TUKANG RUMAH, DI MASA LALU,
PANDAI PANDAI MENIPU, PANDAI MENCURI.
NENEK
SIHIR, MENYAPU HALAMAN
PUTUS
KARETA, TALI CELANA
HATI-HATI,
DALAM BERTEMAN,
ADA
PENCOPET, JADI SARJANA
MENCARI BENALU, KE SIALANG,
TEMPAT ORANG, MENCARI ROTAN.
RASA
MALU, JIKA HILANG,
PERSISI SEPERTI BABI HUTAN
Kukang di hutan, hewan pemalu,
Di ujung pohon, tiada kelompok.
Tukang bangunan, jika menipu,
Akhirrnya akan, jadi perampok.
MENGAPA
ORANG, NAIK OPLET
KARENA
JALAN, SUNYI SENYAP
BAGAIMANA
ORANG, TIDAK MENCOPET,
RASA
MALUNYA, SUDAH LENYAP
Awas! Teror Copet tukang bangunan
Ambil dompet, di tangan kanan,
Permaisuri main, bermain kartu
Model copet, tukang bangunan,
Mencuri semen, korupsi waktu.
Kukang di hutan, bukannya malas,
Hanya tidur, sampai senja.
Tukang bangunan, jujur dan ikhlas,
Akan diracun, teman-temannya.
Tinggal di kota besar Peknbaru- Riau Indonesia, bagi para tukang jadi daya
tarik yang sulit ditolak, karena setiap memerlukan bangunan. Terutama mereka yang ingin mengejar
dan meraih kesuksesan dalam bentuk apapun. Pekanbaru Riau, dikenal
sebagai kota terbesar kedua di Sumatra, mungkin juga di Indonesia, juga jadi serbuan para pemimpi alias
tough dreamer. Buat memenuhi kebutuhan hidup yang terus bertambah, semua orang
berlomba mencari nafkah. Tak sulit tentunya bagi mereka yang bermodal
pendidikan memadai dan ketrampilan. Atau mereka yang mendapat sedikit
keberuntungan. Tapi bagi yang tak mampu bersaing, kota besar ibarat mimpi
buruk.
Kerasnya persaingan di kota
besar, membuat sebagian orang menempuh cara-cara tak halal. Mencopet salah
satunya. Kejahatan jalanan yang satu ini, termasuk yang paling banyak
menyumbang angka kriminalitas di kota besar. Target mereka biasanya terminal,
stasiun, dan sejumlah tempat keramaian lain. Para pencopet, memanfaatkan
kelengahan penumpang. Dalam angkutan umum misalnya, barang berharga maupun uang
berpindah tangan dalam sekejap.
Karena itu untuk menekan angka
kejahatan, sepekan silam digelar operasi tertutup di Jakarta. Sebanyak 259
orang terjaring dari berbagai tempat. Satu di antaranya pelaku kejahatan di
angkutan umum seperti pencopet dan pejambret. Petugas menyita tas wanita,
dompet juga ratusan telepon genggam para korban. Operasi atau razia aparat
kepolisian saat ini, cukup gencar. Tapi kejahatan jalanan berusia tua seperti
copet tak hilang begitu saja. Ibarat ditekan di satu sisi, timbul di sisi lain.
Tak mudah memang menyusup ke
dalam sindikat pencopet. Namun dari hasil penelusuran yang berhasil dilakukan,
saat mengikuti aksi pencopet di tengah keramaian, sungguh sangat mendebarkan.
Butuh mental baja menjalankan aksi ini, tak sekedar bermodal keberanian dan
kelihaian tangan. Risiko tertangkap atau lebih parah dihakimi massa berada di
depan mata. Dalam beraksi kawanan pencopet hampir mirip sebuah pasukan khusus.
Berkelompok empat hingga delapan orang, baik di keramaian atau di jalanan.
Kelompok copet ini lalu berpencar menjadi kelompok satuan yang lebih kecil
paling banyak tiga hingga empat orang.
Kelompok kecil pertama bertugas
mengintai mangsa. Sementara kelompok kedua menggarap sasaran dengan cekatan.
Korban yang lengah jadi favorit para pencopet. Perihal keberanian, komplotan
copet ternyata ada alasannya. Mereka berstrategi dengan cara berkawan akrab
dengan pemilik otoritas keamanan. Kedekatan ini terbilang saling menguntungkan.
Dengan kekuasaannya, oknum ini
akan membuat sandiwara penyelamatan jika pencopet tertangkap. Maksudnya jelas
pelaku copet yang ditangkap bebas merdeka. "Soal beking, hasil dijual
kemana, aksi secara berkelompok," kata Jono, seorang pencopet.
Saat beraksi, ada sejumlah
isyarat yang berlaku. Kode-kode tertentu seperti kerlingan mata di antara kedua
copet, tanda mereka mendapatkan mangsa sasaran pencopetan. Setelah menentukan
sasaran, seorang anggota copet yang beraksi ikut membuntuti korban.
Eksekutor copet, tak langsung
ikut teman yang membawa hasil copetan. Dia berpura-pura membeli sesuatu di
pasar. Mereka menuju ke tempat yang ditentukan untuk bagi hasil.
Modus pencopetan yang kerap
dipraktikkan komplotan pencopet antara lain berpura-pura muntah, menghalangi
jalan atau dikenal dengan ngerem. Bahkan yang paling ekstrim menggunakan silet
atau cutter untuk merobek kantung celana atau tas korban.
Nah teknik ini ternyata bisa
dipelajari. Karena memang ada yang spesialisasi mengajar copet. Bisa dibilang,
sebagai sekolah tak resmi copet diperuntukkan bagi mereka pendatang baru di
bidang ini.
Tim SIGI kali ini menelusuri
keberadaan sekolah pencopet. Menuju ke lokasi menempuh jalan yang cukup berliku,
apalagi sifatnya sembunyi-sembunyi. Perihal ajaran yang diberikan, seorang
alumni sekolah copet, Joko pengalaman belajarnya. Antara lain teknik copet,
lama belajar, tempat operasi, korban kelompok, dan prosesnya.
Ini memang cukup mengejutkan.
Kurangnya kontrol aparat penegak hukum, menjadi salah satu penyebab mata rantai
kejahatan dan hasil perbuatan kriminal terus berlangsung.
Suka · Komentari
tak kan ada yang menyangkal bahwa persahabatan
itu sangat indah. Betapa tidak, sungguh menyenangkan sekali mempunyai seseorang
untuk melewatkan hari-hari, berbagi cerita, serta merasakan suka dan duka
bersama-sama. Begitu hebatnya persahabatan ini, hingga seseorang bisa
menganggap sahabatnya seperti saudara kandung sendiri, bahkan juga dapat
melebihi. Sepertinya memang benar apa yang dikatakan sebagian orang bahwa
keindahan hidup ini belumlah lengkap tanpa kehadiran sahabat.
Tetapi kadangkala…
Persahabatan bisa saja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena sang sahabat melakukan hal-hal yang tidak kita suka. Kadang kita merasa, sang soulmate mulai menjauh dan lebih memilih berteman akrab dengan orang lain entah karena alasan apa. Kecewa, marah, dan perasaan merasa diabaikan bercampur aduk menjadi satu. Pepatah “habis manis sepah dibuang” tiba-tiba saja dirasa sesuai dengan keadaan kita.
Kenangan lama tentang sang sahabat tak jarang datang kembali ke benak ini. Akan tetapi yang muncul hanyalah ingatan tentang sisi buruknya saja. Kebencian lalu menuntun kita untuk meneliti kekurangannya satu persatu. Kesalahannya di masa lampau mulai menari-nari di panggung pikiran. Berbagai prasangka yang tak beralasan pun perlahan-lahan menyeruak dan membelenggu akal sehat.
Begitulah. Sahabat yang pada awalnya kita sayangi berubah menjadi orang yang paling ingin kita hindari. Kita menjadi malas berbicara dengannya. Tak ada lagi keinginan untuk menelponnya barang beberapa menit saja. Kita pun tak berkehendak menyapanya lewat sms atau e-mail. Ya, dengan ungkapan lain, kita menjadi alergi dengan keberadaannya, dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya.
Astaghfirullahal ‘azhim…
Jangan biarkan kebencian kita bertahta, wahai kawan!
Memang, kita hanyalah manusia biasa. Adalah hal yang wajar jika kebencian terbit ketika kita mendapat perlakuan yang tidak sesuai kehendak hati. Tapi ingatlah, tak sedikitpun kita diperintahkan untuk memelihara kebencian. Tidak oleh Allah, tidak oleh para nabi dan rasul-Nya, tidak juga oleh para pecinta-Nya yang sejati. Tak ada satupun. Kebencian adalah bagian dari amarah. Dan bukankah Rasulullah telah berulangkali mewasiatkan supaya ummatnya tidak marah?
