta didik dalam pemecahan
masalah sosial kemasyrakatan termasuk permasalah perkembangan teknologi yang
memunculkan dampak negatif bagi masyarakat.
Bagaimanapun,
penyalahgunaan teknologi merupakan fenomena sosial sehingga untuk
mengantisipasinya diperlukan sebuah tatanan ilmu terpadu tentang sosial
kemasyarakatan, yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial. Integrasi ilmu pengetahuan
sosial di pendidikan formal merupakan upaya yang sangat tepat. Pasalnya,
kebutuhan praktis di lingkungan masyarakat sangat dibutuhkan landasan teoritis
guna merelavankan tingkah laku dengan kondisi masyarakat. Pada akhirnya dengan
pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di pendidikan, diharapkan peserta didik
lebih sadar akan penggunaan teknologi ke arah yang positif. Selain itu, peserta
didik khususnya di jenjang pendidikan menengah dan tinggi juga diharapkan
menjadi embrio sekaligus mentor bagi masyarakat dalam upaya penyikapan positif
atas segala permasalahan sosial dalam pemanfaatan perkembangan teknologi sehingga
terbentuklah tatanan masyarakat madani dan sadar teknologi.
REFERENSI
[1] Anggoro, D. A. (2009 , November 29 ). Perkembangan Teknologi Dalam kehidupan Manusia . Retrieved April 23 , 2013 , from
http://dwipo-ilmualamiahdasar.blogspot.com/
[2] Anonim. (n.d.). 101 Ilmuwan Muslim . Retrieved April 24 , 2013 , from "Guide us to
the Straight Path" (QS 1:6) :
http://islamislogic.wordpress.com/100-ilmuwan-muslim/
[3] Desy Afrianti,Taufik
Rahadian . (2013 , April 23 ). Awas,
Komplotan Penipuan SMS Jaring Korban Lewat Website Palsu . Retrieved April 24, 2013, from Viva News :
http://metro.news.viva.co.id/news/read/407438-awas--komplotan-penipuan-sms-jaring-korban-lewat-website-palsu.
[4] Direktorat
Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK Depdiknas. 2008. Strategi
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengathuan Sosial. Jakarta.
[5] Ibid.
BAB II
ANAK-ANAK TENTANG AGAMA DAN TEKNOLOGI
Anakmu adalah musuh
bagimu.Hati-hatilah terhadap mereka. (QS Al-Taghobun :
14). Tren kehidupan modern kini telah dirasakan oleh segenap masyarakat dunia.
Anak-anak, remaja, dan dewasa, cenderung menjadi anak durhaka, anak
pornografi, baik laki-laki maupun perempuan merasakan dampak positif dan
negatifnya. Tak terbayangkan, esok lusa anak-anak kita akan akrab dengan
perangkat teknologi yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh orang tua
dan kakek-nenek kita. Tak terbayangkan pula, bahwa anak-anak kita nanti akan
lebih pintar memainkan perangkat teknologi dibanding guru-guru mereka. Bila
demikian, tak terbayang pula bagaimana sekolah bisa mengantisipasi beban dan
tanggung jawab mengawal generasi penerus perjuangan bangsa nantinya.
Dunia
modern dan arus pragmatisme yang dibawanya telah menggerus –sedikit demi
sejengkal, sejengkal demi sehasta – kehidupan tradisonal dengan segala ciri
khas unik yang melekat pada anak-anak negeri ini. Pragmatisme itu sedikit
banyak nantinya akan berhadapan secara vis a vis dengan wilayah keagamaan. Bila nantinya guru kalah
bersaing mengimbangi aliran arus dunia modern dengan anak-anak, maka hal serupa
akan terjadi pada para pemuka agama, ustadz, kiai, ajengan atau ulama yang
mungkin sebagiannya tak mengikuti alur budaya dan teknologi baru ini seperti
anak-anak.
Mengontrol dan mendampingi anak-anak kita memainkan
perangkat teknologi adalah cara paling baik dalam mengendalikan mereka dari
pengaruh negatif perangkat teknologi; HP, internet, game online dan lainnya.
Membatasi waktu mereka dengan tegas dan
bijaksana dalam menggunakan perangkat teknologi adalah metode lain yang
memungkinkan anak terhindar dari ekses negatif dari “tamu” yang datang sendiri
tanpa diundang ini. Internet memiliki energi positif di mana anak-anak kita
bisa mendapat jawaban cepat dari berbagai permasalahan di sekolah. Ia pun
menjadi seperti buku yang memberikan banyak jawaban dan informasi. Namun di
sisi lain, ia memiliki daya perusak yang dahsyat di mana hal-hal tabu yang
dahulu dilarang dan dijauhi kini diakrabi dan digemari.
Membiarkan
anak leluasa dan bebas menggunakan perangkat teknologi akan sangat besar
dampaknya bagi gambar perilaku dan adab keseharian mereka. Wilayah-wilayah yang
diberikan rambu-rambu oleh agama menjadi wilayah provan di mana benang tipis
antara halal dan haram, antara putih dan hitam, antara dosa dan pahala sudah
tidak lagi menjadi pijakan ucap dan laku mereka. Penuh dan ramainya warnet dan
tempat game online di pusat kota
di saat-saat adzan berkumandang, bahkan di saat shalat Jumat dilaksanakan,
adalah pemandangan biasa yang tak mendapatkan porsi perhatian dari kita.
Perilaku anak-anak yang dibalut energi
kehidupan modern meniscayakan semua pihak; orang tua, guru, pemuka masyarakat,
pemuka agama dan lainnya harus bersinergi agar tunas bangsa bisa diantarkan
menuju masa depan gemilang. Perangkat teknologi yang sampai di tangan anak-anak
kita pada hakikatnya adalah senjata untuk melawan kebodohan dan ketertinggalan.
Namun bila kemudian wilayah agama menjadi bias, otoritas agama menjadi lemah
dan dimensi transendental manusia semakin melemah dan memudar, maka itu akan
mengundang permasalahan. Maka, sinergitas berbagai pihak dalam memberi jawaban
dan solusi adalah pe-er yang harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan
kesadaran. Menyelamatkan masa depan anak-anak kita adalah modal menyalamatkan
negeri dan agama tercinta. Wallâhu a’lam
No comments:
Post a Comment