Saturday, August 15, 2015

MALAIKAT PELINDUNG ANAK




MALAIKAT DAN DEWA  PELINDUNG ANAK-ANAK
 

Catatan Ringan M.Rakib IKMI Pekanbaru Riau Indonesia 2015
       Malaikat di sebelah kiri saya berkata, “Disaat kamu lahir dan sampai pada saat kamu meninggal, saya telah bersama-sama denganmu.” Pada saat itu, saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh malaikat itu. Sekarang saya tahu. Dia adalah malaikat penjagaku. Jadi saya berkata, “Saya tidak dapat pergi! Saya tidak akan pergi! Saya seorang pendeta! Saya tidak dapat bertemu TUHAN dalam kondisi fisik seperti ini. Saya ingin melihat DIA dalam keadaan sehat. Saya mungkin akan menerima lebih banyak hukuman daripada pujian dari TUHAN. Saya angkuh dan sombong dan sekarang saya terkutuk dan sakit. Bagaimana mungkin saya dapat masuk ke Surga? Saya sangat takut. Kumohon kembalilah ke Surga dan mintalah kepada TUHAN untuk menyembuhkanku. Kemudian kembali dan bawa saya ke Surga melalui mimpiku. Kumohon mintalah belas kasihan untukku.”
          Tapi para malaikat tidak mendengarkan argumenku. Mereka melepaskan pakaianku dan berkata bahwa pakaianku terlalu kotor untuk dikenakan ke Surga. Kemudian mereka memakaikanku pakaian putih.
       Ada kepercayaan bahawa Tuhan mengirimkan Roh untuk melindungi seorang insani merupakan sebuah kepercayaan yang tersebar luas dalam falsafah Yunani kuno. Plato juga menulisnya pada dialognya Phaedo. Dengan cara yang sama, kepercayaan ini muncul dalam Perjanjian Lama. Walau bagaimanapun, perkara ini tidak secara spesifik diterangkan. Henokh 100:5 berkata bahawa mereka yang baik memiliki malaikat pelindung. Dalam Kitab Kisah Para Rasul 12:15 -- "Kata mereka kepada perempuan itu: "Engkau mengigau." Akan tetapi ia tetap mengatakan, bahawa benar-benar demikian. Kata mereka: "Itu malaikatnya." -- ada sebuah rujukan tersirat mengenai kepercayaan ini. Dalam Injil Matius 18:10 Jesus bersabda bahawa anak-anak dilindungi oleh malaikat pelindung:
"Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Kerana Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di syurga yang selalu memandang wajah Tuhanku yang di syurga." (Terjemahan Baru)"
       Jizōbon (地蔵盆?) adalah peringatan untuk Jizō Bosatsu (Ksitigarbha Bodhisattva) yang diadakan setiap bulan di Jepang pada ennichi untuk Jizō Bosatsu setiap tanggal 24, atau perayaan Jizō Bosatsu yang dilangsungkan tanggal 24 bulan 7 kalender lama pada masa Obon, dan berlangsung selama tiga hari sejak malam sebelum ennichi. Dalam agama Buddha, Jizō Bosatsu dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak dari setan yang datang dari neraka. Sejak zaman kuno, perayaan ini dipercaya dapat melindungi anak-anak dari wabah penyakit.
Perayaan biasanya dilakukan sekitar 23 Agustus dan 24 Agustus. Meskipun demikian, Jizōbon dapat saja dilangsungkan beberapa hari sesudah atau sebelum tanggal 24 bergantung kesiapan orang tua, sehingga sering dilakukan pada hari Sabtu.
Selain perayaan tanggal 24 bulan 7 kalender lama, perayaan Jizō yang dilakukan setiap bulannya pada tanggal 24 disebut Jizō-e (upacara Jizō). Perayaan Jizō Bosatsu tanggal 24 bulan 7 kalender lama masih dalam rangka perayaan Obon sehingga disebut Jizōbon. Jizōbon umumnya tidak merayakan Jizō Bosatsu yang berada di dalam kuil Buddha, melainkan untuk Jizō Bosatsu di sudut-sudut jalan yang dipercaya sebagai dewa jalan (dōsojin) pelindung para pelancong dan penyelamat anak-anak dari setan neraka.