Berpikir jernihlah, wahai saudara!
Manusia diciptakan tak hanya dengan kelebihan, tapi juga kekurangan dan kelemahan. Sangatlah tidak mungkin kita menemukan orang yang segala perilakunya sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Maka janganlah membencinya apalagi memutuskan hubungan silaturahim dengannya.
Untuk mengusir rasa benci, mengapa kita tidak mengingat sisi yang baik saja darinya? Mungkin saja, di antara sahabat-sahabatmu yang lain, hanya dia yang amanah. Mungkin saja, di antara sahabat-sahabatmu yang lain, hanya dia yang selalu menepati janji. Mungkin saja, di antara sahabat-sahabatmu yang lain, hanya dia yang selalu berkata jujur. Mungkin saja, di antara sahabat-sahabatmu yang lain, hanya dialah pendengar yang baik. Mungkin saja, dia mempunyai kebaikan yang tidak ditemukan pada sahabat kita yang lain… Sekarang, kita hanya perlu membimbing pikiran kita untuk mencari kebaikan-kebaikannya itu.
Masih ada noktah hitam yang menodai hati?
Janganlah biarkan pikiran buruk yang berkuasa. Ingat saja kenangan indah yang lain. Ketika kita merenda hari-hari bersamanya. Ketika kita melakukan banyak hal yang menggembirakan dengannya. Sungguh tiada guna mengingat kenangan yang kurang menyenangkan karena bisa saja timbul prasangka dan pikiran buruk terhadapnya. Dikarenakan itu, Rasulullah SAW bersabda,
Hati-hatilah dengan prasangka karena prasangka adalah yang terburuk dari kabar palsu, jangan mencari-cari dan mematai-matai kesalahan orang lain, jangan saling mencemburui (iri) satu sama lain, dan jangan memutuskan hubungan satu sama lain, dan jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara” (HR Bukhari, diriwayatkan oleh Abu Hurairah)
Masih ada berkas-berkas kebencian yang menyusup di relung hati?
Ayolah, coba ingat yang baik-baik dari dirinya. Tentu ada! Jikalau dia memang bersalah, serahkan saja pada yang Maha Adil. Apa keuntungan yang kita peroleh dengan membencinya? Bukankah kebencian hanya akan menyuburkan amarah dan perlahan-lahan akan mengotori jiwa? Maka dengarkanlah firman Allah,
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS Asy Syams [91] : 9 – 10)
PENIPUAN TUKANG BANGUNAN
Diberi
gaji harian, datangnya lambat, pulang cepat.
Diberi
kerja baorongan, kerjanya cepat dan asal-asalan.
Tukang
bangunan itu, membangun rumahku
Penipuannya,
sudah terasa, licik dan sangar .
Tapi
dia, begitu tenang, seakan tidak merasa apa-apa. Dia mencuri semen, paku dan
alat pemotong besi.
Tidak
semua penipu, merasakan
Tidak
semua penipu menyangka
Suatu
saat nanti, aku akan mengalami
Dinginya
tembok dan lantai penjara
menyadarkanmu atas tingkah dan lakumu
Sekarang yang ada hanya penyesalan
dan hari-harimu...tak akan lagi seceria bebas bagai burung
Kutukan Allah, lebih dahsyat dibandingkan hari yang habis dalam tahanan.
Menghitung hari dan kalender usang
didinding yang kumuh tembok pembatas kehidupan
dan mata-mata liar selalu mengawasi gerak-gerik
tapi semua itu terlambat dan hanya sesal
membumbung sampai ubun-ubun
Tetes air mata dan raut murung
jadi pemandanganmu sehari-hari
tak ada lagi senyum kepongahan
tak ada lagi tawa renyai yang mengikuti hari-harimu
Sekarang kehidupan berganti
bagai roda dunia berputar
atas nafsu dan keserakahan dunia
yang telah kau tanamkan
di relung-relung hatimu yang palsu
Harga yang mahal memang harus kau tebus
melewati hari, minggu, bulan ke bulan
entah sampai kapan...?
sampai coretan kepedihan mengotori...
setiap sudut dinding penjara
Apakah kehidupan mereka telah berakhir..?
jawabnya.., pasti belum...!
masih ada sidang para malaikat
yang lambat laun akan menjemputnya.
menyadarkanmu atas tingkah dan lakumu
Sekarang yang ada hanya penyesalan
dan hari-harimu...tak akan lagi seceria bebas bagai burung
Kutukan Allah, lebih dahsyat dibandingkan hari yang habis dalam tahanan.
