DIKUASAI OLEH GUNA-GUNA
DARI SIMBABAU.
GASIANG TINGKURAK UNTUK MENIMBULKAN PENYAKIT
SIJUNDAI YANG MERUPAKAN ILMU JAHAT
Analisis M.Rakib Jamari,
Mubaligh IKMI Pekanbaru Riau Indonesia.2015
Kisah
Cinta Yang Tak Terbalas Seorang Pemuda Miskin,Berpenyakit Kulit (Kusta)
JIKA PEMUDA, AQIDAHNYA LEMAH
MELAKUKAN SYIRIK SANGAT MUDAH
BERTEMAN SETAN, KARENA HATINYA GUNDAH
SEHARUSNYA, BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH
Pemuda
hebat itu bernama Simbabau. Simbabau jatuh cinta kepada seorang gadis
kaya dan cantikYang bernama Putri
Losuang Batu. Besarnya hasrat ingin memiliki Puti Losuang Batu, maka pada suatu
hari Simbabau memberanikan diri untuk menyatakan keinginannya. Tak diduga, setelah
Simbabau menyampaikan hasrat keinginan kepada
Perempuan idaman hatinya, Simbabau
ditolak oleh Puti Losuang Batu, yang terjadi malahan didamprat dengan kata-kata kotor, rendah,
hina, dan nista. Cinta ditolak, dukun
bertindak.
Dikuasai Oleh Guna-Guna Dari Simbabau.
Dengan perasaan penuh malu dan
kekecewaan yang mendalam, Simbabau pergi meninggalkan Puti Losuang Batu tanpa
arah dan tujuan yang pasti. Tanpa disadari, malam telah menjelang dan Simbabau
mulai melampiaskan segala kekesalannya dari jeritan
hatinya dengan berpantun. Pantun
yang didendangkan oleh Simbabau, menurut Datuk Mukhtar Ajo Marajo,merupakan
mantra
-mantra . Mantra-mantra tersebut berupa
pemanggilan roh-roh atau setan-setan yang bergentayangan di sekitarnya.
Simbabau,setelah membaca mantra-mantra yang berulang-ulang tanpa disadari,
sampai ia tak sadarkan diri (trance) atau kerawuhan.
Di
dalam Kerawuhan Simbabau berhasil
menjalin kerja sama dengan makhluk halus (roh) dan setan yang ikut mendengar jeritan
batinnya, kemudian mengadakan mufakat dengan bantuan roh halus dan setan yang memang berniat
ingin membantu Simbabau dalam membalaskan sakit hatinya kepda Puti Losuang Batu. Makhluk
halus yang diajak kerja sama mampu memengaruhi atau menaklukkan perasaan dan
pikiran Puti Losuang Batu. Puti Losuang Batu
berada di luar alam sadar seperti
layaknya insan yang normal, seperti tidak terjadi apapun dalam dirinya, yang
sebenarnya telah dikuasai oleh guna-guna dari Simbabau.
SALUANG
SIROMPAK pada saat ini mengalami penyempurnaan
bentuk dan ciri spiritualitas yang ada pada
Basirompak, dengan penambahan-penambahan unsur spiritualitas sesuai dengan pengaruh ajaran agama yang
masuk dan berkembang di wilayah Taeh Baruah.
Banyak daerah di indonesia memiliki
ilmu magis yang khas. Di minangkabau ada ilmu magis yang bernama Jenis
gasiang yang biasa difungsikan sebagai media untuk menyakiti dan menganiaya
orang lain secara gaib meskipun ilmu tersebut bisa juga digunakan untuk
tujuan lain seperti pengobatan. Gasiang tangkurak bentuknya mirip dengan
gasiang seng yang pipih, tetapi bahannya dari tengkorak manusia.
Gasiang seperti ini hanya bisa dimainkan oleh dukun, orang yang memiliki kemampuan magis. Sambil memutar gasiang, dukun membacakan mantra-mantra. Pada saat yang sama, orang yang menjadi sasaran akan merasakan sakit, gelisah dan melakukan tindakan layaknya orang sakit jiwa. Misalnya, berteriak-teriak, menarik-narik rambut, dan yang paling popular- memanjat dinding. Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada malam hari. Bila dukun bisa mempengaruhi korbannya, maka korban akan berjalan menemui dukun atau orang lain yang meminta dukun melakukan hal demikan. Di antara isi mantra dukun itu berbunyi, jika korban sedang tidur suruh ia bangun, kalau sudah bangun suruh duduk, jika duduk suruh berjalan, berjalan untuk menemui seseorang, Penyakit magis yang disebabkan oleh gasing tangkurak ini lazim disebut Sijundai. Ilmu magis yang memanfaatkan gasiang tingkurak untuk menimbulkan penyakit sijundai yang merupakan ilmu jahat yang dijalankan melalui persekutuan dengan syetan. Ilmu ini beredar luas dan dikenal oleh masyarakat di pedesaan Minangkabau pada umumnya. Hal ini misalnya terlihat pada popularitas lagu Gasiang Tangkurak ciptaan Syahrul Tarun Yusuf dinyanyikan oleh Elly Kasim, seorang penyanyi Minang legendaris. Gasiang tangkurak biasanya digunakan membalas dendam. Seseorang datang kepada sang dukun untuk menyakiti seseorang dengan sejumlah bayaran. Ukuran harga yang lazim digunakan adalah emas. Sebagai syarat pengobatan, biasanya dukun meminta emas dalam jumlah tertentu sebagai tanda, bukan upah. Tanda ini akan dikembalikan jika sang dukun gagal dalam menjalankan tugasnya. Tetapi kalau ia berhasil, maka uang tanda ini diambil, dan pemesan harus menambahnya dengan uang jasa. Selain untuk menyakiti, ada dukun tertentu yang menggunakan gasiang tangkurak untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh hal-hal magis. Yang lainnya, gasiang sering juga dipakai sebagai media untuk mensugesti orang lain menjadi tertarik pada diri kita. Ilmu terakhir ini biasa disebut Pitunang. Sesuai dengan namanya, bahan utama gasiang tangkurak adalah tengkorak manusia yang sudah meninggal. Gasiang ini hanya bisa dibuat oleh orang yang memiliki ilmu batin tertentu. Pada berbagai daerah terdapat beberapa perbedaan menyangkut bahan tengkorak yang lazim dan paling baik digunakan sebagai bahan pembuat gasing tangkurak. Pada beberapa daerah, tengkorak yang biasa digunakan adalah tengkorak dari seseorang yang mati berdarah. Daerah yang lain lebih menyukai tengkorak dari orang yang memiliki ilmu batin yang tinggi khususnya untuk pengobatan, sedangkan daerah yang lain lagi percaya bahwa tengkorak dari wanita yang meninggal pada saat melahirkan merupakan bahan paling baik. Bahkan pada daerah tertentu, seorang informan menyebutkan bahwa tengkorak yang paling baik adalah tengkorak anak-anak yang telah disiapkan sejak kecil. Anak itu dibawa ke tempat yang sunyi, kemudian dipancung. Tengkorak yang masih berdarah itulah yang dijadikan bahan untuk gasiang tengkorak. Bagian tengkorak yang digunakan adalah pada bagian jidat. Pada hari mayat dikuburkan, dukun pembuat mendatangi kuburan, menggali kubur dan mayatnya dilarikan. Tengkorak yang diambil adalah pada bagian jidat, karena dipercaya pada bagian inilah terletak kekuatan magis manusia yang meninggal. Ukuran tengkorak yang diambil tidak terlalu besar, kira-kira 2 X 4 cm. Saat mengambil tengkorak mayat, dukun membaca mantra khusus sambil menyebut nama si mayat. Setelah diambil, jidat itu dilubangi dua buah di bagian tengahnya. Saat terbaik untuk membuat lobang adalah pada saat ada orang yang meninggal di kampung tempat pembuat gasiang berdomisili. Saat demikian dipercaya akan memperkuat daya magis gasiang. Kemudian pada kedua lubang itu dimasukkan benang pincono, atau benang tujuh ragam. Gasiang dan benang itu kemudian diperlakukan secara khusus sambil memantra-mantrainya. Gasiang itulah kemudian yang digunakan untuk menyakiti orang. Ada lagi jenis gasiang lain, yang fungsinya hampir sama dengan gasiang tingkurak. Gasiang ini terbuat dari limau puruik ( Citrus hystrix ) dari jenis yang jantan dan agak besar. Pada limau itu dibacai mantra-mantra. Limau purut ditaruh di atas batu besar, kemudian dihimpit dengan batu besar yang lain. Batu itu sebaiknya berada di tempat terbuka yang disinari cahaya matahari sejak pagi hingga petang. Sebelum dihimpit dengan batu, dibacakan mantra. Limau dibiarkan hingga kering benar, setelah itu baru dibuat lobang ditengahnya. Ke dalam lobang itu digunakan banang pincono, atau benang tujuh warna. Gasiang jenis ini biasanya dipakai untuk masalah muda-muda dan pengobatan. Pemakaian gasiang ini menggunakan perhitungan waktu tertentu yang didasarkan pada pembagian waktu takwim. Untuk kepentingan muda-mudi, waktu yang lazim dipakai adalah waktu Zahrah, sedangkan untuk pengobatan dilakukan pada waktu Syamsu. Untuk tujuan baik, tidak ada pantangan saat menggunakan gasiang. Tetapi untuk hal yang jahat, maka pengguna harus menghindari seluruh hal yang berkaitan dengan jalan Tuhan harus dihindari.
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
No comments:
Post a Comment