Tuesday, March 10, 2015

Pak Polisi, Bebaskan Guru Kami,



Pak  Polisi,  Bebaskan Guru Kami,
Kami Ingin Belajar”

M.Rakib Pekanbaru Riau Indonesia



BERBURU  KE PADANG DATAR
DAPAT RUSA  BERNELANG KAKI
SEDIHNYA GURU DALAM MENGAJAR
MURID TAK BOLEH DIPUKUL LAGI

MEMANAH RUSA BERBELANG KAKI
LARINYA KE KUALA KAMPAR
MENGHUKUM MURID TAK BISA LAGI
ATAS NAMA HAM ORANG SEKULAR
          Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang berkarakteristik mendidik bagi seorang guru akan dapat dipandang sebagai acuan bagi keberhasilan anak didik dan guru itu sendiri.
         Guru yang menguasai kompetensi kepribadian akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa digugu (didengar nasehatnya) dan ditiru (diikuti), secara psikologis anak cenderung merasa yakin dengan apa yang sedang diajarkan guru. Contohnya, ketika guru hendak mengajarkan tentang sopan santun kepada anak didiknya, namun disisi lain secara disadari ataupun seringkali tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap kasar dan mudah marah, maka yang akan tertanam pada siswanya bukanlah sikap sopan santun, melainkan sikap kasar itulah yang lebih melekat pada sistem pikiran dan keyakinan siswanya. Kasus ini membenarkan peribahasa bahwa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Bahwa apa yang dilakukan guru, akan ditiru oleh anak didiknya dengan porsi yang lebih tinggi.
          Berbeda dengan di sekolah, berbeda pula dengan di lingkungan masyarakat. Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif. Apabila ada seorang guru melakukan tindakan tidak terpuji atau melanggar aturan yang berlaku di masyarakat, cenderung akan cepat bertindak. Hal ini tentu dapat mengakibatkan merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan hilangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap lembaga sekolah dimana dia mengajar.
Selain akan menentukan keberhasilan guru itu sendiri, kepribadian guru juga akan menentukan keberhasilan anak didiknya. Apakah dengan pribadi yang dimiliki guru akan mengantarkan anak didiknya ke arah keberhasilan mencapai tujuan, ataukah justru menjadi penghancur masa depan anak didiknya. Bukti kuantitatif kepribadian guru adalah motivasi berprestasi siswa. Sementara bukti kualitatif yang erat kaitannya dengan kepribadian guru adalah kondisi moral siswa. Bukti lain adalah tampilan kepribadian guru akan sangat mempengaruhi antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dari penjelasan singkat diatas, tampak jelas bahwa sangat pentingnya penguasaan kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Namun faktanya upaya mengembangkan profesi guru yang erat kaitannya dengan penguatan kompetensi kepribadian tampaknya masih relatif lebih terbatasa bahkan cenderung lebih mengedepankan pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional. Realitanya, dalam berbagai pelatihan guru, materi yang dipelajari secara mendalam cenderung lebih bersifat penguatan kompetensi pedagogik dan profesional. Begitu pula dengan kebijakan pemerintah tentang Uji Kompetensi Guru yang lebih mengutamakan kompetensi pedagogik dan profesional.
Sedangkan untuk pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian justru seolah-olah dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing guru. Seperti ungkapan yang mengatakan bahwa “segala sesuatunya kembali lagi dan bergantung pada pribadi masing-masing”. Oleh karena itu, sebagai calon pendidik yang berkarakter marilah berusaha belajar memperbaiki pribadi untuk selalu berusaha menguatkan kompetensi kepribadian kita. Ungkapan bahwa kepribadian orang dewasa cenderung bersifat permanen adalah kurang tepat. Karena jika yakin bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik, maka berubahlah menjadi pribadi yang lebih baik!
Indri Puspita Sari
Mahasiswa PGSD FIP UNY

Tags:

 
Kompasiana adalah Media Warga. S

Seorang guru SMPN 6 Kulisusu Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara, berinisial BT ditahan di Polsek setempat, lantaran dilaporkan telah memukul kaki seorang siswanya dengan mistar. Tak terima dengan penahanan tersebut, Rabu (22/10/2014) ratusan siswa dan para guru mendatangi kantor Polsek Kulisusu dan meminta guru mereka dibebaskan.
Dengan membawa spanduk bertuliskan “ Bebaskan Guru Kami, Kami Ingin Belajar”. Ratusan siswa dan puluhan guru tersebut berjalan kaki dari sekolahnya dan tiba di Mapolsek Kulisusu. Beberapa siswa bahkan menangis histeris agar gurunya segera dibebaskan. Bahkan beberapa siswa nekat menerobos ruangan polsek untuk masuk melihat gurunya, hingga memancing emosi Kapolsek Kulisusu Kompol Syafaruddin Tika.
"Siapa yang bertanggung jawab aksi ini. Mana gurunya yang bertanggung jawab," kata Kaposek.
Dengan berani, salah seorang siswa menjawab kalau tindakan mereka tidak ada yang koordinir dan merupakan gerakan spontanitas. “Pak tidak ada yang koordinatori kami. Ini atas inisiatif kami sendiri. Kami ingin belajar lagi, sudah mau ujian tapi tidak ada lagi guru yang mengajar," ujar anak tersebut.
"Iya, saya tahu perasaan adik-adik, tapi kami hanya mengamankan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Makanya pihak kami lakukan pengamanan di kantor ini," ujar Syafaruddin Tika.
Luapan tangisan pun tak bisa terhindari ketika puluhan guru melihat langsung teman mereka berdiri dibalik jeruji besi. "Kenapa? Kasihan dibikin begitu, hanya persoalan sedikit harus disel," ucap sejumlah guru sambil menangis.
Selang beberapa lama, Kapolsek menerima perwakilan para guru. Pertemuan pun dilakukan di ruangan Kapolsek.
"Kami minta kepada bapak untuk segera melepaskan atau menangguhkan penahanan pak BT. Inikan bersangkutan PNS gak mungkin melarikan diri. Kasihan anak-anak sudah tidak belajar,” ujar Ashar, salah seorang perwakilan guru.
Menanggaapi permintaan itu, Kapolsek Kulisusu menyatakan proses hukum akan terus berjalan sambil menunggu kedua belah pihak untuk mediasi.
"Saya kira tindakan mediasi sudah dilakukan juga tapi tidak ada titik temu. Jadi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka kami pun mengamankan BT," imbuhnya.
Sebelumnya, oknum guru Matematika BT (27), Selasa (21/10/2014) dijebloskan ke penjara setelah memukul kaki kiri NH (15) kelas IX 1 di SMP N 6 Kulisusu dengan menggunakan mistar. Tindakan ini tak diterima oleh orang tua siswa dan melaporkannya ke Polsek Kulisusu, BT pun akhirnya dijebloskan ke sel untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook