M.RAKIB JAMARI PEKANBARU RIAU INDONESIA 2015
Di kalangan para orang tua Melayu, ada
ungkapan: kalau bercakap sesama tua, banyaklah pantun pelemak kata; adat orang
duduk berbual, banyaklah pantun penyedap bual; kalau yang tua duduk bercakap,
banyalah pantun pemanis cakap. Dengan fleksibelnya penggunaan pantun ini, maka
ajaran agama yang diselipkan di dalamnya juga bisa disampaikan kapan saja,
tanpa menunggu momen tertentu. Dengan itu, penyampaian ajaran moral agama tetap
berlangsung kapan dan di mana saja, tanpa terikat oleh waktu tertentu.
Pantun hukum disebut juga pantun dakwah karena:
Pantun hukum berisikan aturan yang indah
Berisikan syarak beserta sunnah
Berisikan petuah dengan amanah
Berisikan jalan mengenal Allah
Berisikan ilmu memahami aqidah
Di situ disingkap benar dan salahnya
Di situ dicurai halal dan haramnya
Di situ dibentang manfaat mudaratnya
Di situ didedahkan baik buruknya
Di situ ilmu sama disimbah
Di situ tempat mencari tuah
Di situ tempat menegakkan marwah
Menyebarkan Islam dengan akidahnya
Supaya hidup ada kiblatnya
Apabila mati ada ibadatnya.
Berisikan petuah dengan amanah
Berisikan jalan mengenal Allah
Berisikan ilmu memahami aqidah
Di situ disingkap benar dan salahnya
Di situ dicurai halal dan haramnya
Di situ dibentang manfaat mudaratnya
Di situ didedahkan baik buruknya
Di situ ilmu sama disimbah
Di situ tempat mencari tuah
Di situ tempat menegakkan marwah
Menyebarkan Islam dengan akidahnya
Supaya hidup ada kiblatnya
Apabila mati ada ibadatnya.
Demikianlah kandungan dan fungsi pantun agama dalam kehidupa sehari. Berikut ini beberapa contoh dari pantun agama tersebut:
KEMUMU DI DALAM SEMAK
BUAH LAKUM, DI SAMPINGNYA
MESKI ILMU SETINGGI TEGAK
MELANGGAR HUKUM, APA GUNANYA
ASAM KANDIS ASAM GELUGUR
KETIGA ASAM RIANG-RIANG
MENANGIS DI PINTU KUBUR
MELANGGAR HUKUM, BUKAN KEPALANG
Kemumu di tengah pekan
Dihembus angin jatuh ke bawah
BUAH LAKUM, DI SAMPINGNYA
MESKI ILMU SETINGGI TEGAK
MELANGGAR HUKUM, APA GUNANYA
ASAM KANDIS ASAM GELUGUR
KETIGA ASAM RIANG-RIANG
MENANGIS DI PINTU KUBUR
MELANGGAR HUKUM, BUKAN KEPALANG
Kemumu di tengah pekan
Dihembus angin jatuh ke bawah
Hukum yang, tidak dilaksanakan
Bagai pohon tidak berbuah
Ambil galah kupaskan jantung
Orang Arab bergoreng kicap
Kepada Allah tempat bergantung
Kepada Nabi tempat mengucap
Asam rumbia dibelah-belah
Buah separuh di dalam raga
Dunia ikut firman Allah
Akhirat dapat masuk surga
Belah buluh bersegi-segi
Buat mari serampang ikan
Rezeki yang dapat, dibagi-bagi
Baik di laut, maupun juga daratan
Buah ini buah berangan
Masak dibungkus sapu tangan
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat kelak kampung halaman
Delima batu dipenggal-penggal
Bawa galah ke tanah merah
Lima waktu kalau ditinggal
Ibu marah, Tuhanpun murka
Banyaklah hari antara hari
Tidak semulia hari Jumat
Banyaklah nabi antara nabi
Tidak semulia Nabi Muhammad
Orang Bayang pergi mengaji
Ke Cubadak jalan ke Panti
Meninggalkan sembahyang jadi berani
Seperti badan tak akan mati
Pangkal dibelit di pohon jarak
Jarak nan tumbuh tepi serambi
Jangan dibuat yang dilarang syarak
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi
Jarak nan tumbuh tepi serambi
Pohon kerekot bunganya sama
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi
Petuah diikut segala ulama
Pohon kerekot bunganya sama
Buahnya boleh dibuat colok
Petuah diikut semua ulama
Jangan dibawa berolok-olok
Rusa banyak dalam rimba
Kera pun banyak tengah berhimpun
Dosa banyak dalam dunia
Segeralah kita minta ampun
Kera banyak tengah berhimpun
Sandarkan galah pada pohon
Segeralah kita meminta ampun
Kepada Allah tempat bermohon
Tuman dipegang jatuh ke laut
Disambar yu jerung tenggiri
Imanpun tetap sehingga maut
Di situ baru tahukan diri
Disambar yu jerung tenggiri
Sutan Amat mandi bersimbur
Di situlah baru tahukan diri
Malaikat memalu dalam kubur
Kait-kait di padang temu
Terap ditimbun di ujung galah
Baik-baik berpegang pada ilmu
Harapkan ampun pada Allah
Temu itu banyak warnanya
Ada yang putih ada yang biru
Ilmu itu banyak gunanya
Tiada boleh orang menggaru
Pecah cawan di atas peti
Cawan minum Sutan Amat
Tuhan Allah yang mahasuci
Jangan dilupakan setiap saat
Bagai pohon tidak berbuah
Ambil galah kupaskan jantung
Orang Arab bergoreng kicap
Kepada Allah tempat bergantung
Kepada Nabi tempat mengucap
Asam rumbia dibelah-belah
Buah separuh di dalam raga
Dunia ikut firman Allah
Akhirat dapat masuk surga
Belah buluh bersegi-segi
Buat mari serampang ikan
Rezeki yang dapat, dibagi-bagi
Baik di laut, maupun juga daratan
Buah ini buah berangan
Masak dibungkus sapu tangan
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat kelak kampung halaman
Delima batu dipenggal-penggal
Bawa galah ke tanah merah
Lima waktu kalau ditinggal
Ibu marah, Tuhanpun murka
Banyaklah hari antara hari
Tidak semulia hari Jumat
Banyaklah nabi antara nabi
Tidak semulia Nabi Muhammad
Orang Bayang pergi mengaji
Ke Cubadak jalan ke Panti
Meninggalkan sembahyang jadi berani
Seperti badan tak akan mati
Pangkal dibelit di pohon jarak
Jarak nan tumbuh tepi serambi
Jangan dibuat yang dilarang syarak
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi
Jarak nan tumbuh tepi serambi
Pohon kerekot bunganya sama
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi
Petuah diikut segala ulama
Pohon kerekot bunganya sama
Buahnya boleh dibuat colok
Petuah diikut semua ulama
Jangan dibawa berolok-olok
Rusa banyak dalam rimba
Kera pun banyak tengah berhimpun
Dosa banyak dalam dunia
Segeralah kita minta ampun
Kera banyak tengah berhimpun
Sandarkan galah pada pohon
Segeralah kita meminta ampun
Kepada Allah tempat bermohon
Tuman dipegang jatuh ke laut
Disambar yu jerung tenggiri
Imanpun tetap sehingga maut
Di situ baru tahukan diri
Disambar yu jerung tenggiri
Sutan Amat mandi bersimbur
Di situlah baru tahukan diri
Malaikat memalu dalam kubur
Kait-kait di padang temu
Terap ditimbun di ujung galah
Baik-baik berpegang pada ilmu
Harapkan ampun pada Allah
Temu itu banyak warnanya
Ada yang putih ada yang biru
Ilmu itu banyak gunanya
Tiada boleh orang menggaru
Pecah cawan di atas peti
Cawan minum Sutan Amat
Tuhan Allah yang mahasuci
Jangan dilupakan setiap saat
Tunjuk ajar yang terangkum dalam buku ini berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan, mulai dari masalah keagamaan, sosial, kekeluargaan, etika, moral hingga politik. Misalnya, pantun mengenai rasa tanggung jawab, apalah tanda batang dedap / pohonnya rindang daunnya lebat / apalah tanda orang beradap / bertanggung jawab samapi ke lahat. (h.207) Contoh lain, misalnya pantun tentang musyawarah dan mufakat, pucuk putat warnanya merah / bila dikirai terbang melayang / duduk mufakat mengandung tuah / sengketa usai dendam pun hilang. (h.262)
Pembagian secara tematik yang dilakukan Tenas dalam buku ini disesuaikan dengan isi kandungan dari setiap ungkapan. Namun, bisa saja satu ungkapan memiliki beragam kandungan isi, sesuai dengan pemahaman dan penafsiran pembaca. Misalnya ungkapan, “bila hidup tidak mufakat, di sanalah tempat tumbuhnya laknat”. Oleh Tenas, ungkapan diatas dimasukkan dalam tema persatuan dan kesatuan, gotong royong dan tenggang rasa. Namun, bila diperhatikan, sebenarnya ungkapan di atas bisa dimasukkan pula dalam tema musyawarah dan mufakat. Sebagai pembaca, mungkin kita bisa berbeda pendapat dengan Tenas dalam hal kategorisasi dan pemaknaan setiap ungkapan ini. Namun, menurut Tenas, hal ini dapat dimaklumi, bahkan penting, mengingat perkembangan penafsiran harus sejalan dengan konteks masyarakatnya, sehingga ungkapan-ungkapan yang mengandung nilai-nilai luhur itu dapat dipahami dan berfungsi dengan baik. Ringkasnya, walaupun beberapa ungkapan ini bisa ditempatkan secara fleksibel dalam beberapa kategori atau tema, tetapi kandungan ajarannya yang paling dalam tetap sama: sebagai pedoman dan petunjuk bagi orang Melayu.
No comments:
Post a Comment