KISAH IBU
MENGAJAR ANAKNYA MENCURI
KATA
PENGANTAR
Judul disertasi penulis di program
doktor UIN Suska Riau 2013 di Pekanbaru ialah sanksi hukuman fisik terhadap anak-anak,
berkaitan dengan UU Perlindungan Anak Indonesia. Kemudian dalam Hukum Islam,
dinyatakan pukullah anakmu yang tidak shalat, jika umurnya sudah 10 tahun.
Pertanyaannya lebih lanjut, anak yang mencuri, bolehkan dipukul?. Anak yang
terlalu durhaka, seperti Malin Kundang, bolehkah disumpahi atau dikutuki
menjadi ular atau dipenjarakan?
Kisah
menarik. Ada seorang anak yang hendak dihukum karena mencuri, namun anak
tersebut menginginkan keadilan dengan meminta ibunya yang dihukum, karena ibunyalah
yang mengajarkan ia untuk mencuri. Naudzubillaah. Kajian kali ini merupakan
kajian yang berkaitan dengan anak, yakni fikih pendidikan anak pra baligh dan
baligh dalam Islam.
ANAK MEMINTA IBUNYA DIHUKUM
Kajian dimulai dengan penuturan beliau bahwa
anak bisa menjadi penolong atau penggugat orang tuanya. Beliau menceritakan,
ada seorang bapak yang tertatih2 berjalan di atas shirathal mustaqim, dan
akhirnya kemudian tergelincir, namun terselamatkan berkat doa tulus anaknya.
Memangnya anaknya doa apa? Ternyata bukan doa yang macam2 loh, tampaknya hampir
semua anak muslim hafal doa ini. Yup, doa orang tua. Rabbighfirlii
waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraah. Subhanallah.
Sebaliknya, anak juga dapat menjadi
penggugat orang tuanya. Beliau menceritakan kisah di jaman Rasulullaah ketika
ada seorang anak yang hendak dihukum karena mencuri, namun anak tersebut
menginginkan keadilan dengan meminta ibunya yang dihukum, karena ibunyalah yang
mengajarkan ia untuk mencuri. Naudzubillaah. Dari latar belakang itulah beliau
mengajak untuk mengajarkan anak dengan sebaik2nya. Ibaratnya, maukah kita orang
tua nanti di surga dituntut anak kita hanya karena anak kita tidak beristinjak
dengan baik dan benar, karena kesalahan/kekurangan ajaran kita? *menurut beliau
istinjak yang tidak bersih berakibat sesuatu yang cukup fatal, tapi saya lupa
apa yah, kalo ga salah tidak diterima shalatnya, cmiiw .. *
Lalu siapakah anak itu? Menurut beliau ada perbedaan
pemahaman mengenai anak dalam kaidah Islam dengan anak dalam kaidah kehidupan
sehari-hari *khususnya di Indonesia*. Dalam Islam, anak adalah fase pemula
dalam rentang kehidupan manusia. Tepatnya ada dua fase menurut Islam dipandang
dari sisi hukum, fase pra baligh (belum dewasa), dan fase baligh
(dewasa). Pada fase baligh seseorang sudah bertanggungjawab secara
langsung terhadap seluruh ucapan, sikap, tindakan yang dia lakukan, baik kepada
Allah maupun aparat hukum di dunia. Maka sudah sepantasnya orang tua
memperlakukan anak yang telah memasuki fase baligh sebagai seorang dewasa. Beliau
kemudian menceritakan pengalaman seorang teman perempuannya ketika mencapai
masa baligh, kira2 di awal SMP. Saat itu sang Ibu dari temannya meminta sang
anak untuk berwudhu dan memakai mukena.
Setelah
berwudhuk dan memakai mukena, sang anak pun diajak sang ibu untuk duduk
berhadapan, kemudian keduanya saling berjabat tangan layaknya ijab. Sang ibu
pun kemudian berkata yang kurang lebih intinya adalah sebagai berikut, “Nak,
kini sudah tiba saatnya bagimu untuk bertanggung jawab atas dirimu sendiri.
Selama ini jka engkau melakukan kesalahan, Ibu lah yang menanggung dosa2mu.