Menghitung hari dan kalender usang
didinding yang kumuh tembok pembatas kehidupan
dan mata-mata liar selalu mengawasi gerak-gerik
tapi semua itu terlambat dan hanya sesal
membumbung sampai ubun-ubun
Tetes air mata dan raut murung
jadi pemandanganmu sehari-hari
tak ada lagi senyum kepongahan
tak ada lagi tawa renyai yang mengikuti hari-harimu
Sekarang kehidupan berganti
bagai roda dunia berputar
atas nafsu dan keserakahan dunia
yang telah kau tanamkan
di relung-relung hatimu yang palsu
Harga yang mahal memang harus kau tebus
melewati hari, minggu, bulan ke bulan
entah sampai kapan...?
sampai coretan kepedihan mengotori...
setiap sudut dinding penjara
Apakah kehidupan mereka telah berakhir..?
jawabnya.., pasti belum...!
masih ada sidang para malaikat
yang lambat laun akan menjemputnya.
Kisah
Penipu Yang Tertipu Oleh Calon Korbannya Karena Ga Bisa Bhs Inggris !
Sering terima telepon
yang ujungnya adalah penipuan? Trik dari Herry Setiadi Wibowo ini boleh dicoba.
Herry, pria yang tinggal di Surabaya itu ganti memperdaya tukang tipu dengan
trik-trik lucunya.
Herry lantas mengunggah rekaman dialognya dengan tukang tipu via Youtube. Hingga, Sabtu (22/12), video berisi rekaman Herry dengan tukang tipu itu didengarkan hampir 121.000 kali.
Aksi memperdayai tukang tipu via telepon itu dilakukan oleh Herry pada 12 Desember 2012. Saat itu, menurut Herry, ada telepon masuk mengaku dari sebuah stasiun televisi dan mengatakan kalau Herry menang undian.
"Saya sudah kira ini pasti penipuan. Tapi karena memang nggak sibuk banget saya layani, katanya undian dapat Rp 10 juta, saya udah tahu pasti ujung-ujungnya ke ATM atau suruh transfer pulsa, tapi ternyata ini ke ATM. Saya sendiri di Surabaya tapi ngakunya di Jawa Tengah karena kalau saya bilang di Jakarta pasti langsung ditutup, nggak seru jadinya," kata Herry kepada merdeka.com, Jumat (21/12).
Dalam rekaman itu terdengar Herry memilih bank yang belum banyak dikenal untuk mengakali si penipu. "Dia tanyakan ATM kalau saya bilang BCA, BNI pasti sudah biasa saya kira ini sindikat tapi bisa jadi mereka punya draftnya, oleh karena itu saya cari bank yang nggak familiar Standard Chartered dan Citibank. Ternyata benar, mereka nggak paham ya udah saya ikuti," kata Herry.
Yang kemudian terjadi, Herry merekam percakapannya dengan si penipu. Dalam rekaman itu Herry memperdaya penipu termasuk dengan istilah " call the police " yang disampaikannya di akhir-akhir perbincangan.
Herry lantas mengunggah rekaman dialognya dengan tukang tipu via Youtube. Hingga, Sabtu (22/12), video berisi rekaman Herry dengan tukang tipu itu didengarkan hampir 121.000 kali.
Aksi memperdayai tukang tipu via telepon itu dilakukan oleh Herry pada 12 Desember 2012. Saat itu, menurut Herry, ada telepon masuk mengaku dari sebuah stasiun televisi dan mengatakan kalau Herry menang undian.
"Saya sudah kira ini pasti penipuan. Tapi karena memang nggak sibuk banget saya layani, katanya undian dapat Rp 10 juta, saya udah tahu pasti ujung-ujungnya ke ATM atau suruh transfer pulsa, tapi ternyata ini ke ATM. Saya sendiri di Surabaya tapi ngakunya di Jawa Tengah karena kalau saya bilang di Jakarta pasti langsung ditutup, nggak seru jadinya," kata Herry kepada merdeka.com, Jumat (21/12).
Dalam rekaman itu terdengar Herry memilih bank yang belum banyak dikenal untuk mengakali si penipu. "Dia tanyakan ATM kalau saya bilang BCA, BNI pasti sudah biasa saya kira ini sindikat tapi bisa jadi mereka punya draftnya, oleh karena itu saya cari bank yang nggak familiar Standard Chartered dan Citibank. Ternyata benar, mereka nggak paham ya udah saya ikuti," kata Herry.
Yang kemudian terjadi, Herry merekam percakapannya dengan si penipu. Dalam rekaman itu Herry memperdaya penipu termasuk dengan istilah " call the police " yang disampaikannya di akhir-akhir perbincangan.
Al Kusuma, seorang karyawan bank terkemuka di Australia mengatakan, bahwa bila kita kehilangan atau tertinggal barang disuatu tempat, dan ditemukan oleh orang yang beritikad baik, tentu kita bisa mendapatkan barang kita kembali. Kalau di kereta atau bus, ada tempat Lost and Found. Berbagai macam barang-barang yang tertinggal ada disana. Paling banyak payung, tapi banyak juga kereta dorong bayi, bahkan ada kursi roda sampai kaki palsu.. “lah koq kakinya bisa tertinggal ya..” katanya sambil tertawa.
Gerimis berganti menjadi hujan, cuaca kian dingin dan langit bertambah gelap. Tapi tampaknya mereka masih belum ingin beranjak. Tuty, ibu rumah tangga yang juga aktif di organisasi sosial, bercerita bahwa yang menyenangkan disini adalah kita tidakperlu khawatir dengan apa yang orang katakan terhadap penampilan kita. Kita boleh berpakaian biasa atau sederhana, dan tidak ada yang berkomentar tentang penampilan kita. Bila masuk toko atau restoran, apakah dia tukang sapu atau direktur semua tetap mendapat pelayanan yang sama. Disamping itu penduduk disini tidak peduli dengan merk yang disandang. Mereka tidak memperhatikan, apakah tas, sepatu atau baju kita keluaran butik atau perancang ternama. Konon, soal barang-barang branded, yang lebih tahu justru orang-orang Indonesia.
Lalu Al menambahkan disini hirarki sosial dalam kehidupan sehari-hari tidak terlalu menonjol, semua tampak sama. Karena jarak antara si kaya dan si miskin tidak terlalu jauh. Sebagai contoh, petugas angkut sampah (tukang sampah) mampu membeli mobil. Pelayan toko atau tukang bangunan bisa saja orang kaya, mereka mampu membeli kendaraan dan rumah.
Nieke yang bekerja sebagai perawat dan agen properti menimpali bahwa pagi-pagi bangun tidur, masih pakai piyama dan slipper (sandal kamar) dia harus ke “convenient store” (sebuah toko kecil seperti Circle-K kalau disini), karena keperluan mendesak, dia tidak sempat ganti baju. Tapi orang biasa saja, tidak ada yang memperhatikannya. Sehingga dia merasa nyaman dan leluasa.
Penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menempatkan sekelompok orang memiliki dimensi kekuasaan, privilese (hak isitimewa) dan prestise. Biasanya lapisan itu dinilai dari kekayaan, jabatan, atau berdasakan ilmu pengetahuan dan profesi yang dimiliki (profesor, dokter, insinyur, dsb). Oleh karena itu banyak yang ingin berpenampilan seperti orang kaya atau intelek agar dihargai dan diperlakukan istimewa.
Mereka bersyukur bahwa kenyataan tersebut tidak berlaku di Australia. Semua tampak sama sederajat. Seorang teman yang tinggal di Canberra, ibu kota Australia, sering menyaksikan Kevin Rudd yang saat itu menjadi perdana menteri (kini Menteri Luar Negeri) setiap pagi mengantar anaknya sekolah, menyetir mobil sendiri tanpa pengawalan protokoler. Bahkan dia harus mencari-cari tempat parkir kendaraannya bila ingin mampir. Tidak ada tanda khusus parkir untuk seorang perdana menteri disekolah anaknya. Tuti juga menambahkan, dia pernah bertetangga dengan Premier New South Wales, pejabat setingkat gubernur. Penampilannya bersahaja, setiap pagi sebelum berangkat kantor dia acap kali menggendong anaknya atau mengajak jalan-jalan. Bahkan belanja kebutuhan rumah tangga ke supermarket sendiri.
Nieke yang bekerja sebagai agen properti dan perawat mengatakan, bahwa meski disini banyak kemudahan dan keteraturan, namun beragam manusia tentu memiliki pelbagai permasalahan. Saya sudah beberapa tahun ini bekerja sebagai perawat, awalnya ada teman yang menawari pekerjaan tersebut, saya mendaftar melalui sebuah agen jasa perawat, melalui serangkaian tes dan “uji kelayakan” akhirnya diterima. Tapi beda dengan “nurse” atau suster. Bila suster boleh memberikan obat (atas petunjuk dokter) untuk klien atau pasien, sedangkan perawat “hanya” menemani, mendampingi dan mengingatkan untuk minum obat. Biasanya dia menjaga pasiennya dari pukul 2 siang hingga 8 malam, jadi 6 jam sehari.
