M.RAKIB JL.CIPTAKARYA PEKANBARU RIAU INDONESIA
HP 0823 9038 1888
Pesan Moral Dan Etika Hukum Dalam bentuk syair, agar mudah diingat. Pesan hukum yang
disampaikan oleh penulis adalah pesan hukum dalam bentuk asas-asas hukum yang
selama ini berlaku di dunia peradilan.
1.
Asas Equal before the law
Di
hadapan hukum, semuanya sama
Baik
pejabat, maupun rakyat jelata.
Asas
equal, harus merata
Kezaliman
tidak, merajalela.
2.
Asas Imparsialitas
Apa
tanda hakim yang cerdas
Tajam
ke bawah, taajam ke ayas.
Memegangi
asas imparsialitas
Berat
sebelah, tidak akan puas.
Antara etika dengan hukum terjalin hubungan erat, karena lapangan
pembahasan keduanya sama-sama berkisar pada masalah perbuatan manusia.
Tujuannya pun sama, yakni mengatur perbuatan manusia demi terwujudnya
keserasian, keselarasan, kebahagiaan mereka. Bagaimana seharusnya bertindak,
terdapat dalam kaidah-kaidah hukum dan kaidah-kaidah etika. Bedanya ialah jika
hukum memberikan putusan hukumnya perbuatan, maka etika memberikan penilaian
baik atau buruknya.
|
FENOMENA PENGGUNAAN
TEORI DI DALAM PENELITIAN
5.
Manfaat mempelajari filsafat ilmu
1• Semakin kritis dalam sikap ilmiah dan aktivitas ilmu/keilmuan
2• Menambah pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu
menggunakan pengetahuan tersebut sebagai
landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
3• Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
4• Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
5• Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu)
• Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
• Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
• Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
Penelitian Ilmu
Perpustakaan & Informasi dengan membahas persoalan epistemologi, meta-teori, dan filsafat yang mendasari
kegiatan penelitian ilmiah. Keragaman penggunaan teori menjadi fokus perhatian
artikel ini. Dengan membahas berbagai bentuk penggunaan teori, termasuk hukum (law)
dan model, serta dengan mengaitkan penggunaan teori kepemikiran-pemikiran yang
melandasinya, tulisan ini diharapkan dapat membantu para peneliti bidang
perpustakaan dan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang tepat ketika
memilih sebuah teori. Sekaligus pula, pembahasan tentang keragaman teori tersebut
diharapkan dapat memperjelas posisi epistemologi Ilmu Perpustakaan &
Informasi sebagai sebuah bidang yang lintas-disiplin.
Kesimpulannya, penulis membuat sebuah pola yang
memperlihatkan kaitan antara filsafat, epistemologi, meta-teori, dan teori sebagai
serangkaian jejak yang dapat dilacak dan diperiksa setiap kali kita ingin
membahas perkembangan penggunaan teori di dalam Ilmu Perpustakaan &
Informas..
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar
sebagai induk semang dari ilmu-ilmu . Filsafat merupakan disiplin ilmu yang
berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia
secara tepat dan lebih memadai.
Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena
adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang
secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada
tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri
dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan . Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh proses demitologisasi menuju gerakan logosentrisme . Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme , empirisme dan positivisme yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat umum. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya Ilmu (Pengetahuan). Permasalahan yang akan kita jelajahi dalam penulisan makalah ini difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat dan Filsafat Ilmu Sebagai upaya konseptualisasi dan identifikasi”. Disini dipaparkan deskripsi awal tentang sejumlah kajian yang menyangkut tentang subbab-subbab yakni : Pengertian Filsafat, Definisi filsafat ilmu, Obyek material dan formal filsafat ilmu, Lingkup filsafat ilmu dan subsatnsi permasalahan problem – problem filsafat ilmu
Pengertian
Filsafat
Problem identifikasi untuk memberikan pengertian dalam khazanah intelektual seringkali melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit dan melelahkan. Hampir dalam setiap diskusi berbagai ilmu seringkali terdapat penjelasan – penjelasan pengertian yang tidak jarang memunculkan pengertian-pengertian yang beragam. Keberagaman pengertian ini disebabkan berbagai arah sudut pandang dan focus yang berbeda-beda diantara para pakar dalam memberikan identifikasi .
Dan ini merupakan sebuah kemakluman sebab
kajian ilmu adalah kajian abstraksi konseptual maka sangat dimungkinkan
masing-masing subyek (para pemikir ) memiliki perbedaan dalam menggunakan
paradigma identifikasinya atau proses menemukan makna dalam sebuah kajian
keilmuan. Peradigma tersebut akan menjadi acuan bagi pemikir untuk menentukan
sebuah tolok ukur kebenaran dari asumsi-asumsi pembentuk dari konsepnya
tersebut. Termasuk dalam persoalan ini adalah apakah yang dimaksud dengan
filsafat? Berbagai jawaban yang sangat beragam dapat ditemukan dalam berbagai
literatur.
No comments:
Post a Comment