Namun kini kau sudah baligh, sudah dewasa. Dan Ibu tidak bisa lagi membantumu
mempertanggungjawabkan semua ucapan dan perbuatanmu. Kini malaikat Rakib dan
Atid di kanan kirimu siap untuk mencatat semua amal perbuatanmu. Maka
berhati2lah dalam melakukan sesuatu, karena sungguh seluruhnya akan dicatat
oleh kedua malaikat tersebut.” Subhanallaah.
Saat ini
banyak anak perempuan yang memasuki masa baligh dalam usia muda. Dan umumnya
orang tuanya menganggapnya masih seperti anak kecil. Padahal hal tersebut
adalah salah menurut ustadzah. Bandingkan dengan Usamah bin Zaid. Pemuda hebat
yang pada usia belianya, 13tahun, sudah dipercayakan oleh Rasulullaah memimpin
pasukan perang Islam. Tidak tanggung-tanggung, kala itu musuhnya adalah sekutu
bangsa2 besar, yakni Quraisy, Persia dan Romawi. Subhanallaah.
Ada yang tahu mengapa diperintahkan untuk mengajarkan
shalat kepada anak ketika umur 10tahun, kemudian dipersilahkan untuk memukul
anak umur 10 tahun yang tidak shalat? Ternyata memang usia tersebut pada jaman
sekarang ini, sudah masuk usia baligh (khususnya untuk perempuan). Bahkan sudah
ada yang menjadi baligh di usia 8, 9 tahun. Oleh karena itu memang sudah
saatnya untuk bersikap tegas kepada mereka, menyikapi mereka yang sudah harus
dianggap orang tua sebagai orang dewasa.
BERNAZAR MEMUKUL ISTRI 1000 KALI
Sedikit
membahas tentang `”memukul’`.
Menurut beliau, memukul walau diperintahkan, tapi bukan berarti jadi landasan
orang tua memukul anak. Karena Rasulullaah sendiri tidak pernah memukul anaknya.
Nabi Ayyub sendiri yang bernazar untuk memukul istrinya 1000kali jika sembuh
dari sakit, pada akhirnya memohon wahyu dulu dari Allah untuk memukul sitrinya,
ga langsung asal pukul saja. Dan pada akhirnya Allah memerintahkan Nabi Ayyub
untuk mengumpulkan 1000 batang padi kering, mengikatnya kemudian memukulkannya
sekali kepada istrinya, yang melambangkan nazar 1000kali pukulannya. Jadi tidak
segampang dan seringan itu untuk memukul, walau diperintahkan. Karena Islam
penuh kasih sayang, bukan?
Sang ustadzah pun kemudian menjabarkan pendidikan dan
pengasuhan anak dalam tiga bagian per 6tahun. Untuk 6tahun pertama, utamakanlah
kasih sayang dan disiplin.
Limpahkan kasih sayang, pelihara
disiplin untuk segala hal. Contoh, disiplin dalam makan, buang air, tidur dan
sebagainya. Pada 6tahun ke dua, kenalkanlah Allah dalam hidupnya. Jelaskanlah
hukum-hukum Islam, seperti halal dan haram, aurat, wudhu, shalat, mencuri,
mahram, juga surga dan neraka. Ajarkan dan biasakanlah ia dengan Al-Quran.
Ajarkan juga mengenai hak-hak orang tua. Kenalkanlah dengan tokoh2 teladan
dalam Islam. Ajarkan norma2 dalam masyarakat, dan tak lupa kembangkan rasa
percaya diri dan tanggung jawab. Pada 6tahun terakhir, perlakukanlah anak
sebagai seorang yang telah dewasa. Yang tak kalah penting, kenalkanlah ia
dengan teman yang baik. Sebetulnya poinnya tidak sesedikit ini, tapi yang
sempat tercatat hanya yang telah saya tuliskan di atas. Maaf yaa..
Pada akhir kajian, beliau membacakan
tulisan indah dan cukup panjang, yang intinya adalah anak kita tanpa kita
sadari memperhatikan apa-apa yang kita lakukan. Dan ternyata tindakan kita yang
mereka perhatikan, lebih mudah untuk dipahami dan tertanam dalam diri anak,
dibandingkan ucapan kita. Oleh karena itu hati-hati lah para orang tua dalam
bertindak dan bertingkah laku.
