Adakah yang lebih cantik, dari wanita shalihah?tidak jelas wanita mana ini, sekedar contoh yang kelihatan cantik
Catatan M.Rakib
Muballigh IKMI Pekaanbaru Riau
Indonesia 2015
Seorang wanita sempurna seperti
setangkai
mawar berduri di tepian sungai kampar.
Dan Sang
penyair memandang pada kesempurnaan mawar
Wanita impian bertahan pada durinya yang tersembunyi
Semua kisah,puisi,syair dari klasik
hingga postmodern memberi motto
‘mawar
berduri’ untuk gambaran kesempurnaan bunga. Namun terkadang orang menganggap
duri pada mawar menganggu, merusak bahkan mengurangi keindahan kelopak mawar.
Padahal justru dengan duri itulah setangkai mawar jadi sempurna, terjaga,
terlindungi, tak dipetik sembarang orang.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pun
menjawab, ‘Wahai Martsad, lelaki pezina tidaklah menikah kecuali dengan
perempuan pezina atau perempuan musyrik, demikian pula perempuan pezina tidak
dinikahi kecuali oleh lelaki pezina atau lelaki musyrik. Oleh karena itu,
jangan kamu nikahi dia (perempuan pezina itu)’.” (HR. at-Tirmidzi
no. 3177, dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani )
Pembaca
Qonitah yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala.
Sudah
menjadi sunnatullah bahwa manusia diciptakan dengan pasangannya. Sebagai
anugerah ilahi, disyariatkanlah pernikahan. Seorang pria yang fitrahnya masih
suci tentu ingin menyalurkan nafsu biologisnya dengan cara yang halal, yang
diridhai oleh Allah dan mendatangkan pahala.
Meski
syahwat sudah memuncak, tetap seorang muslim berpikir panjang untuk menentukan
pasangan hidupnya. Keimanan dan kesalehan seorang wanita, itulah yang dia
kedepankan dan utamakan di atas segala-galanya.
Seorang
wanita yang salihah tentu akan dicari oleh pria yang saleh. Maka dari itu,
janganlah Anda, Saudariku, cemas dan khawatir. Selama Anda berhias dengan
ketakwaan, pasti akan banyak pria yang mendambakan Anda. Sebaliknya, jika Anda
tidak peduli terhadap akhlak Anda, jangan harap pria saleh menjadi pasangan
Anda.
Dalam
hadits yang telah kami ketengahkan ke hadapan Anda, seorang sahabat yang
termasuk pejuang Islam pada zaman Rasulullah meminta pendapat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam. Dia menyampaikan keinginan untuk menikahi wanita bekas
kekasihnya pada masa jahiliah, sebelum dia masuk Islam. Namun, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam melarangnya karena wanita itu adalah pezina. Mari kita
simak hadits yang sarat faedah ilmu berikut ini.
Pada
zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam ada seorang sahabat yang bernama
Martsad bin Abi Martsad. Beliau bertugas membawa tawanan perang—kaum muslimin
yang tertawan di Mekkah—ke Madinah. Di Mekkah ada seorang wanita jalang bernama
‘Anaq. Dia adalah kekasih Martsad pada masa jahiliah sebelum Martsad masuk
Islam.
Suatu
saat beliau berjanji kepada salah seorang tawanan. Beliau menuturkan, “Aku pun
datang untuk menepati janji tersebut. Aku berhenti di suatu tembok milik
penduduk Mekkah pada malam yang bermandikan cahaya bulan.
Pada
saat itu datanglah ‘Anaq. Dia melihat bayanganku di tembok itu. Tatkala jarak
sudah dekat, dia pun mengenaliku.
‘Martsad?’
tanyanya menerka.
‘Ya,
aku Martsad,’ jawabku. Dia pun menyambutku, ‘Selamat datang. Mari bermalam di
rumahku.’
Aku
beralasan, ‘Wahai ‘Anaq, sesungguhnya Allah mengharamkan zina.’
Dia
pun marah dan berseru, ‘Wahai penghuni tenda (para penjaga tawanan)! Orang ini
mau mengambil tawanan kalian!’
Serempak
delapan orang mengejarku. Aku pun berlari, menyelinap ke jalan-jalan di gunung
sampai menemukan lubang persembunyian. Aku pun masuk ke dalamnya. Namun, mereka
sampai pula ke persembunyianku. Mereka kencing di lubang tersebut sampai air
kencing mereka mengenai kepalaku. Namun, Allah membutakan mata mereka sehingga
tidak melihatku. Kemudian, mereka pergi meninggalkan tempat itu.
Aku
pun kembali ke tempat si tawanan lalu mengangkutnya. Orang ini memiliki badan
yang berat. Sampailah kami ke sebuah tempat yang di sana banyak tumbuhan idzkhir.