Betapa kebahagaiaan hidup tidak tergantung dengan kekayaan, kecantikan ataupun jabatan. Beberapa pasien yang Nieke tangani butuh pendampingan karena merasa kesepian dan ketergantungan fisik. Ada yang muda belia berusia 20 tahun, gadis cantik rupawan, rambut sebahu, bermata biru. Mengalami cacat fisik dan harus di kursi roda. Tidak bersuara. Bila ingin sesuatu, tangannya bergerak sangat lemah menunjuk ke “words chart” yang ada gambarnya. Bila ingin makan, makan ia menunjuk gambar makanan.. Dia bisa makan sendiri, namun gerakannya sangat lamban. Awalnya gadis ini periang, dan sehat. Namun, karena mengalami depresi mendalam yang menimpa kehidupan pribadinya, lalu nekat bunuh diri. Tetapi gagal, hinggal mengalami Brain Injuri. Syaraf otaknya mengalami kerusakan, tidak dapat menerima oksigen, sehingga otak sulit memerintahkan anggota tubuhnya untuk bergerak, juga bersuara.
Sumber : http://www.karyapuisi.com/2011/03/puisi-nasib-penipu-selly-yustiawati-dan.html#ixzz2ViE7X3Bl
Ada tulisan lain, penulis kutip, yang katanya mohon maaf, saya tidak bisa menulis ini dalam bahasa
Inggris karena target saya untuk untuk
orang Indonesia yang paling banyak terjebak oleh penipuan ini. Dan saya tidak
akan pakai bahasa bertele2, saya akan melihat dari sisi awam dan humanis
sehingga lebih mudah dipahami.
1. AGMAC
Asian Gold Mining Asset
Corporation (AGMAC)
ditujukan untuk mengalihkan CPS Gold yang sudah macet sejak Oktober 2012
kemarin. Dari sini saja sudah bisa ditebak kalau orientasi investasi VGMC jadi
kabur dan sangat tidak masuk akal. Pertanyaan yang menjadi krusial gara2 hal
ini adalah: Jadi VGMC ini perusahaan tambang, atau perusahaan investasi
tambang, atau investasi emas semata atau apa sih? Pengelolaan Professional
Closed End Fund (PCEF) sendiri kok malah terkesan semakin ribet? Kok bisa2nya
dialihkan?
Saya lebih
membacanya sebagai usaha mengulur2 waktu dan memberi harapan2 “menjelang IPO”
yang entah berapa banyak korban VGMC mengerti maksudnya. Sekarang pertanyakan
saja secara logis, dulu memasukkan uang dalam jumlah besar agar mendapat
deviden segera kan? Kok mau diulur2?
Atau jawab
saja pertanyaan yang sampai detik ini tak terjawab: di mana lokasi tambang emas
VGMC?
2. Deklarasi Pemegang Saham
Ini apa?
Dalam dunia investasi setahu saya tidak ada namanya deklarasi pemegang saham.
Saya membacanya ini sebagai usaha menilapkan saham yang dimiliki shareholder
karena bisa saja perusahaan mengalihkan kepemilikan saham preferen ke saham
biasa atau sebaliknya. Ini mana ada dalam dunia saham atau investasi? Kok bisa
ya AGMAC memperlakukan ini?
3. CPS Silver dan CPS Platinum
Ini saja
sudah cukup membuktikan ketidak-konsistenan VGMC/AGMAC dalam menjalankan bisnis
ini. SH dipaksa beralih ke platina lalu diberi pula opsi kepemilikan perak. Di
mana2 itu yang ditawarkan itu adalah saham kepemilikan perusahaan, bukan saham
produk. Kalau saya ingin memiliki saham Google, maka yang saya mau itu ya saham
kepemilikan atas Google, bukan sahamnya Google Translate, GMail, Google Earth,
Google Map, YouTube, Blogger, ataupun produk Google lainnya.
Saya membaca
lebih sebagai usaha memperpajang nafas perputaran uang deviden yang sudah macet
di CPS Gold.
————————————-
Tergiur fix income (pendapatan tetap), itulah yang menjadi alasan kenapa
banyak orang menginvestasikan uangnya pada permainan ini. Dengan target
masyarakat kelas menengah ke bawah yang buta dunia investasi lalu dengan mudah
saja terperdaya hanya dengan unsur “kepercayaan dan positive thinking“. Dalam dunia ini tidak pernah filosofinya “positive thinking” melulu. Saya selalu beradu argumen dengan mereka
yang pro VGMC yang sayangnya selalu tidak tepat sasaran. Saya beragumen
menggunakan logika dan pertimbangan yang jelas, saya selalu dijawab dengan
alasan2 beraroma ‘jangan berburuk sangka dulu’, ‘kita tunggu saja nanti saat
IPO’, atau alasan2 yang lebih berbau ngeles ketimbang menjawab pertanyaan saya
tersebut.
Semua
pertanyaan yang saya ajukan di postingan saya sebelumnya tidak ada satupun
terjawab sampai saat ini.
Sekarang saya bicara dari sisi humanis, skema ponzi adalah realitas
masyarakat kita yang serakah (greedy), mau senang tanpa usaha, dan tidak telaah sebelum
bertindak. Saya hanya bisa mengurut dada saat membaca keluhan2 korban VGMC yang
sudah kesulitan finansial tetapi deviden yang diharapkan tak kunjung datang.
Kesulitan finansialnya sendiri tak tanggung2. Saya bahkan mendengar ada yang
sampai menggadaikan ladang sawitnya, meminjam dana dari Bank kelewat besar,
hingga ada yang memakan biaya haji dan umrah keluarga sendiri.
Tulisan ini tidak mengangkat hal yang baru, karena semua yang saya tulis
di postingan sebelumnya sudah kelewat jelas dan berdasar. Yang sampai saat ini
masih mengherankan, kenapa masih banyak yang ngotot membela VGMC mati2an
sementara dari VGMC sendiri benar2 tidak pernah jelas dan tidak pernah
konsisten. Terutama poin konsistensi, ini yang tidak pernah dipegang sama
sekali. SH dipaksa top-up terus menerus, dipaksa mengalihkan saham, berkali2
bilang IPO tapi tak jelas prosesnya, dll. Jika dibawa berpikir, adalah aneh
sebuah investasi tapi penanam modalnya dibuat ketar-ketir terus, dibuat
gelisah, dibuat panik karena ketidak-jelasan.
Ada sebuah
ironi yang miris kala terjadi adu argumen antara mereka yang pro-VGMC dan yang
kontra-VGMC. Jawaban2 yang diberikan sudah bisa dinilai oleh orang awam
sekalipun. Apabila pro-VGMC memberikan argumen, maka argumen seluruhnya mampu
dipatahkan dengan analisis yang tepat oleh para kontra-VGMC. Sementara mereka
yang pro-VGMC tidak pernah memberikan jawaban2 yang memuaskan atas pertanyaan2
krusial yang diajukan. Umumnya pasti akan ‘ngeyel’ dan ‘ngeles’ semisal ini
investasi unsur kepercayaan, kenapa kontra-VGMC ribut terus, atau malah
mengalihkan topik tanpa menjawab pertanyaan2 krusial tadi.
Seriously, I’m tired of this
s**t!
Saya menulis ini dan mereka yang kontra-VGMC menentang bukan karena apa2
kecuali menghindari banyak orang2 berjatuhan karena penipuan2 yang awalnya
diiming2i oleh VGA ambassador VGMC tersebut. Saya pribadi tidak ingin apa2
kecuali tidak lagi melihat berbagai keluhan dan kesedihan karena sudah banyak
program2 serupa yang lebih dulu kolaps. Tapi itu tadi, masyarakat tidak suka
belajar dari sejarah, dan ini yang terjadi sekarang. Berbulan2 dijanjikan bakal
IPO, bakal IPO, bakal IPO, bagaimana mau IPO sementara laporan tahunan saja tak
pernah ada. Bagaimana pula orang masih dipaksa ‘positive thinking‘ yang memalsukan itu sementara ‘realistic thinking‘ yang sebenarnya paling diperlukan justru diabaikan
begitu saja. Masyarakat kita dipermainkan, diperas, dan dijadikan bahan olok2an
karena kurangnya kekritisan pemikiran kita akan berbagai hal, termasuk
investasi bodong ini.
Saya hanya bisa klise, tapi tapi saran saya sangat sederhana. Jadilah pribadi yang kritis.
Di saat ada
sesuatu hal yang baru tetapi menggiurkan dan sulit dipercaya, seharusnya
ditelaah lebih dalam. Dikenali seluk-beluknya terlebih dahulu, apa dan
bagaimana proses bisnis beserta resiko2nya. Mana izin bisnisnya, bagaimana
prospek ke depannya, dll. Kita harus mencari tahu lebih banyak, digali sumber informasi
seluas2nya sebelum bisa percaya.
Mungkin ini tidak ada hubungannya, tapi mental2 seperti ini bisa saja
diakibatkan oleh perilaku masyarakat Indonesia yang malas membaca. Membaca itu
penting karena dengan membaca kita menjadi mengerti akan suatu hal. Saya rasa
membaca Al-Quran tetapi hanya dalam konteks ‘melafazkan’ saja tanpa
mengerti isinya hanya akan sia2 saja. Justru membaca Al-Quran lalu dibahas (ditelaah) isinya yang membuat seseorang
berilmu dan malah semakin beriman. Setelah digali kebenarannya barulah bisa
kita percaya isinya. Tapi ironi seperti ini juga yang banyak terjadi di
Indonesia yang mengaku penduduk Muslim terbesar di dunia. Membaca tapi lebih
banyak ‘melafazkan’ ketimbang ‘mendalami’ bacaannya itu.
Seperti juga
pada VGMC ini, banyak mereka yang terperangkap dan baru menyadari ini penipuan
diakibatkan kurangnya pengetahuan pun tidak berinisiatif mencari lebih lanjut.
Pun sampai sekarang masih ngeyel dan ngotot sementara argumen2 kritis justru
tak didengarkan. Berbisnis dan investasi tidak bisa berjalan dengan otak bebal
dan tak kritis. Apalagi kalau memang bisnis berorientasi pada profit,
semestinya berhati2 agar profit itu berkejelasan. Toh profit yang jelas
membuktikan sehat tidaknya sebuah investasi bukan?
Harapan saya
saat ini cuma satu, VGMC, AGMAC, atau berbagai bisnis skema Ponzi lainnya
musnah dari negeri ini. Itu saja.
Tambahan:
Sejujurnya, saya benar2 jenuh dengan fanatisme sempit tak terdidik ini.
Inilah tipikal masyarakat kelas menengah ke bawah kita yang kurang paham investasi
kecuali mengharapkan deviden yang tujuannya sangat tidak mulia dengan cara yang
tak ada kerja kerasnya sama sekali. Sebagai seseorang yang berkecimpung dalam
bidang budaya atau humanities, ini adalah realita yang menyesakkan saya karena jauh
panggang dari api. Membuat masyarakat yang kritis itu memang bukan perkara
mudah memang, tapi hanya melalui tulisan seperti ini pula saya bisa berjuang.
Banyak yang bertanya pada saya, siapa lah saya ini? Bukan orang bidang
ekonomi dan investasi, saya hanyalah seorang dosen bidang Cultural Studies yang juga penggemar budaya populer (makanya isinya
kebanyakan adalah objek budaya populer yang memang merupakan hobi saya). Tapi
apa yang saya tulis adalah apa yang terlihat oleh mata kepala saya sendiri.
Bolehlah saya dibilang hanya melihat dari luar saja, saya bukan SH, saya tidak
ikut di dalamnya tapi sok menganalisis. Saya hanya bisa bilang, tulisan saya
ini saja sudah sangat terlambat dibandingkan banyaknya korban2 investasi bodong
ini berjatuhan. Lagipula, dari awal tulisan saya memang disasar pada mereka
yang awam seperti saya ini, tetapi dengan bahasa yang sederhana dan bisa mudah
dimengerti siapapun. Mungkin karena itu pula tulisan saya soal VGMC itu
Penipuan menjadi sangat2 populer dan direspon.
Mungkin ini pesan saya yang perlu disimak dengan baik2:
Kenapa masih percaya pada hal2 yang kontradiktif? Kenapa masih ‘dipaksa’ ber-positive thinking sementara realita yang terjadi berkata sebaliknya? Kalau benar kita ini terdidik, semestinya keterdidikan kita mampu mempertanyakan dan mempermasalahkan ketidakpastian dan ketidakkonsistenan yang terjadi, bukan?
Kenapa masih percaya pada hal2 yang kontradiktif? Kenapa masih ‘dipaksa’ ber-positive thinking sementara realita yang terjadi berkata sebaliknya? Kalau benar kita ini terdidik, semestinya keterdidikan kita mampu mempertanyakan dan mempermasalahkan ketidakpastian dan ketidakkonsistenan yang terjadi, bukan?
No comments:
Post a Comment