Terakhir, beliau menutup dengan sebuah kalimat yang
cukup dalam. Tutur beliau, “Yang penting itu bukanlah seberapa cerdas anak
kita, namun lihatlah betapa cerdasnya anak kita”. Subhanallaah.
Selasa,
01 Desember 2009
Heboh kabar seorang siswi SMP berubah wujud jadi ular berkepala anjing usai menendang ibunya saat sholat, membuat suasana Dusun Sigambal, Desa Pinang Awan, Kec. Torgamba, Labuhan Batu Setalan (Labusel), mencekam. Warga yang biasanya lalu-lalang memilih berdiam diri di dalam rumah masing-masing.
Hasil penelusuran METRO ASAHAN (grup Sumut Pos) di
desa tersebut, kejadian itu disembunyikan warga karena takut takut ikut kena
kutuk. Tapi, menurut warga anak tersebut telah diboyong oleh seseorang ke
Medan, karena tak tahan menanggung malu, karena setiap hari ratusan warga dari
berbagai daerah berdatangan ingin melihat kejadian itu.
Seorang warga yang minta namanya tak ditulis
memberikan bukti sebuah rekaman vidio dari sebuah handphone yang memuat wujud
gadis tersebut, yang berhasil ia rekam pasca kejadian itu. Dalam rekaman vidio
terlihat kepala seekor anjing berambut panjang berwarna putih dengan badan
berupa ular yang melingkar-lingkar. Dalam video itu juga memiliki dua tangan
menyerupai seekor biawak.
Sambil berputar-putar, dia menjerit-jerit menangis
sambil berurai airmata, sementara warga yang menyaksikannya terlihat ikut
prihatin. Menurutnya, gadis belia yang masih duduk dibangku kelas 2 SMP itu
dalam kesehariannya berperangai buruk dan sering melawan orangtuanya yang
pekerjaan tidak tetap dan mencari upahan kerja kepada para tetangga dan
kerabatnya.
Awal kejadian, gadis belia itu merengek meminta
dibelikan sepeda motor Yamaha Mio kepada ibu kandungnya. Namun tidak diacuhkan
sang ibu. Nah, ketika ibunya sedang melakukan ibadah salat magrib, tiba-tiba
saja ia menendang kepala ibunya yang sedang sujud.
Saat itu juga wajah gadis itu berubah wujud menjadi
anjing, sementara seluruh badan dan kakinya berubah menjadi ular. Kontan saja
ibunya menjerit histeris dan menangis meraung-raung melihat anak kesayangannya
itu telah berubah wujud. Kapolsek Torgamba, AKP Tampubolon ketika dikonfirmasi
mengaku, tak ada terjadi yang aneh-aneh di wilayah hukumnya. (zul/smg)
DIPOSKAN OLEH PUTIH-ABU2 DI 18.51
LABEL: DIKUTUK JADI ULAR, DIKUTUK JADI ULAR BERKEPALA ANJING, MANUSIA JADI ULAR, SISWI SMP JADI ULAR BERKEPALA ANJING, ULAR BERKEPALA ANJING, VIDEO ANAK DURHAKA, VIDEO MANUSIA JADI ULAR
itu
perlu di masukan lab, diteliti, karena pasti akan menarik, dapat menunjang
teori evolusi (manusia berasal dari monyet), teori genetika akan berubah total,
bisa dimanfaatkan untuk spionase (jika diketahui gen penyebab perubahannya,
maka manusia bis abeubah jadi kuv\cing, burung dsb)
eh nanya kenapa beubah itu jadi ular atau anjing ya? kenapa ga berubah jadi burung elang, harimau atau hewan2 kekar lain, naga misalnya?
kenapa monyet, ular atau anjing? kenapa anjing begitu hina?
eh nanya kenapa beubah itu jadi ular atau anjing ya? kenapa ga berubah jadi burung elang, harimau atau hewan2 kekar lain, naga misalnya?
kenapa monyet, ular atau anjing? kenapa anjing begitu hina?
No comments:
Post a Comment