Ini sekedar buat
hiburan aja
Mengapa
aku, duduk di kursi,
Terlalu
lama, duduk di bangku
Bagaimana
aku, tidak korupsi,
Uang selalu,kering di saku.
Ayam
betina, pandai berkotek
Bertelur,
di sangkar besi.
Waktu
kecil , melarang nyontek,
Sudah sarjana, anti korupsi.
Kalau ada sumur di ladang
jangan
diintip gadis yang mandi
Koruptor akalnya panjang
hakim
dan jaksa diajak kompromi
Berburu
ke padang datar
dapat
rusa belang di kaki
Koruptor
sakit diijinkan pesiar
uang
rakyat dibawa lari
Berakit-rakit ke hulu
berenangnya
kapan-kapan
Maling
kecil sakit melulu
maling
besar dimuliakan
Bagaimana
tebat, hendak diisi,
Sumber
bocornya, ada di dasar.
Bagaimana
pejabat, tidak lorupsi,
Biaya
kampanye, terlalu besar.
Belajar menghukum Koruptor bangsa ini
harus berkaca kepada China. Ketika dilantik jadi Perdana Menteri China pada
1998, Zhu Rongji menyatakan, "Berikan saya 100 peti mati, 99 akan saya
kirim untuk para koruptor. Satu buat saya sendiri jika saya pun melakukan hal
itu."
Zhu tidak asal bicara. Cheng Kejie, pejabat tinggi
Partai Komunis China, dihukum mati karena terlibat suap US$ 5 juta. Tanpa
ampun. Permohonan banding Wakil Ketua Kongres Rakyat Nasional itu ditolak
pengadilan.
Zhu di awal tugasnya mengirim peti mati kepada
koleganya sendiri. Hu Chang-ging, Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi, pun kebagian
peti mati itu. Ia ditembak mati setelah terbukti menerima suap berupa mobil dan
permata senilai Rp 5 miliar.
Xiao Hongbo dijatuhi hukuman mati,lelaki 37 tahun
yang menjabat Deputi manajer cabang Bank Konstruksi China, salah satu bank
milik negara, di Dacheng, Provinsi Sichuan, itu dihukum mati karena korupsi.
Xiao telah merugikan bank sebesar 4 juta yuan atau sekitar Rp 3,9 miliar sejak
1998 hingga 2001. Uang itu digunakan untuk membiayai kehidupan delapan orang
pacarnya.
Xiao Hongbo satu di antara lebih dari empat ribu
orang di Cina yang telah dihukum mati sejak 2001 karena terbukti melakukan
kejahatan, termasuk korupsi. Angka empat ribu itu, menurut Amnesti
Internasional (AI), jauh lebih kecil dari fakta sesungguhnya. AI mengutuk
cara-cara Cina itu, yang mereka sebut sebagai suatu yang mengerikan. Tapi, bagi
Perdana Menteri Zhu Rongji inilah jalan menyelamatkan Cina dari kehancuran. Zhu
tidak main-main. Cheng Kejie, pejabat tinggi Partai Komunis Cina, dihukum mati
karena menerima suap lima juta dolar AS. Tidak ada tawar-menawar. Permohonan
banding wakil ketua Kongres Rakyat Nasional itu ditolak pengadilan. Bahkan
istrinya, Li Ping, yang membantu suaminya meminta uang suap, dihukum penjara.
Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi, Hu Chang-ging, pun
tak luput dari peti mati. Hu terbukti menerima suap berupa mobil dan permata
senilai Rp 5 miliar. Ratusan bahkan mungkin ribuan peti mati telah terisi,
tidak hanya oleh para pejabat korup, tapi juga pengusaha, bahkan wartawan.
Selama empat bulan pada 2003 lalu, 33.761 polisi dipecat. Mereka dipecat tidak
hanya karena menerima suap, tapi juga berjudi, mabuk-mabukan, membawa senjata
di luar tugas, dan kualitas di bawah standar.
Agaknya Zhu Rongji paham betul pepatah
Cina: bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu ekor kera. Dan, sejak
ayam-ayam dibunuh, kera-kera menjadi takut,
Kini pertumbuhan ekonomi Cina mencapai 9
persen per tahun dengan nilai pendapatan domestic bruto sebesar 1.000 dolar AS.
Cadangan devisa mereka sudah mencapai 300 miliar dolar AS.
Coba Kita punya orang seperti ini ya...
http://mehrir.blogspot.com/2012/12/b...l#.UW_zUmrz5z8\
BEIJING - Mantan
Menteri Kereta Api China Liu Zhijun yang baru saja didakwa atas kasus korupsi,
berniat mengganti pengacaranya. Keputusan itu diambil setelah jaksa tidak bisa
menjamin keselamatan Liu dari vonis mati.
"Dia meminta saya untuk menjamin, dirinya tidak akan dijatuhi hukuman mati. Namun saya tidak bisa melakukan hal itu," ujar keluarga Liu, Gao Zicheng, seperti dikutip Beijing Times, Kamis (11/4/2013).
Liu pun memilih untuk menggunakan jasa pengacara selain Gao untuk mendampinginya di pengadilan. Namun aparat hukum China belum memberikan kabar lebih lanjut mengenai kasus itu.
Seperti diketahui, Liu dituduh bersekongkol dengan pengusaha bernama Ding Shumiao untuk mendapatkan penghasilan ilegal senilai miliaran Yuan. Liu juga diklaim menerima dana sebesar 60 juta Yuan atau sekira Rp94 miliar (Rp1.567 per Yuan).
Di bawah hukum China, hukuman mati bisa dijatuhkan pada seorang yang menerima dana suap sebesar 100 ribu Yuan (Rp156 juta). Dana yang diterima Liu jelas sangat besar, dan oleh karena itulah sulit bagi Liu untuk lolos dari hukuman mati.
Penanganan kasus korupsi Liu menjadi salah satu bukti kuat bahwa Pemerintah China yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping memang berkomitmen membasmi korupsi. Partai Komunis China juga menegaskan, mereka tidak akan memberikan keringanan terhadap para pelaku korupsi.
Sektor transportasi kereta di China memang sering didera sejumlah permasalahan. Dalam beberapa tahun belakangan ini, perusahaan kereta milik negara itu dinyatakan memiliki utang yang menumpuk.
"Dia meminta saya untuk menjamin, dirinya tidak akan dijatuhi hukuman mati. Namun saya tidak bisa melakukan hal itu," ujar keluarga Liu, Gao Zicheng, seperti dikutip Beijing Times, Kamis (11/4/2013).
Liu pun memilih untuk menggunakan jasa pengacara selain Gao untuk mendampinginya di pengadilan. Namun aparat hukum China belum memberikan kabar lebih lanjut mengenai kasus itu.
Seperti diketahui, Liu dituduh bersekongkol dengan pengusaha bernama Ding Shumiao untuk mendapatkan penghasilan ilegal senilai miliaran Yuan. Liu juga diklaim menerima dana sebesar 60 juta Yuan atau sekira Rp94 miliar (Rp1.567 per Yuan).
Di bawah hukum China, hukuman mati bisa dijatuhkan pada seorang yang menerima dana suap sebesar 100 ribu Yuan (Rp156 juta). Dana yang diterima Liu jelas sangat besar, dan oleh karena itulah sulit bagi Liu untuk lolos dari hukuman mati.
Penanganan kasus korupsi Liu menjadi salah satu bukti kuat bahwa Pemerintah China yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping memang berkomitmen membasmi korupsi. Partai Komunis China juga menegaskan, mereka tidak akan memberikan keringanan terhadap para pelaku korupsi.
Sektor transportasi kereta di China memang sering didera sejumlah permasalahan. Dalam beberapa tahun belakangan ini, perusahaan kereta milik negara itu dinyatakan memiliki utang yang menumpuk.
Belajar menghukum Koruptor bangsa ini harus berkaca
kepada China. Ketika dilantik jadi Perdana Menteri China pada 1998, Zhu Rongji
menyatakan, "Berikan saya 100 peti mati, 99 akan saya kirim untuk para
koruptor. Satu buat saya sendiri jika saya pun melakukan hal itu."
Zhu tidak asal bicara. Cheng Kejie, pejabat tinggi
Partai Komunis China, dihukum mati karena terlibat suap US$ 5 juta. Tanpa
ampun. Permohonan banding Wakil Ketua Kongres Rakyat Nasional itu ditolak
pengadilan.
Zhu di awal tugasnya mengirim peti mati kepada
koleganya sendiri. Hu Chang-ging, Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi, pun kebagian
peti mati itu. Ia ditembak mati setelah terbukti menerima suap berupa mobil dan
permata senilai Rp 5 miliar.
Xiao Hongbo dijatuhi hukuman mati,lelaki 37 tahun
yang menjabat Deputi manajer cabang Bank Konstruksi China, salah satu bank
milik negara, di Dacheng, Provinsi Sichuan, itu dihukum mati karena korupsi.
Xiao telah merugikan bank sebesar 4 juta yuan atau sekitar Rp 3,9 miliar sejak
1998 hingga 2001. Uang itu digunakan untuk membiayai kehidupan delapan orang
pacarnya.
Xiao Hongbo satu di antara lebih dari empat ribu
orang di Cina yang telah dihukum mati sejak 2001 karena terbukti melakukan
kejahatan, termasuk korupsi. Angka empat ribu itu, menurut Amnesti
Internasional (AI), jauh lebih kecil dari fakta sesungguhnya. AI mengutuk
cara-cara Cina itu, yang mereka sebut sebagai suatu yang mengerikan. Tapi, bagi
Perdana Menteri Zhu Rongji inilah jalan menyelamatkan Cina dari kehancuran. Zhu
tidak main-main. Cheng Kejie, pejabat tinggi Partai Komunis Cina, dihukum mati
karena menerima suap lima juta dolar AS. Tidak ada tawar-menawar. Permohonan
banding wakil ketua Kongres Rakyat Nasional itu ditolak pengadilan. Bahkan
istrinya, Li Ping, yang membantu suaminya meminta uang suap, dihukum penjara.
Wakil Gubernur Provinsi Jiangxi, Hu Chang-ging, pun
tak luput dari peti mati. Hu terbukti menerima suap berupa mobil dan permata
senilai Rp 5 miliar. Ratusan bahkan mungkin ribuan peti mati telah terisi,
tidak hanya oleh para pejabat korup, tapi juga pengusaha, bahkan wartawan.
Selama empat bulan pada 2003 lalu, 33.761 polisi dipecat. Mereka dipecat tidak
hanya karena menerima suap, tapi juga berjudi, mabuk-mabukan, membawa senjata
di luar tugas, dan kualitas di bawah standar.
Agaknya
Zhu Rongji paham betul pepatah Cina: bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu
ekor kera. Dan, sejak ayam-ayam dibunuh, kera-kera menjadi takut,
Kini
pertumbuhan ekonomi Cina mencapai 9 persen per tahun dengan nilai pendapatan
domestic bruto sebesar 1.000 dolar AS. Cadangan devisa mereka sudah mencapai
300 miliar dolar AS.
Coba
Kita punya orang seperti ini ya...
No comments:
Post a Comment