Sunday, March 8, 2015

BAGIAN KE- 15 NOVEL KARYA M.RAKIB PEKANBARU RIAU INDONESIA “EMPAT PROFESOR SATU CINTA’. Tragedi Pelacur Intelektual.



BAGIAN KE-  15   NOVEL   KARYA M.RAKIB
PEKANBARU RIAU INDONESIA
“EMPAT PROFESOR SATU CINTA’.
Tragedi Pelacur Intelektual.


 






Profesor Amar Makruf :   Sang penyair, anda telah dijahili oleh pelacur intelektual. Pembimbing disertasimu, mengoreksi asal-asalan, Cuma ingin dapat honor.

Sang penyair                :   Saya tesinggung sebenarnya mendengarkan ucapan itu Pak, Tapi saya ingin mendalami, apa itu sebenarnya.pelacur intelektual?

        Sangat asing di telingan sang penyair, setelah berkali-kali dengan ringan lidah, profesor Amar Makruf mengulang ungkapan itu..Stelah dibukanya internet, ada artikel yang berjudul “ Pelacur Bernama Sekularisme…” Aduh Mak apa pula ini?
       Sang penulis memberi gambaran dan ciri-ciri pelacur intelektual, angtara lain, prinsip hidupnya: jangan bawa-bawa agama ke ruang kuliah atau ke ruang publik atau melarang mencampur urusan dunia dengan urusan akhirat. Agama hanya digunakan saat di masjid atau tempat peribadatan saja. Kemudian ia memiliki lima anak haram sebagai berikut:
1. Anak pertama bernama Liberalisme
Prinsip hidupnya: biarkan semua bebas bicara, bebas berperilaku, bebas berkeyakinan/beragama dan bebas dalam memilih cara untuk memiliki sesuatu, selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Karena itu, liberalisme tidak menghalangi orang untuk memeluk agama - apapun agamanya, bahkan mereka yang membuat agama barupun harus dihormati.
2. Anak kedua bernama Pluralisme
Prinsip hidupnya: ruang publik jangan didominasi salah satu kelompok/paham tertentu saja. Biarkan semua terlibat. Pembangunan akan lebih cepat kalau energi kebenaran disinergikan dengan energi setan. Karena itu, pluralisme memandang, setiap kelompok harus terwakili dan didengar suaranya dalam membuat kebijakan publik, termasuk kelompok pekerja seks komersial, kelompok pengedar narkoba, ataupun kelompok keluarga terpidana korupsi. Dan garis besar dari pluralisme adalah “semuanya” bernilai sama, apapun itu.
3. Anak ketiga bernama Demokrasi
Prinsip hidupnya: dari, oleh dan untuk rakyat.
Kedaulatan hukum itu ada pada rakyat, sehingga penguasa wajib menjalankan keinginan rakyat. Kekuasaan ditentukan dengan pemilu yang bebas oleh rakyat, ini ditandai dengan kebebasan pers, kebebasan berserikat (berpartai) dan kebebasan pemilu yang jujur dan adil. Demokrasi memandang kalau mayoritas rakyat menginginkan de-kriminalisasi kejahatan, maka bisa dibuat Undang-Undang yang lebih ramah terhadap kejahatan. Contoh: jika narkoba itu haram, kemudian dilakukan voting pada suatu komunitas yg banyak menggunakan narkoba, maka narkoba itu bisa dibuatkan hukum/UU agar boleh dikonsumsi dan menjadi barang legal.
4. Anak keempat bernama Kapitalisme
Prinsip hidupnya: apapun bisa dibeli, termasuk kebahagiaan dan kekuasaan.
Anak keempat ini cukup dominan dalam keluarga, karena dialah penopang utama kakak-kakaknya. Dia royal memberi "uang jajan" atau "uang lelah" ke aktivis pro-liberal, juga rajin pasang iklan ke media massa pro-pluralisme, dan tentu saja memberi "modal" untuk membesarkan partai, membiayainya dalam kampanye, meloby para politisi pesaing dan kaum intelektual, hingga "money politik" untuk calon pemilihnya dalam pemilu. Semua tentu saja dipandang sebagai investasi, tidak gratis. Kapitalisme ini akan meminta pengembalian "plus bunga" dalam bentuk peraturan perundangan yang akan menjamin bahwa mereka semakin kaya, misalnya sistem ribawi, pasar saham sekunder, hak kekayaan intelektual, dan sebagainya.
5. Anak kelima bernama Imperialisme
Prinsip hidupnya: apapun harus dalam kekuasaan kita atau kita akan dikuasai orang lain. Karena prinsipnya ini, maka imperialisme mengekspor tak cuma produk maupun jasa, tetapi juga falsafah hidup, rujukan halal/haram, dsb. Pada masa dulu, imperialisme dilakukan secara militer, tetapi sekarang lebih kuat karena dibentengi hutang dan aturan dagang, termasuk soal paten dan hak cipta (kekayaan intelektual). Contohnya adalah pengiriman badan inteligen-inteligen (antek-antek) ke negara-negara calon korban.
Lima anak ini kini telah merantau keseluruh penjuru dunia. Terkadang dua atau tiga bersaudara bertemu di suatu negeri. Reuni bersaudara itu seringkali mampu memporak-porandakan tatanan yang ada dari suatu bangsa...

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook