MALAIKAT DAN DEWA PELINDUNG ANAK-ANAK
Catatan Ringan M.Rakib IKMI Pekanbaru Riau
Indonesia 2015\
Serba-serbi pengetahuan tentang Malaikat. Konon Malaikat
di sebelah kiri saya berkata, “Disaat kamu lahir dan sampai pada saat
kamu meninggal, saya telah bersama-sama denganmu.” Pada saat itu,
saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh malaikat itu. Sekarang saya tahu.
Dia adalah malaikat penjagaku. Jadi saya berkata, “Saya tidak dapat
pergi! Saya tidak akan pergi! Saya seorang pendeta! Saya tidak dapat bertemu
TUHAN dalam kondisi fisik seperti ini. Saya ingin melihat DIA dalam keadaan
sehat. Saya mungkin akan menerima lebih banyak hukuman daripada pujian dari
TUHAN. Saya angkuh dan sombong dan sekarang saya terkutuk dan sakit. Bagaimana
mungkin saya dapat masuk ke Surga? Saya sangat takut. Kumohon kembalilah ke
Surga dan mintalah kepada TUHAN untuk menyembuhkanku. Kemudian kembali dan bawa
saya ke Surga melalui mimpiku. Kumohon mintalah belas kasihan untukku.”
Tapi para malaikat tidak
mendengarkan argumenku. Mereka melepaskan pakaianku dan berkata bahwa pakaianku
terlalu kotor untuk dikenakan ke Surga. Kemudian mereka memakaikanku pakaian
putih.
Ada
kepercayaan bahawa Tuhan mengirimkan Roh untuk melindungi seorang insani
merupakan sebuah kepercayaan yang tersebar luas dalam falsafah Yunani kuno. Plato
juga menulisnya pada dialognya Phaedo. Dengan cara yang sama,
kepercayaan ini muncul dalam Perjanjian Lama. Walau bagaimanapun,
perkara ini tidak secara spesifik diterangkan. Henokh 100:5 berkata bahawa mereka yang
baik memiliki malaikat pelindung. Dalam Kitab Kisah
Para Rasul 12:15 -- "Kata mereka kepada perempuan itu:
"Engkau mengigau." Akan tetapi ia tetap mengatakan, bahawa
benar-benar demikian. Kata mereka: "Itu malaikatnya." -- ada sebuah
rujukan tersirat mengenai kepercayaan ini. Dalam Injil Matius
18:10 Jesus bersabda bahawa anak-anak dilindungi
oleh malaikat pelindung:
"Ingatlah, jangan menganggap rendah
seorang dari anak-anak kecil ini. Kerana Aku berkata kepadamu: Ada malaikat
mereka di syurga yang selalu memandang wajah Tuhanku yang di syurga."
(Terjemahan
Baru)"
Jizōbon (地蔵盆?)
adalah peringatan untuk Jizō Bosatsu
(Ksitigarbha Bodhisattva) yang diadakan setiap bulan di Jepang pada ennichi untuk Jizō Bosatsu setiap tanggal
24, atau perayaan Jizō Bosatsu yang dilangsungkan tanggal 24 bulan 7 kalender lama pada masa Obon,
dan berlangsung selama tiga hari sejak malam sebelum ennichi. Dalam agama
Buddha, Jizō Bosatsu dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak dari setan yang datang dari
neraka. Sejak zaman kuno, perayaan ini dipercaya dapat melindungi anak-anak
dari wabah penyakit.
Perayaan biasanya dilakukan sekitar 23 Agustus
dan 24
Agustus. Meskipun demikian, Jizōbon dapat saja dilangsungkan beberapa hari
sesudah atau sebelum tanggal 24 bergantung kesiapan orang tua, sehingga sering
dilakukan pada hari Sabtu.
Selain perayaan tanggal 24 bulan 7
kalender lama, perayaan Jizō yang dilakukan setiap bulannya pada tanggal 24
disebut Jizō-e (upacara Jizō). Perayaan Jizō Bosatsu tanggal 24 bulan 7
kalender lama masih dalam rangka perayaan Obon sehingga disebut Jizōbon.
Jizōbon umumnya tidak merayakan Jizō Bosatsu yang berada di dalam kuil
Buddha, melainkan untuk Jizō Bosatsu di sudut-sudut jalan yang dipercaya
sebagai dewa jalan (dōsojin) pelindung para pelancong dan penyelamat
anak-anak dari setan neraka.
Jizōbon adalah festival yang
ditujukan kepada anak-anak, dan dimeriahkan dengan pembagian kantong berisi permen dan makanan
ringan, acara permainan, atau penarikan undian. Perayaan dilakukan di kuil
kecil berisi rupang batu Jizō yang diberi persembahan bunga dan permen. Ada
pula perayaan yang disertai dengan Bon Odori.
Bagi anak-anak, perayaan Jizōbon adalah acara terakhir bagi mereka sebelum
berakhirnya libur musim panas pada akhir Agustus.
Jizōbon adalah perayaan yang berasal dari Kyoto
dan sangat populer pada zaman Muromachi. Hingga kini, Jizōbon populer
sebagai tradisi zaman kuno di daerah Kansai (Prefektur
Shiga, Prefektur Kyoto, Prefektur
Osaka). Walaupun perayaan ini juga dikenal di daerah Hokuriku, Niigata, dan Shinshū (terutama Nagano
dan sekitarnya), Jizōbon jarang dirayakan di daerah Tokai dan Kanto.[1]
Sejak Siddharta Gautama masuk nirwana hingga
kedatangan maitreya
di dunia, Jizō Bosatsu (Ksitigarbha) hadir untuk menyelamatkan semua makhluk
dalam enam alam kehidupan:
alam naraka (jigoku-dō),
alam preta (gaki-dō), alam
binatang (chikusho-dō), alam asura (shura-dō),
alam manusia (ningen-do), dan alam dewa (ten-dō).
Setelah zaman
Heian, kepercayaan tentang Jizō semakin meluas setelah mengalami
sinkretisme dengan Amitabha.[1]
Jizō Bosatsu dipercaya sebagai dewa jalan (dōsojin) pelindung para
pelancong dan dewa pelindung yang menyelamatkan anak-anak dari setan neraka.
Anak-anak yang meninggal dunia mendahului orang tua dipercaya akan ditolong
Jizō Bosatsu di Sungai Sanzu. Oleh karena itu, anak-anak berdoa untuk
memohon perlindungan di depan rupang Jizō. Di depan rupang Jizō, biksu juga
membacakan sutra yang dimaksudkan untuk menolong semua
anak-anak.
Tradisi
Setiap bulannya pada hari peringatan
Jizō Bosatsu, rupang Jizō Bosatsu di permukiman penduduk dimandikan oleh
penduduk setempat. Jizō Bosatsu mendapat penggantian celemek dengan celemek baru yang
bersih. Hiasan bunga diganti dengan baru dan lampion (lentera
kertas) dipasang, serta diberi persembahan makanan dan minuman.
Sepanjang dua hari perayaan,
lampion-lampion dipasang di jalan-jalan menuju tempat perayaan. Di Kyoto, para orang
tua yang baru saja memiliki bayi, memiliki tradisi menyumbangkan lampion
bertuliskan nama bayi yang baru dilahirkan. Lampion untuk bayi perempuan
berwarna merah,
dan lampion berwarna biru
untuk bayi laki-laki. Hingga anak tersebut ikut dalam perayaan Jizōbon, setiap
tahunnya lampion tersebut harus dipasang.
Di daerah Kansai terdapat
upacara juzu mawashi (memutar juzu). Anak-anak dari permukiman
setempat duduk melingkar memegang untaian panjang butir manik-manik berukuran besar
(diameter juzu sekitar 2-3 meter) untuk dioperkan ke anak yangduduk di
sebelahnya bersamaan dengan sutra yang dibacakan biksu. Anak-anak di Kobe memiliki tradisi
berziarah ke berbagai rupang Jizō di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka
mendapatkan hadiah makanan ringan sebagai ucapan selamat datang dari penduduk
yang tinggal berdekatan dengan rupang Jizō tersebut.
No comments:
Post a Comment