JENIS RESEACH GAP YANG SANGAT DIPERLUKAN
Kebenaran tulisan ini, relatif, jangan terlalu percaya, bandingkan juga dengan kutipan lain. Lain ahli, lain pula pikirannya. Analisis Gap (jarak) adalah suatu metode/alat
membantu suatu lembaga membandingkan performansi actual dengan performansi
potensi. Operasionalnya dapat diungkapkan dengan dua pertanyaan berikut:
“Dimana kita sekarang?” dan “Dimana kita inginkan?”.
Tujuan analisis gap untuk mengidentifikasi gap antara alokasi optimis dan integrasi input, serta ketercapaian sekarang. Analisis gap membantu organisasi/lembaga dalam mengungkapkan yang mana harus diperbaiki. Proses analisis gap mencakup penetapan, dokumentasi, dan sisi positif keragaman keinginan dan kapabilitas (sekarang).
Analisis gap dapat ditinjau dari perbedaan perspektif tentang : lembaga/organisasi, arah organisasi, proses organisasi, teknologi informasi. Analisis gap dapat menjadi dasar untuk mengukur investasi waktu, uang, dan tenaga kerja yang dipakai, variabel ini dapat diukur melalui skala interval: ’baik, rata-rata, dan kurang’. Kebanyakan analisis gap ditinjau dari : gap produk dan gap kompetitif.
Mereka yang berpegang pada Teori Gap berbuat
demikian untuk mengharmoniskan teori para ilmuwan modern yang berpegang pada
teori umur bumi tua – kepercayaan bahwa bumi berumur milyaran tahun lebih tua
dari apa yang dijumlahkan dari silsilah manusia yang dicatat dalam Alkitab.
Bahkan kaum injili yang bermaksud baikpun sudah mengikuti teori umur bumi tua,
menjelaskan kebanyakan Kejadian 1 secara alegoris, sambil berupaya untuk tetap
berpegang pada penafsiran harafiah untuk bagian Alkitab lainnya.
Bahayanya hal ini adalah menentukan di mana
berhenti beralegori dan mulai menafsirkan secara harafiah. Apakah Adam adalah
manusia secara harafiah? Bagaimana kita tahu? Kalau dia bukan, apakah dia
betul-betul membawa dosa kepada umat manusia, atau dapatkah kita juga mengalegorikan
hal itu? Dan kalau tidak ada Adam secara harafiah yang membawa dosa yang kita
semua warisi, maka tidak ada alasan untuk Yesus mati di salib.
Asal usul dosa yang bukan harafiah menyangkali
alasan kedatangan Yesus. sebagaimana yang dijelaskan dalam 1 Korintus 15:22:
“Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian
pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.”
Pada titik itu, keKristenan itu sendiri menjadi palsu dan Alkitab tidak lebih dari
buku yang bagus yang mengandung cerita dan dongeng. Bisakah kita melihat ke
mana arah cara “berpikir” ini?
Kejadian 1 sama sekali tidak dapat dicocokkan dengan pemikiran bahwa penciptaan terjadi dalam kurun waktu yang panjang, dan bahwa kurun waktu ini terjadi antara Kejadian 1:1 dan 1:2. Apa yang terjadi antara Kejadian 1:1 dan 1:2? Sama sekali tidak ada! Kejadian 1:1 memberitahu kita bahwa Allah menciptakan langit dan bumi. Kejadian 1:2 memberitahu kita bahwa ketika Dia menciptakan bumi, bumi tidak berbentuk, kosong dan gelap; belum selesai dan tidak didiami oleh makhluk apapun. Bagian selanjutnya dari Kejadian 1 memberitahu kita bagaimana Allah menyelesaikan bumi yang tidak berbentuk, kosong dan gelap dengan memenuhinya dengan hidup, keindahan dan kebaikan. Alkitab adalah benar, harafiah dan sempurna (Mazmur 19:7-9). Ilmu pengetahuan tidak pernah membuktikan Alkitab salah dan tidak akan pernah. Alkitab adalah kebenaran tertinggi dan karena itu merupakan standar untuk mengukur teori ilmiah, bukan sebaliknya.
Baca lebih lanjut:http://www.gotquestions.org/Indonesia/teori-gap.html#ixzz2VlUYdcCu
Sistematika Penulisan Disertasi
Artikel LaporanPenelitian.com ~ Setiap
program studi biasanya memiliki aturan sistematika penulisan disertasi berbeda-beda. Kerangka penulisan pada suatu program
atau bidang studi bisa berbeda dengan program studi lainnya.
Sistematika penulisan disertasi di program studi hukum berbeda denganprogram atau
bidang studi sosial politik, ekonomi, kesehatan masyarakat,
psikologi dan sebagainya.
Selain itu penggunaan analisis yang
berbeda juga biasanya memiliki sistematika penulisan yang berbeda pula.
Sistematika penulisan interpretatif bisa berbeda dengan sistematika penulisan empiris dan studi kasus.
Penulisan disertasi dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu Bagian Awal, Bagian Isi dan Bagian Akhir. Pada Bagian Awal disertasi sebagai berikut:
Sistematika penulisan interpretatif bisa berbeda dengan sistematika penulisan empiris dan studi kasus.
Penulisan disertasi dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu Bagian Awal, Bagian Isi dan Bagian Akhir. Pada Bagian Awal disertasi sebagai berikut:
1.
Cover.
2.
Halaman Sampul Dalam.
3.
Halaman Persetujuan.
4.
Halaman Ucapan Terima Kasih.
5.
Abstrak.
6.
Executive Summary.
7.
Daftar Isi.
8.
Daftar Tabel.
9.
Daftar Gambar.
10.
Daftar Lampiran.
Format penulisan
disertasi pada Bagian Akhir sama seperti format
penulisan skripsi dan tesis sebagai berikut:
1.
Daftar Pustaka.
2.
Lampiran.
Sedangkan
sistematika penulisan disertasi pada Bagian Isi umumnya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.
|
Latar Belakang Penelitian
|
Latar belakang penelitian disajikan mengenai bidang
yang berkontribusi terhadap suatu teori. Calon doktor harus menggemukakan
masalah serius terkait 2 hal utama yaitu Research Gap atau Theory
Gap dan Fenomena.
|
2.
|
Perumusan Masalah
|
Masalah dinyatakan sebagai
pernyataan penyimpangan yang muncul dari Research Gap atau Theory
Gap. Ada 3 rumusan dalam sub BAB ini yaitu Rumusan Masalah (Problem),
Rumusan Masalah Penelitian (Research Problem) dan Rumusan Pertanyaan
Penelitian (Research Question).
|
3.
|
Tujuan dan Manfaat Penelitian
|
4.
|
Orisinalitas
|
5.
|
Definisi-Definisi Utama
|
6.
|
Pembatasan Ruang Lingkup dan
Asumsi-Asumsi Dasar
|
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
1.
|
Grand Theotritical Model
|
Pada Sub BAB ini berisi telaah
pustaka yang melahirkan proposisi untuk merekonstruksi hipotesis dan empirical
research model.
|
2.
|
Empirical Research Model
|
Pada Sub BAB ini berisi model
operasional tindak lanjut dari munculnya proposisi dan hipotesis berdasarkan Grand
Theotritical Model.
|
3.
|
Dimensionalisasi Teoritis
|
Sub BAB ini digunakan untuk
menghasilkan dimensi-dimensi atau indikator-indikator dari variabel dalam Empirical
Research Model.
|
BAB III METODE PENELITIAN
1.
|
Jenis dan Sumber Data
|
Disajikan jenis data yang
dibutuhkan dan sumber-sumber pengambilan data.
|
2.
|
Populasi dan Sampel
|
Disajikan besaran populasi dan
ketentuan keterwakilan sampel.
|
3.
|
Metode Pengumpulan Data
|
Berisi tentang desain instrumen,
proses, waktu, pelaku dan teknik pengumpulan data serta pilot study untuk
memastikan reliabilitas dan validitas instrumen.
|
4.
|
Teknik Analisis Data
|
Disajikan analisis yang digunakan
untuk menganalisis data baik kuantitatif maupun kualitatif serta alasan
teknik tersebut digunakan.
|
BAB IV ANALISIS DATA
1.
|
Data Screening
|
Berisi penjelasan sebelum data
dianalisis yaitu pengujian respon bias, validitas dan reliabilitas.
|
2.
|
Karakteristik Responden
|
Pemaparan mengenai latar belakang
atau demografi responden untuk menguji kesesuaian dengan teknik pengambilan
sampel yang telah ditetapkan.
|
3.
|
Statistik Deskriptif
|
Penyajian, interprestasi dan
penjelasan indeks-indeks deskriptif data seperti mean, median, modus, standard
deviasi dan sebagainya.
|
4.
|
Analisis Statistik Inferensial
|
Berisi proses analisis kesiapan
data untuk pengujian berbagai hipotesis yang diajukan.
|
5.
|
Pengujian Hipotesis
|
Berdasarkan analisis statistik
inferensial yang dilakukan maka hipotesis dapat diuji dan hasil pengujian
disajikan.
|
BAB V PEMBAHASAN DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada BAB ini disajikan pembahasan
secara konseptual dasar pengetahuan hasil pengujian hipotesis yang diterima
dan ditolak.
|
BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN
1.
|
Ringkasan Penelitian
|
Suatu pengantar bagi pembaca untuk
memahami isi disertasi tanpa harus membaca BAB II-IV sebelumnya.
|
2.
|
Kesimpulan
|
Berisi bagian utama dari temuan
penelitian yang menjawab masalah penelitian.
|
3.
|
Implikasi Teoritis
|
Di sini disajikan implikasi
teoritis dari tiap-tiap kesimpulan atas pengujian hipotesis dengan Mendukung
(Suporting), Memperbaiki (Improving) atau Kontroversial (Contadicting)
terhadap teori yang dikembangkan peneliti lain.
|
4.
|
Implikasi Praktis
|
Di sini disajikan aplikasi dari
tiap-tiap kesimpulan atas pengujian hipotesis sesuai dengan bidang-bidang
yang terkait.
|
5.
|
Keterbatasan Penelitian
|
Setelah penelitian selesai
dilaksanakan maka perlu bagi peneliti untuk menjabarkan keterbatasan atau
kelemahan selama penelitian dilakukan. Keterbatasan penelitian ini tidak
terkait dengan variabel-variabel penelitian.
|
6.
|
Agenda penelitian Mendatang
|
Agenda penelitian dikembangkan
berdasarkan keterbatasan yang dihadapi dari penelitian ini.
|
Diarsip
dalam : Disertasi, Sistematika
MASALAH
PENELITIAN
1. Setiap penelitian selalu berangkat
dari masalah, bila dalam peneliti telah dapat menemukan masalah yang
betul-betul masalah, maka pekerjaan penelitian 50 % telah selesai (Prof. Dr.
Sugiyono, 1999, 25).
2. Masalah merupakan
kesenjangan/perbedaan apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi (Bambang Tri
Cahyono, 1996, 7).
3. Hal-hal yang dapat dipermasalahkan
dalam penelitian adalah masalah (problem) atau peluang
(opportunity) yang
didefenisikan dengan jelas, baik keluasannya maupun kedalamannya. Masalah diartikan sebagai suatu situasi
dimana suatu fakta yang terjadai sudah menyimpang dari batasan toleransi yang
diharapkan. Sedangkan peluang adalah suatu kondisi eksternal
yang menguntungkan jika dapat dirah dengan usaha-usaha tertentu tetapi dapat
juga secara langsung atau tidak langsung menjadi ancaman bila peluang itu dapat
dimanfaatkan oleh pesaing (Husein Umar, SE, MM, MBA., 1999, 8).
4. Masalah riset merupakan suatu
pernyataan informasi spesifik yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk
membantu memecahkan masalah keputusan manajemen. Ketika masalah/peluang telah diketahui maka sebuah riset
akan mendapatkan gambarannya (C. McDaniel dan R. Gates, 2001, 52).
5. Penelitian dapat diawali dengan adanya
keingintahuan yang kuat dari peneliti, tanpa
adanya kejadian yang sangat istimewa (negatif/positif),
seseorang bisa melakukan penelitian karena ada sesuatu hal yang ingin
diketahuinya sendiri guna kepentingan ilmunya sendiri. Seseorang yang tertarik
dalam bidang ilmu manajemen dapat saja meneliti efektivitas gugus kendali mutu bukan untuk kegunaan praktis,
tetapi semata-mata ingin membuktikan
teori yang
dipelajarinya, atau untuk menyusun suatu teori yang baru (Hasan Mustafa, 1997)
6. Permasalahan yang baik memiliki
karakteristik sebagai berikut: Pertama,
peneliti memiliki keahlian dalam bidang yang dikaji. Kedua, tingkat kemampuan peneliti memang sesuai dengan
tingkat kemampuan yang diperlukan untuk mememecahkan permasalahan yang ada. Ketiga, Peneliti memiliki sumber daya yang diperlukan. Keempat, peneliti telah
mempertimbangkan kendala waktu,
dana, dan berbagai kendala lain dalam pelaksanaan penelitian yang
dilakukan (Mudrajad Kuncoro, Ph.D, 2003, 26)
7. Petunjuk untuk mengatasi penentuan
masalah: 1). Tentukan secara tentatif atau coba-coba suatu topik, lalu pilihlah
judul penelitian 2). Buat sketsa mengenai interrelasi dan perurutan-perurutan
dari masalah-masalahnya pada secarik kertas, 3). Membahas luasnya area topik,
dan berusaha menemukan aspek-aspek kesulitannya, yaitu pusat-pusat simpul yang
harus diurai, 4) Dengan persoalan-persalan tersebut baca secara selektif
buku-buku referensi, catatan-catatan, dokumen-dokumen, naskah-naskah,
laporan-laporan, majalah, dan materi informatif lainnya yang telah dibuat
penulis-penulis lain, dan ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengah kita
garap (Dra. Kartini Kartono, 1980, 55)
8. Masalah penelitian dapat dilihat dalam
tiga bentuk: 1). Exploratory
Research (Riset untuk
menemukan sesuatu): Ini adalah suatu riset yang memecahkan problem/isu/topik baru yang
sangat sedikit diketahui, sehingga ide riset sebelumnya tidak dapat diformulasi
denan baik pada tahap awal. Persoalnnya dapat datang dari bagian disiplin ilmu,
baik itu suatu tak-teki riset teoritis atau riset yang mempunyai dasar empiris,
2). Testing out research (Riset untuk menguji coba sesuatu),
dalam riset ini kita mencoba untuk menemukan batas dari generalisasi yang
diusulkan sebelumnya. Pada umumnya ini adalah riset dasar, misalnya “apakah
suatu teori dapat diterapkan pada suhu tinggi”, jumlah testing yang dilakukan
tidak terbatas dan terus menerus, karena dengan ini kita mampu untuk
memperbaiki dengan menspesifikasi, momodifikasi, mengklarifikasi generalisasi
yang dikembangkan oleh disiplin ilmu kita yang penting. 3). Problem Solving Research (Riset untuk memecahkan masalah):
dari riset jenis ini kita mulai dari adanya suatu masalah “dalam dunia nyata”
dan membawa semua sumber daya inteelktual untuk memecahkan masalahnya.
Permasalahan harus dapat ditentukan secara jelas dan metode pemecahan masala
harus ditemukan. Orang yang bekerja dalam cara ini harus menciptakan dan
mengidentifikasi pemecahan masalah sebelumnya dalam setiap langkah. Ini
biasanya melibatkan sejumlah teori dan metode, kadang-kadang melintas lebih
dari satu disiplin, karena masalah dunia nyata pada umumnya messy (kacau) dan tidak dapat dipecahkan
dalam batas sempit dari satu disiplin akademis (Prof. Dr. Ir. Jacub Rais,
M.Sc., 2003)
9. Yang disebut dengan masalah penelitian
adalah hal-hal yang berkaitan dengan: masalah/problema (problem),
peluang (opportunity), ketertarikan (anxiety),
keraguan/ketidakpastian (uncertainty),
ketiadaan (blankness), kelangkaan (rarely), kemerosotan (decline),
ketertinggalan (left behind) (Azuar Juliandi, 2004, 8).
PENEMUAN DAN SUMBER MASALAH
10. Penemuan Masalah: Kegiatan untuk
menemukan permasalahan biasanya didukung oleh survai
ke perpustakaan untuk
menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang akan diteliti, terutama
yang diduga mengandung
permasalahan. Kegiatan penemuan permasalahan yang didukung oleh survai ke
perpustakaan untuk mengenali perkembangan bidang yang diteliti. Pengenalan ini
akan menjadi bahan utama deskripsi “latar belakang permasalahan” dalam usulan
penelitian (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2000)
11. Penemuan Masalah:
a. Pasif: Masalah penelitian yang
ditemui secara pasif adalah penelitian yang datang
berdasarkan autoritas. Misalnya permintaan penelitian yang datang dari pimpinan
suatu lembaga penelitian, atau penelitian pesanan dari suatu sponsor. Untuk hal
semacam itu masalah penelitian sudah ada dengan sendirinya, sehingga sebagai
peneliti kita tinggal merumuskan obyeknya dan meneruskan tahap-tahap penelitian
selanjutnya.
b. Aktif: Cara-cara aktif merupakan penemuan masalah yang
dieksplorasi secara mandiri oleh peneliti, dalam menemukan fenomena-fenomena
yang dianggap penting dan harus segera dipecahkan (Muhammadi, 2004).
12. Sumber Masalah:
a. Formal, terdiri dari:
a.1. Rekomendasi penelitian: Masalah dapat
ditelusuri dari hasil penelitian orang lain. Sebuah penelitian memiliki bagian
kesimpulan dan saran, dari bagian inilah seorang peneliti menemukan masalah
dengan menganalisis adanya kemungkinan untuk melanjutkan penelitian tersebut
sebagai upaya untuk mengkaji hal-hal yang belum terungkap, mengulang penelitian
tersebut untuk memperkaya teori, dan hal-hal lain yang mungkin ditemukan dari
analisis hasil penelitian orang lain.
a.2. Analogi: Analogi merupakan penemuan
masalah dengan cara mengadaptasi masalah dari suatu pengetahuan dan
menerapkannya ke bidang pengetahuan si peneliti baru, dengan adanya persyaratan
bahwa kedua bidang tersebut harus memiliki kesesuaian dalam hal-hal yang
penting.
a.3. Renovasi: Renovasi juga merupakan
sebuah metode menemukan masalah penelitian yakni dengan cara mengganti suatu
unsur yang tidak sesuai lagi dengan suatu teori, untuk meningkatkan kebenaran
suatu teori.
a.4. Dialektikal: Dialektikal adalah
bantahan terhadap suatu teori tertentu. Ekstrapolasi:
Cara penemuan masalah dengan ekstrapolasi adalah dengan membuat trend suatu teori atau trend permasalahan yang dihadapi.
a.5. Morfologi: Morfologi merupakan
pengujian kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam sebuah
permasalahan yang kompleks.
a.6. Dekomposisi: Dekomposisi merupakan
cara penjabaran suatu permasalahan ke dalam komponen-komponennya.
a.7. Agregasi: Agregasi adalah kebalikan
dari dekomposisi. Peneliti dapat mengambil hasil-hasil penelitian atau teori
dari beberapa bidang atau beberapa penelitian dan mengumpulkannya untuk
membentuk suatu permasalahan yang lebih rumit dan kompleks.
b. Nonformal, terdiri dari:
b.1. Konjektur: Konjektur adalah permasalahan
yang ditemukan dengan naluriah (fakta apresiasi individu terhadap
lingkungannya), dan tanpa dasar-dasar yang jelas. Bila kemudian dasar-dasar
atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat
diteruskan secara alamiah.
b.2. Fenomenologi: Menemukan
permasalahan-permasalahan baru yang berhubungan dengan fenomena-fenomena yang
dapat diamati.
b.3. Konsensus: Penemuan permasalahan dari
hasil kesepakatan-kesepakatan, misalnya kesepakatan para ahli dalam suatu
bidang yang sama.
b.4. Pengalaman: Pengalaman juga merupakan
sumber permasalahan yang dapat dijadikan kajian penelitian, baik pengalaman
yang gagal maupun pengalaman yang sukses di masa lalu (Prof. Dr. Achmad
Djunaedi, 2000)
13. Sumber Masalah:
a. Paper: mempelajari dokumen, buku, majalah,
laporan penelitian atau penemuan sebelumnya.
b. Personal: melakukan wawancara atau diskusi
dengan para ahli atau orang-orang yang ada pada lokasi penelitian.
c. Place: mengamati daerah/lokasi penelitian
yang akan diteliti (Prof.
Dr. Suharsimi Arikunto, 2002, 41).
14. Sumber Masalah:
a. Penelitian terdahulu
b. Pengamatan di lapangan
c. Diskusi, ceramah, kuliah
d. Dosen para peneliti dan para ahli
e. Bibliografi (daftar kepustakaan) (Drs.
Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Achmadi, 2004, 61).
15. Sumber Masalah:
a. Bacaan berupa jurnal, laporan hasil
penelitian, skripsi, tesis, disertasi, buku teks, dan internet.
b. Seminar, lokakarya, diskusi, dan
lain-lain pertemuan ilmiah.
c. Pernyataan pemegang otoritas.
d. Pengamatan
e. Pengalaman
f. Intuisi (Prof. Dr. H. Sarmanu, M.S.,
2004, 14).
16. Sumber Masalah:
a. Pengalaman
b. Literatur yang dipublikasikan: buku,
teks, jurnal, text database
c. Literatur yang tidak dipublikasikan:
skripsi, tesis, disertasi, paper, makalah-makalah seminar (Nur Indriantoro dan
Bambang Supomo, 1999, hal. 43)
17. Sumber Masalah:
a. Literatur: Literatur atau bahan bacaan
yang berhubungan dengan minat dan pngetahuan peneliti.
b. Pengalaman pribadi: Semakin banyak
pengalaman seseorang baik peneliti maupun manajer akan semakin banyak
permasalahan yang didapatkan untuk penelitian (Mudrajad Kuncoro, Ph.D. 2003,
24).
JUDUL PENELITIAN
18. Proses penting dalam sebuah penelitian
adalah “pemilihan topik”. Topik (topic) adalah pokok permasalahan dari
suatu penelitian. Sebagian orang menyebutnya sebagai “tema pokok dari suatu
persoalan”, atau dengan kata lain topik lebih menonjolkan inti dari
permasalahan/persoalan, dan dapat menegaskan batas-batas dari masalahnya, serta
mengarahkan penentuan judul (Kartono, 1980, 61).
Usulan
Penelitian
1. Judul Penelitian
Judul penelitian
merupakan pencerminan dari tujuan penelitian. Oleh karena tujuan penelitian itu
dirumuskan dari masalah penelitian atau dengan kata lain tujuan penelitian itu
merupakan jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan penelitian maka judul
penelitian juga mencerminkan masalah penelitian.
Apabila suatu
penelitian berjudul Ketidakseimbangan Imunisasi Polio pada Anak-Anak Balita di
Wilayah Kabupaten Bogor maka hal ini mencerminkan bahwa masalah yang dihadapi
Kabupaten Bogor pada saat itu adalah bahwa angka drop out atau
ketidaksinambungan imunisasi sangat tinggi.
Judul penelitian tersebut juga
mencerminkan bahwa tujuan penelitian akan mencoba mengungkapkan masalah-masalah
(faktor-faktor) yang menyebabkan ketidaksinambungan imunisasi polio tersebut di
Kabupaten Bogor. Dengan kata lain penelitian ini secara implisit akan mencari
faktor-faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan drop out atau
ketidaksinambungan imunisasi polio pada anak balita.
2. Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang masalah
penelitian akan diuraikan fakta-fakta, pengalaman-pengalaman si peneliti,
hasil-hasil penelitian dari orang lain, atau teori-teori yang melatarbelakangi
masalah yang ingin diteliti. Dengan uraian tentang fakta, pengalaman dan
teori-teori tersebut maka orang lain (pihak pemberi dana atau pembimbing)
diyakinkan bahwa masalah yang akan diajukan tersebut cukup penting dan cukup
justified.
Dalam latar belakang harus dengan
jelas diuraikan mengapa masalah tersebut dipilih ? Apa justifikasinya ? Mengapa
penelitian itu diadakan di wilayah tertentu ?
Apabila judul penelitian seperti
contoh di atas (Ketidaksinambungan Imunisasi Polio pada Anak Balita di Wilayah
Kabupaten Bogor )
maka latar belakang harus diuraikan :
a. Peranan atau
pentingnya imunisasi polio pada anak balita.
b. Masalah polio
di Indonesia dan program imunisasi polio di Indonesia.
c. Masalah drop out atau
ketidaksinambungan imunisasi polio secara umum di Indonesia .
d. Masalah drop out imunisasi polio
di Kabupaten Bogor .
Agar masalah yang akan diteliti
tersebut cukup justified, uraian latar belakang tersebut harus didukung atau
disertai dengan data atau fakta-fakta empiris.
3. Perumusan Masalah
Sebelum diuraikan bagaimana
merumuskan masalah penelitian, terlebih dahulu akan dibahas apa yang dimaksud
dengan masalah. Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan
kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi
atau faktanya.
Kembali kepada contoh judul
penelitian tersebut diatas, itu bersumber kepada masalah penelitian yang ada,
yakni kesenjangan antara harapan (imunisasi polio pada anak akan selalu
berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I, polio II dan polio III), tetapi
kenyataannya atau yang terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak balita
hanya memperoleh imunisasi polio I saja).
Contoh lain adalah penyuluhan dan
kampanye tentang posyandu di Indonesia
telah meluas. Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh instansi
kesehatan maupun diluar kesehatan, baik oleh petugas maupun masyarakat sendiri.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan
dimanfaatkan, dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat.
Tetapi dari hasil penelitian Jurusan
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40%
masyarakat mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan posyandu. Disinilah
adanya kesenjangan atau gap dan inilah masalah penelitian.
Mengenai bagaimana memilih masalah
penelitian yang baik, pada uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan. Memilih
masalah penelitian yang baik dan yang akan digunakan untuk kepentingan program
maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria
yang akan diuraikan dalam bab lain.
Merumuskan masalah penelitaian ini
dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam
bentuk pertanyaan (research question).
Contoh : Posyandu di wilayah
Kabupaten Bogor sudah merata, hampir tiap RW telah mempunyai posyandu.
Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan dengan baik di
posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih tinggi, sekitar
75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di
Kabupaten Bogor tersebut rendah.
Dari pernyataan
penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian :
a. Mengapa kesinambungan imunisasi
polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor
rendah
(mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi) ?
b.
Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidaksinambungan
imunisasi polio bagi
anak balita di Kabupaten Bogor
?
No comments:
Post a Comment