Jizōbon adalah festival yang ditujukan kepada anak-anak, dan dimeriahkan dengan pembagian kantong berisi permen dan makanan ringan, acara permainan, atau penarikan undian. Perayaan dilakukan di kuil kecil berisi rupang batu Jizō yang diberi persembahan bunga dan permen. Ada pula perayaan yang disertai dengan Bon Odori. Bagi anak-anak, perayaan Jizōbon adalah acara terakhir bagi mereka sebelum berakhirnya libur musim panas pada akhir Agustus.
       Jizōbon adalah perayaan yang berasal dari Kyoto dan sangat populer pada zaman Muromachi. Hingga kini, Jizōbon populer sebagai tradisi zaman kuno di daerah Kansai (Prefektur Shiga, Prefektur Kyoto, Prefektur Osaka). Walaupun perayaan ini juga dikenal di daerah Hokuriku, Niigata, dan Shinshū (terutama Nagano dan sekitarnya), Jizōbon jarang dirayakan di daerah Tokai dan Kanto.[1]
Sejak Siddharta Gautama masuk nirwana hingga kedatangan maitreya di dunia, Jizō Bosatsu (Ksitigarbha) hadir untuk menyelamatkan semua makhluk dalam enam alam kehidupan: alam naraka (jigoku-dō), alam preta (gaki-dō), alam binatang (chikusho-dō), alam asura (shura-dō), alam manusia (ningen-do), dan alam dewa (ten-dō). Setelah zaman Heian, kepercayaan tentang Jizō semakin meluas setelah mengalami sinkretisme dengan Amitabha.[1] Jizō Bosatsu dipercaya sebagai dewa jalan (dōsojin) pelindung para pelancong dan dewa pelindung yang menyelamatkan anak-anak dari setan neraka. Anak-anak yang meninggal dunia mendahului orang tua dipercaya akan ditolong Jizō Bosatsu di Sungai Sanzu. Oleh karena itu, anak-anak berdoa untuk memohon perlindungan di depan rupang Jizō. Di depan rupang Jizō, biksu juga membacakan sutra yang dimaksudkan untuk menolong semua anak-anak.
Tradisi
Setiap bulannya pada hari peringatan Jizō Bosatsu, rupang Jizō Bosatsu di permukiman penduduk dimandikan oleh penduduk setempat. Jizō Bosatsu mendapat penggantian celemek dengan celemek baru yang bersih. Hiasan bunga diganti dengan baru dan lampion (lentera kertas) dipasang, serta diberi persembahan makanan dan minuman.
Sepanjang dua hari perayaan, lampion-lampion dipasang di jalan-jalan menuju tempat perayaan. Di Kyoto, para orang tua yang baru saja memiliki bayi, memiliki tradisi menyumbangkan lampion bertuliskan nama bayi yang baru dilahirkan. Lampion untuk bayi perempuan berwarna merah, dan lampion berwarna biru untuk bayi laki-laki. Hingga anak tersebut ikut dalam perayaan Jizōbon, setiap tahunnya lampion tersebut harus dipasang.
Di daerah Kansai terdapat upacara juzu mawashi (memutar juzu). Anak-anak dari permukiman setempat duduk melingkar memegang untaian panjang butir manik-manik berukuran besar (diameter juzu sekitar 2-3 meter) untuk dioperkan ke anak yangduduk di sebelahnya bersamaan dengan sutra yang dibacakan biksu. Anak-anak di Kobe memiliki tradisi berziarah ke berbagai rupang Jizō di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka mendapatkan hadiah makanan ringan sebagai ucapan selamat datang dari penduduk yang tinggal berdekatan dengan rupang Jizō tersebut.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook