Saturday, March 7, 2015

yang lebih cantik, dari wanita



Adakah yang lebih cantik, dari wanita shalihah?tidak jelas wanita mana ini, sekedar contoh yang kelihatan cantik


Catatan M.Rakib Muballigh IKMI Pekaanbaru  Riau Indonesia  2015
Seorang wanita sempurna seperti
setangkai mawar berduri di tepian sungai kampar.
Dan Sang penyair memandang pada kesempurnaan mawar
 Wanita impian bertahan  pada durinya yang tersembunyi
 Semua kisah,puisi,syair dari klasik
 hingga postmodern memberi motto
‘mawar berduri’ untuk gambaran kesempurnaan bunga. Namun terkadang orang menganggap duri pada mawar menganggu, merusak bahkan mengurangi keindahan kelopak mawar. Padahal justru dengan duri itulah setangkai mawar jadi sempurna, terjaga, terlindungi, tak dipetik sembarang orang.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pun menjawab, ‘Wahai Martsad, lelaki pezina tidaklah menikah kecuali dengan perempuan pezina atau perempuan musyrik, demikian pula perempuan pezina tidak dinikahi kecuali oleh lelaki pezina atau lelaki musyrik. Oleh karena itu, jangan kamu nikahi dia (perempuan pezina itu)’.” (HR. at-Tirmidzi no. 3177, dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani )
Pembaca Qonitah yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa manusia diciptakan dengan pasangannya. Sebagai anugerah ilahi, disyariatkanlah pernikahan. Seorang pria yang fitrahnya masih suci tentu ingin menyalurkan nafsu biologisnya dengan cara yang halal, yang diridhai oleh Allah dan mendatangkan pahala.
Meski syahwat sudah memuncak, tetap seorang muslim berpikir panjang untuk menentukan pasangan hidupnya. Keimanan dan kesalehan seorang wanita, itulah yang dia kedepankan dan utamakan di atas segala-galanya.
Seorang wanita yang salihah tentu akan dicari oleh pria yang saleh. Maka dari itu, janganlah Anda, Saudariku, cemas dan khawatir. Selama Anda berhias dengan ketakwaan, pasti akan banyak pria yang mendambakan Anda. Sebaliknya, jika Anda tidak peduli terhadap akhlak Anda, jangan harap pria saleh menjadi pasangan Anda.
Dalam hadits yang telah kami ketengahkan ke hadapan Anda, seorang sahabat yang termasuk pejuang Islam pada zaman Rasulullah meminta pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Dia menyampaikan keinginan untuk menikahi wanita bekas kekasihnya pada masa jahiliah, sebelum dia masuk Islam. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam melarangnya karena wanita itu adalah pezina. Mari kita simak hadits yang sarat faedah ilmu berikut ini.
Pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam ada seorang sahabat yang bernama Martsad bin Abi Martsad. Beliau bertugas membawa tawanan perang—kaum muslimin yang tertawan di Mekkah—ke Madinah. Di Mekkah ada seorang wanita jalang bernama ‘Anaq. Dia adalah kekasih Martsad pada masa jahiliah sebelum Martsad masuk Islam.
Suatu saat beliau berjanji kepada salah seorang tawanan. Beliau menuturkan, “Aku pun datang untuk menepati janji tersebut. Aku berhenti di suatu tembok milik penduduk Mekkah pada malam yang bermandikan cahaya bulan.
Pada saat itu datanglah ‘Anaq. Dia melihat bayanganku di tembok itu. Tatkala jarak sudah dekat, dia pun mengenaliku.
‘Martsad?’ tanyanya menerka.
‘Ya, aku Martsad,’ jawabku. Dia pun menyambutku, ‘Selamat datang. Mari bermalam di rumahku.’
Aku beralasan, ‘Wahai ‘Anaq, sesungguhnya Allah mengharamkan zina.’
Dia pun marah dan berseru, ‘Wahai penghuni tenda (para penjaga tawanan)! Orang ini mau mengambil tawanan kalian!’
Serempak delapan orang mengejarku. Aku pun berlari, menyelinap ke jalan-jalan di gunung sampai menemukan lubang persembunyian. Aku pun masuk ke dalamnya. Namun, mereka sampai pula ke persembunyianku. Mereka kencing di lubang tersebut sampai air kencing mereka mengenai kepalaku. Namun, Allah membutakan mata mereka sehingga tidak melihatku. Kemudian, mereka pergi meninggalkan tempat itu.
Aku pun kembali ke tempat si tawanan lalu mengangkutnya. Orang ini memiliki badan yang berat. Sampailah kami ke sebuah tempat yang di sana banyak tumbuhan idzkhir. Kulepaskan belenggunya, lalu kuangkut kembali dia. Sungguh hal ini sangat melelahkanku sampai aku pun tiba di Madinah.
Kusampaikan kepada Rasulullah perihal ‘Anaq. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah saya menikahi ‘Anaq?’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam terdiam, tidak menjawab sedikit pun, sampai turun kepada beliau ayat,
ٱلزَّانِي لَا يَنكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوۡ مُشۡرِكَةٗ وَٱلزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَآ إِلَّا زَانٍ أَوۡ مُشۡرِكٞۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٣
 ‘Lelaki pezina tidaklah menikah kecuali dengan wanita pezina atau wanita musyrik, demikian pula wanita pezina tidaklah dinikahi kecuali oleh lelaki pezina atau lelaki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.’ (an-Nur: 3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pun bersabda, ‘Wahai Martsad, lelaki pezina tidaklah menikah kecuali dengan perempuan pezina atau perempuan musyrik, demikian pula perempuan pezina tidak dinikahi kecuali oleh lelaki pezina atau lelaki musyrik. Oleh karena itu, jangan kamu nikahi dia’.”
Dalam kisah yang panjang ini kita temukan beberapa faedah, di antaranya:
  1. Kegigihan para sahabat dalam memperjuangkan Islam.
Lihatlah sahabat ini. Dengan keberanian, keteguhan, dan kesabaran, beliau menghadapi bahaya: datang ke markas musuh untuk mengambil tawanan secara diam-diam. Nyawa taruhannya. Sungguh, tidaklah para sahabat melakukan hal itu kecuali karena dorongan iman dan harapan besar kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk mendapatkan surga.
  1. Mendahulukan ketaatan kepada Allah di atas segala-galanya dan mengalahkan hawa nafsu.
Sikap sahabat ini benar-benar menjadi teladan bagi setiap muslim. Lihatlah ketegaran iman Martsad ketika mendapatkan ujian. Beliau diajak untuk bermaksiat pada malam yang sunyi, tidak ada seorang pun yang melihat. Beliau menolak ajakan ini dengan tegas dan menyatakan bahwa Allah mengharamkan zina. Mudah-mudahan Allah memasukkan Martsad z dalam golongan yang mendapatkan naungan di sisi Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu lelaki yang diajak berzina oleh perempuan cantik lagi berkedudukan, tetapi dia menolak dengan menyatakan, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah.”
  1. Surga diliputi oleh berbagai ujian.
Mengemban tugas ilahi sebagai mujahid merupakan amanat yang sangat berat. Banyak manusia tidak lulus ujian dalam masalah ini. Lihatlah orang-orang munafik! Amat berat bagi mereka melaksanakan tugas ini. Di tengah-tengah tugas ini ada godaan wanita yang harus disikapi dengan tegas. Apabila dari awal seseorang bersikap lembek, dia akan terus dan terus terperangkap dalam jurang kenistaan.
  1. Bersikap tegas di atas kebenaran walaupun berisiko.
Dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا
“Ucapkanlah kebenaran walaupun terasa pahit.”
Tatkala Martsad menyatakan bahwa zina itu haram, langsung pezina ini berteriak memberi tahu teman-temannya supaya menangkap Martsad.
  1. Pelaku maksiat akan selalu mencari pengikut dan tidak akan membiarkan orang yang taat tenang dalam beribadah kepada Allah.
Pasti pelaku maksiat mengusik orang-orang yang beriman dan menimbulkan masalah bagi mereka. Oleh karena itu, seorang mukmin hendaklah bersabar ketika menjalankan ketaatan.
  1. Bersungguh-sungguh untuk mengubur masa lalu yang kelam dan meninggalkannya sejauh-jauhnya.
Kejadian masa lampau adalah kenangan yang sangat melekat di hati. Seseorang akan mengingatnya sampai masa tuanya. Oleh sebab itu, seorang mukmin harus selalu bisa menaklukkan hawa nafsunya. Seandainya dia tidak bersungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsunya, sangat mudah dia untuk kembali ke masa lalunya yang jelek. Dengan bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu dan benci terhadap masa jahiliah, insya Allah dia akan mendapatkan kelezatan iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Ada tiga perkara yang barang siapa terdapat padanya ketiga perkara ini, dia akan mendapatkan manisnya iman. Pertama, Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya. Kedua, dia mencintai seseorang tidak lain karena Allah. Ketiga, dia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci jika dilemparkan ke dalam api.” (HR. al-Bukhari no. 16)

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook