PANTUN TIPU DAYA PERSAINGAN ABADI
Kesenangan sultan, rebus
keladi,
Keladi tumbuh, tepi telaga;
Jutaan penipuan, sudah terjadi,
Orang yang bodoh, tertipu juga.
Ikat pedati, di dekat sampan,
Sampan dibuat , banyak ruang.
Pejabat mati, karena perempuan,
Pengusaha mati, karena uang.
Keladi tumbuh, tepi telaga;
Jutaan penipuan, sudah terjadi,
Orang yang bodoh, tertipu juga.
Ikat pedati, di dekat sampan,
Sampan dibuat , banyak ruang.
Pejabat mati, karena perempuan,
Pengusaha mati, karena uang.
Sarang penyengat, jatuh ke motor,
Nampak seperti, bunga melati;
Bila teringat, bertebarnya koruptor,
Elok diterapkan, hukuman mati.
Tenang-tenang, air di laut,
Sampan nelayan, berisi terasi,
Pornografi, dan suka mencarut,
Jadi hiburan, preman berdasi.
Daerah palas, gilang-gumilang,
Banyak lilin, di pinggir tebat.
Karakter pemalas, manakan hilang,
Tanpa disiplin, yang sangat ketat..
Ikan patin, gulai kelapa,
Hendak dijual, ketika menugal.
Tuan miskin, tidak mengapa,
Asalkan ibadah, jangan tinggal.
Ubi banyak, bermacam ubi,
Ubi ketela, sedang terjerang.
Lobi banyak, bermacam lobi.
Lobi Yang licik, ditakuti orang
Peti ikan, diikat suasa,
Dibeli oleh,
orang asing.
Intisari
pendidikan, karakter bangsa,
Memicu
kemampuan, daya saing.
Derum hanyut, Teluk meranti,
Gelombang Bono , terus meluncur.
Kurikulum boleh, beganti-ganti,
Tanpa dayasaing,
pendidikan hancur.
Bagaimana Putri, dan pengeran asing,
Indahnya duduk, di singgasana.
Bagaimana memiliki, dayasaing,
Lihatlah kegigihan, keturunan Cina.
Jika keadaan memaksa
Duku lisut, terkena petasan,
Walaupun masak, tak punya rasa.
Perilaku Agresif, melakukan kekerasan,
Dalam keadaan, sangat memaksa.
Sebakul pulut, di dekat bara,
Asap mengepul, api menjalar.
Memukul murid, masuk penjara,
Tidak dipukul, muridnya kurang ajar.
Ketam darat, dapat dilembing,
Ketam lautnya, ditusuk besi.
HAM Barat, melarang bullying,
HAM Timur hanya, membatasi.
Semua kucing, pandai memanjat,
Kalau sahat, mudah melirik.
Tidak semua bullying, jelek dan jahat,
Kalau penggunaannya, teratur dan baik.
Menggunakan piring, harus perlahan,
Kalau pecah, tangan terluka.
Penggunaan bullying, berlebihan,
Itulah pembawa, malapetaka.
Walaupun masak, tak punya rasa.
Perilaku Agresif, melakukan kekerasan,
Dalam keadaan, sangat memaksa.
Sebakul pulut, di dekat bara,
Asap mengepul, api menjalar.
Memukul murid, masuk penjara,
Tidak dipukul, muridnya kurang ajar.
Ketam darat, dapat dilembing,
Ketam lautnya, ditusuk besi.
HAM Barat, melarang bullying,
HAM Timur hanya, membatasi.
Semua kucing, pandai memanjat,
Kalau sahat, mudah melirik.
Tidak semua bullying, jelek dan jahat,
Kalau penggunaannya, teratur dan baik.
Menggunakan piring, harus perlahan,
Kalau pecah, tangan terluka.
Penggunaan bullying, berlebihan,
Itulah pembawa, malapetaka.
Pelanggaran
hak asasi
Yang dikatakan, sebuah gasing,
Bulat pendek, seperti bakul.
Yang dikatakan , tindakan bullying,
Prilaku orang , suka memukul.
Bakul besar, diinjak kerbau,
Bakul berisi, pisau tajam.
Memukul manusia, seperti kerbau,
Itulah bullying, yang kejam.
Asal mulanya, datang kepinding,
Dari kelilawar, yang mengepak.
Asal mulanya, istilah bullying,
Dari pekerjaan, gembala ternak.
Tengku berjualan, ke Tanjung Bilah,
Paritnya runtuh, setiap bulan.
Perilaku penggembala, sampai ke sekolah,
Murid dan guru, pukul-pukulan.
Yang dikatakan, sebuah gasing,
Bulat pendek, seperti bakul.
Yang dikatakan , tindakan bullying,
Prilaku orang , suka memukul.
Bakul besar, diinjak kerbau,
Bakul berisi, pisau tajam.
Memukul manusia, seperti kerbau,
Itulah bullying, yang kejam.
Asal mulanya, datang kepinding,
Dari kelilawar, yang mengepak.
Asal mulanya, istilah bullying,
Dari pekerjaan, gembala ternak.
Tengku berjualan, ke Tanjung Bilah,
Paritnya runtuh, setiap bulan.
Perilaku penggembala, sampai ke sekolah,
Murid dan guru, pukul-pukulan.
Sungai Rokan ,kampung Rokan,
Kupu-kupu , di papan keranda.
Sesuku bukan , samarga bukan.,
Setanah air, saling membela..
Kupu-kupu , di papan keranda.
Sesuku bukan , samarga bukan.,
Setanah air, saling membela..
Padi perak,
berdaun suasa,
Buahnya bagai, emas merah;
Punya etos kerja, lagi berbahasa,
Itulah tanda, generasi bertuah.
Buahnya bagai, emas merah;
Punya etos kerja, lagi berbahasa,
Itulah tanda, generasi bertuah.
Menanam selasih, di bumi Riau,
Selasih ditanam, di ujung serambi,
Bagailah mana hati , tidak risau,
Jika sarjana , kehilangan budi.
Air pasang, membawa gurita,
Pasang tidak, waktu libur,
Budi tuan, lekat di mata,
Tapi jangan, jadi penganggur.
Pasang kelambu, tepi jendela,
Supaya senang, pintu dikunci;
Biar beribu dara, dan janda,
Saya memilih , yang religi.
Penat sudah, ke gunung Daik,
Tidak sampai, ke Pulau Bali.
Penat sudah, guru mendidik,
Para murid , tidak peduli.
Tidak sampai, ke Pulau Bali.
Penat sudah, guru mendidik,
Para murid , tidak peduli.
Pilih-pilih, buah kedondong,
Cari yang manis, tiada bijinya;
Terpilih pasangan, orang penodong,
Seminggu hilang, bertemu di penjara.
Cari yang manis, tiada bijinya;
Terpilih pasangan, orang penodong,
Seminggu hilang, bertemu di penjara.
Pipit ampat dibilang anam,
Terbang tinggi, tinggalkan sarang;
Sakit diubat mati ditanam,
Wajah penipu, dikenang orang.
Pisang emas, bawa belayar,
Diletak budak, di atas peti;
Para koruptor, semakin ganas,
Mengapa tidak, dihukum mati.
Pokok keladi, di tepi paya,
Bunga teratai, kembang bertaut;
Kalau berbudi, pada yang kaya,
Sama mencurahkan, garam ke laut.
Pohon pauh, tepi permatang,
Pokok pandan , tepi perigi.
Ada manusia, berperangai binatang,
Suka selingkuh, hobi korupsi..
Puas sudah, menanam ubi,
Nanas datang , dari seberang;
Puas sudah memberantas korupsi,
Kolusi juga, dilakukan orang.
Danau Maninjau , seperti kuali,
Ada selasih, di dekat tangga.
Hati risau, melihat istri,
Memadu kasih, dengan tetangga..
Pucuk manis, pucuk padi,
Daun pulut, dimakan rusa;
Kelingking berkait, merusak budi,
Hilang malu, hilang perisa.
Pucuk palas, si daun palas,
Tetak mari, beranti-ranti;
Bukan malas ,sembarang malas,
Tidur pagi, sampai tengah hari..
Pulau Daik , banyak kelapa,
Pulau Karimon, banyak pegaga;
Kelingking berkait, payah dilupa,
Beribu tahun, disumpahi juga.
Pulau Pandan, jauh ke tengah,
Gunung Daik, bercabang dua;
Gatal badan, kudis bernanah,
berteman hantu, dilakukan juga.
Pulau Pisang, Pulau Pauh,
Sampai ketiga, Pulau Kemudi;
Kami datang, dari jauh,
Ditipu orang, tidak budi.
Rumah buruk , serambi tak baik,
Serai seulas , di dalam dulang;
Rupa buruk, budi pun tak baik,
Tetap dihargai, kalau banyak uang.
Sapu
tangan, bersiring hijau,
Oleh membeli, kedai Yahudi;
Luka di tangan, kerana pisau,
Luka di hati , kerana budi.
Oleh membeli, kedai Yahudi;
Luka di tangan, kerana pisau,
Luka di hati , kerana budi.
Sapu tangan , jatuh ke laut,
Jatuh ke laut, dengan alasnya;
Amboi berat, dosa disebut,
Bermanin jin, dengan tumbalnya.
Sayang muara, tidak berbukit,
Banyak bukit , tumbuh ilalang;
Menderita berteman , orang yang pelit,
Apa dipinjam, langsung hilang.
Sayang Pak Pandir, memancing di parit,
Ditabrak motor, sampai pingsan.
Telunjuk lurus, kelingking berkait,
Berbicara kotor, humor menggelikan.
Perompak belayar , membawa besi,
Singgah sebentar, mengambil sapu.
Jangan dibiar, pencopet berdasi,
Setiap bicara , pasti menipu..
Semenjak kentang , selalu dijerang,
Ketela tidak , lagi berisi.
Semenjak duit, disembah orang,
Beragama seksedar, berbasa-basi..
Sudah di reka, buah kuini,
Ikan di laut, ibarat bakorang;
Dari dahulu, sampai kini,,
Wanita cantik, hatinya curang..
Sungguh indah, Tanjung Lumpur,
Tempat lalu , kapal dagang;
Hati gundah, rasa terhibur,
Budi yang baik, punca kenang.
Tempat lalu , kapal dagang;
Hati gundah, rasa terhibur,
Budi yang baik, punca kenang.
Tabir-tabir, kayu dilintang,
Katak makan, si daun ubi;
Perlahan-lahan, apa dirunding,
Banyak pencuri, pura-pura berbudi.
Katak makan, si daun ubi;
Perlahan-lahan, apa dirunding,
Banyak pencuri, pura-pura berbudi.
Tanam ubi, digali ubi,
Gali ubi, tepi telaga;
Kalau Cina, menabur budi,
Budi itu, hanya taktiknya.
Tebang kayu,
buatkan sampan,
Sampan dibuat, siap kemudi;
Penjual wanita, ialah orang tampan.
Wanitanya kehilangan, harga diri..
Sampan dibuat, siap kemudi;
Penjual wanita, ialah orang tampan.
Wanitanya kehilangan, harga diri..
Tebing Tinggi , kampung ternama,
Nampak dari , Kuala Segamat;
Bila wanita, budinya lemah,
Hilanglah malu, dekatnya kiamat.
Tenang-tenang,
air di laut,
Sampan kolek, hanyut ke Cina.
Kelingking berkait, selalu tersebut,
Pelit dan licik, tiada taranya.
Sampan kolek, hanyut ke Cina.
Kelingking berkait, selalu tersebut,
Pelit dan licik, tiada taranya.
Burung gereja, ditangkap elang,
Jatuh ke parit, dekat jambangan.
Etos kerja, manakan hilang,
Rajin kreatif, jadi kenangan.
Jatuh ke parit, dekat jambangan.
Etos kerja, manakan hilang,
Rajin kreatif, jadi kenangan.
Habis lilin, sabut kelapa,
Dibakar pula, batang jerami,
Gadis miskin tidak mengapa,
Suadagar kaya bisa, berpoligami.
Dibakar pula, batang jerami,
Gadis miskin tidak mengapa,
Suadagar kaya bisa, berpoligami.
Ubi bukan, sembarang ubi,
Ubi ketela, dalam dulang;
Mencuri bukan, sembarang mencuri,
Mencuri dalam, genggaman orang?
Pohon bunga, di dalam kendi,
Dua kendi, milik kelana.
Koruptor bisa, mengenal budi,
Dalam budi, korban terlena.
Dua kendi, milik kelana.
Koruptor bisa, mengenal budi,
Dalam budi, korban terlena.
Pasang kecil, air di laut,
Sampan kolek , di Pariaman.
Anak kecil, hobi mencarut,
Setelah besar, menjadi preman.
Sampan kolek , di Pariaman.
Anak kecil, hobi mencarut,
Setelah besar, menjadi preman.
No comments:
Post a Comment