Kulepaskan belenggunya, lalu kuangkut kembali dia. Sungguh hal ini sangat
melelahkanku sampai aku pun tiba di Madinah.
Kusampaikan
kepada Rasulullah perihal ‘Anaq. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah saya
menikahi ‘Anaq?’
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam terdiam, tidak menjawab sedikit pun, sampai
turun kepada beliau ayat,
ٱلزَّانِي لَا يَنكِحُ إِلَّا
زَانِيَةً أَوۡ مُشۡرِكَةٗ
وَٱلزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَآ إِلَّا زَانٍ أَوۡ مُشۡرِكٞۚ
وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
٣
‘Lelaki
pezina tidaklah menikah kecuali dengan wanita pezina atau wanita musyrik,
demikian pula wanita pezina tidaklah dinikahi kecuali oleh lelaki pezina atau
lelaki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang
mukmin.’ (an-Nur: 3)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam pun bersabda, ‘Wahai Martsad, lelaki
pezina tidaklah menikah kecuali dengan perempuan pezina atau perempuan musyrik,
demikian pula perempuan pezina tidak dinikahi kecuali oleh lelaki pezina atau
lelaki musyrik. Oleh karena itu, jangan kamu nikahi dia’.”
Dalam
kisah yang panjang ini kita temukan beberapa faedah, di antaranya:
- Kegigihan para sahabat dalam memperjuangkan Islam.
Lihatlah
sahabat ini. Dengan keberanian, keteguhan, dan kesabaran, beliau menghadapi
bahaya: datang ke markas musuh untuk mengambil tawanan secara diam-diam. Nyawa
taruhannya. Sungguh, tidaklah para sahabat melakukan hal itu kecuali karena
dorongan iman dan harapan besar kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk
mendapatkan surga.
- Mendahulukan ketaatan kepada Allah di atas segala-galanya dan mengalahkan hawa nafsu.
Sikap
sahabat ini benar-benar menjadi teladan bagi setiap muslim. Lihatlah ketegaran
iman Martsad ketika mendapatkan ujian. Beliau diajak untuk bermaksiat pada
malam yang sunyi, tidak ada seorang pun yang melihat. Beliau menolak ajakan ini
dengan tegas dan menyatakan bahwa Allah mengharamkan zina. Mudah-mudahan Allah
memasukkan Martsad z dalam golongan yang mendapatkan naungan di sisi Allah pada
hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu lelaki yang diajak
berzina oleh perempuan cantik lagi berkedudukan, tetapi dia menolak dengan
menyatakan, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah.”
- Surga diliputi oleh berbagai ujian.
Mengemban
tugas ilahi sebagai mujahid merupakan amanat yang sangat berat. Banyak manusia
tidak lulus ujian dalam masalah ini. Lihatlah orang-orang munafik! Amat berat
bagi mereka melaksanakan tugas ini. Di tengah-tengah tugas ini ada godaan
wanita yang harus disikapi dengan tegas. Apabila dari awal seseorang bersikap
lembek, dia akan terus dan terus terperangkap dalam jurang kenistaan.
- Bersikap tegas di atas kebenaran walaupun berisiko.
Dalam
hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا
“Ucapkanlah
kebenaran walaupun terasa pahit.”
Tatkala
Martsad menyatakan bahwa zina itu haram, langsung pezina ini berteriak memberi
tahu teman-temannya supaya menangkap Martsad.
- Pelaku maksiat akan selalu mencari pengikut dan tidak akan membiarkan orang yang taat tenang dalam beribadah kepada Allah.
Pasti
pelaku maksiat mengusik orang-orang yang beriman dan menimbulkan masalah bagi
mereka. Oleh karena itu, seorang mukmin hendaklah bersabar ketika menjalankan
ketaatan.
- Bersungguh-sungguh untuk mengubur masa lalu yang kelam dan meninggalkannya sejauh-jauhnya.
Kejadian
masa lampau adalah kenangan yang sangat melekat di hati. Seseorang akan
mengingatnya sampai masa tuanya. Oleh sebab itu, seorang mukmin harus selalu
bisa menaklukkan hawa nafsunya. Seandainya dia tidak bersungguh-sungguh dalam
memerangi hawa nafsunya, sangat mudah dia untuk kembali ke masa lalunya yang
jelek. Dengan bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu dan benci terhadap masa
jahiliah, insya Allah dia akan mendapatkan kelezatan iman. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam telah mengabarkan,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ
حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا
سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ
يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Ada
tiga perkara yang barang siapa terdapat padanya ketiga perkara ini, dia akan
mendapatkan manisnya iman. Pertama, Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai
daripada selain keduanya. Kedua, dia mencintai seseorang tidak lain karena
Allah. Ketiga, dia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci jika
dilemparkan ke dalam api.” (HR.
al-Bukhari no. 16)
No comments:
Post a Comment